Tang Rui – NTD
Epidemi sekali lagi merebak dalam skala besar di Tiongkok. Kasus ini berdampak pada wilayah dan negara sekitarnya. Jumlah orang yang terinfeksi di Hong Kong juga mulai meningkat dan kasus-kasus serius pun bermunculan.
Pada 13 Desember, Pusat Perlindungan Kesehatan Hong Kong mengumumkan bahwa seorang veteran meninggal dunia di Rumah Sakit Universitas China Hong Kong pada 19 November karena gejala seperti demam dan sesak napas. Pihak berwenang meminta pihak rumah sakit untuk melacak jumlah pasien dari 14 Oktober hingga 16 November. Apakah pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami gejala seperti pneumonia.
Pada awal pekan lalu, pihak berwenang Hong Kong telah melaporkan bahwa kasus-kasus serius telah terjadi baru-baru ini. Pada 5 Desember, seorang bayi perempuan berusia 8 bulan didiagnosa mengidap COVID, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun lainnya didiagnosa menderita influenza A dengan komplikasi pneumonia pada 2 Desember. Kedua anak tersebut berada dalam kondisi serius, dirawat di Unit Perawatan Intensif untuk diselamatkan.
Seorang warga Hong Kong yang tinggal di Amerika Serikat: “Kami masyarakat Hong Kong semua tahu bahwa virus Wuhan tetap ada dan tidak hilang. Hanya saja dalam satu atau dua tahun terakhir, karena mereka (PKT) telah menutup-nutupinya dan tidak transparan, jadi faktanya orang asing, termasuk kami warga Hong Kong, mungkin tidak tahu berapa banyak orang yang meninggal dunia karena virus ini setiap hari, tidak ada yang tahu seperti apa virus itu.”
Pada bulan lalu, juga terjadi infeksi COVID secara massal pada pasien di bangsal rumah sakit di Hong Kong.
Di bangsal psikiatri pria di Rumah Sakit Kowloon, 14 pasien mengalami gejala demam atau infeksi saluran pernapasan sejak 23 November, mereka didiagnosa mengidap COVID setelah menjalani tes.
Pada 8 Desember, Otoritas Rumah Sakit sekali lagi mengeluarkan berita lima pasien pria di bangsal tersebut dikonfirmasi terinfeksi setelah tracking dan investigasi. Salah satu dari mereka telah dipulangkan dari rumah sakit lebih awal, sementara empat sisanya masih tinggal di rumah sakit untuk menjalani perawatan isolasi.
Di daratan Tiongkok, di mana jumlah anak-anak yang terinfeksi terus melonjak dan rumah sakit dibanjiri dengan kasus darurat, orang-orang melaporkan adanya wabah yang serius.
Warga Chongqing: “Ada begitu banyak orang di rumah sakit anak sekarang. Anak kami masih tidak bebas dari bencana ini dan datang ke rumah sakit lagi. Saya benar-benar merasa kali ini sangat serius dan rumah sakit penuh sesak.”
Gelombang epidemi ini mulai menyebar di Tiongkok pada Agustus, namun otoritas Partai Komunis Tiongkok tidak pernah mengakui bahwa wabah tersebut adalah COVID dan rumah sakit belum mengeluarkan sertifikat diagnosa kasus COVID.
“PKT berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi penyebaran kasus COVID di Tiongkok. Seperti disebutkan dalam program sebelumnya, staf medis di Beijing memberitahukan kepadanya bahwa ketika pasien pergi ke rumah sakit, pihak rumah sakit tersebut tidak melakukan tes COVID. Bahkan jika mereka dites, rekam medisnya tidak akan secara langsung menyatakan bahwa mereka terinfeksi virus COVID, tetapi akan menyatakan bahwa mereka terinfeksi virus epidemi lainnya, seperti mikoplasma, pneumonia, dan sebagainya. Namun, metode perawatan rumah sakit untuk pasien serta pengobatan yang digunakan sesuai dengan pengobatan virus COVID,” kata Li Muyang, seorang pegiat media mandiri.
Tidak hanya itu, jumlah kematian di Tiongkok juga meningkat tajam, bahkan banyak orang yang pingsan di Chongqing dan tempat lainnya.
“Partai Komunis Tiongkok benar-benar telah menipu banyak orang dengan praktik semacam ini. Banyak orang mengira bahwa mereka terinfeksi virus yang sama dengan yang tertulis di rekam medis mereka, sehingga mereka tidak melakukan tindakan pencegahan terhadap COVID. Akibatnya, jumlah orang yang telah terinfeksi semakin meningkat, beberapa di antaranya bahkan telah terkena paru-paru putih yang besar, dan beberapa di antaranya bahkan langsung meninggal dunia,” tambah Li Muyang. (Hui)