oleh Chen Ting
Harga rumah baru di Tiongkok terus mengalami penurunan selama 5 bulan berturut-turut. Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Tiongkok pada Jumat (15 Desember), harga rumah baru di 59 dari 70 kota besar dan menengah Tiongkok turun dari bulan ke bulan, menunjukkan bahwa pasar real estat Tiongkok masih berada dalam kondisi gawat.
Harga rumah baru di tiga perempat kota-kota lapis pertama pada bulan November tahun ini turun dibandingkan bulan sebelumnya. Diantaranya Beijing turun tipis sebesar 0,1%, Guangzhou dan Shenzhen masing-masing turun sebesar 0,9% dan 0,8%. Shanghai adalah satu-satunya kota lapis pertama yang mengalami pertumbuhan harga perumahan, naik sebesar 0,6%.
Menurut data statistik, harga perumahan komersial yang baru dibangun di 70 kota besar dan menengah Tiongkok turun 0,37% YoY, sedangkan pasar perumahan tangan kedua turun 0,79% YoY. Merupakan penurunan yang terbesar dalam 9 tahun terakhir.
Menurut statistik, harga rumah tangan kedua di 69 dari 70 kota besar dan menengah mengalami penurunan dibanding dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Kecuali Hangzhou yang harganya masih bertahan.
Di antara kota-kota lapis pertama, harga rumah tangan kedua di Beijing turun 1,4%, sedangkan di Shanghai, Guangzhou, dan Shenzhen masing-masing turun 1,5%, 1%, dan 1,5%.
Analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan pada hari Jumat menyebutkan, meskipun dalam beberapa bulan terakhir ini kian banyak langkah pelonggaran perumahan yang diperkenalkan oleh otoritas, tetapi kami yakin pasar properti di kota-kota tingkat rendah masih menghadapi tantangan besar karena fundamental pertumbuhan yang lebih lemah daripada kota tingkat satu. Termasuk arus keluar populasi bersih dan potensi masalah kelebihan pasokan.
Liu Shui, seorang analis di “China Index Holdings” mengatakan, Pasar real estat bulan November masih terus melemah karena semakin banyak pengembang yang gagal bayar (default) utang, sehingga mengurangi kepercayaan pembeli rumah.”
Dia juga mengatakan : “Menjelang akhir tahun, beberapa pengembang mungkin akan melakukan pemotongan harga yang lebih besar dalam rangka untuk meningkatkan penjualan”.
Kemerosotan sektor perumahan Tiongkok yang berkepanjangan telah melemahkan perekonomian dan merugikan pengembang yang kesulitan membayar utang dan menyelesaikan proyek perumahan. Dalam upaya untuk menghidupkan kembali permintaan, baru-baru ini pihak berwenang melonggarkan pembatasan untuk membeli rumah di Beijing dan Shanghai, dua pasar perumahan terbesar di Tiongkok.
Beijing dan Shanghai telah menurunkan persyaratan uang muka untuk pembeli rumah pertama dan kedua. Demikian menurut pengumuman yang dikeluarkan oleh pihak berwenang pada Kamis (14 Desember).
Kedua kota tersebut ini juga melonggarkan standar perumahan non-mewah, sehingga memungkinkan lebih banyak rumah memenuhi syarat untuk masuk kategori layak KPR.
Sedangkan di kota-kota lain diskon lebih besar untuk menarik pembeli rumah telah diperbolehkan.
Namun, penjualan rumah masih tetap menurun tajam dalam 18 dari 22 bulan terakhir. Pembeli rumah tetap wait and see di tengah situasi penurunan harga, penundaan konstruksi, dan pengembang yang gagal membayar utang.
Pada Senin (11 Desember) lembaga pemeringkat kredit internasional “Fitch Ratings” merilis sebuah laporan yang menyebutkan, bahwa mereka memperkirakan harga rumah di Tiongkok akan turun sebesar 7% tahun depan, dan penurunan tersebut akan berlanjut hingga tahun 2025. (sin)