oleh Tang Di
Setelah pemerintahan baru Argentina berkuasa, mereka langsung menggelar reformasi ekonomi secara drastis guna menyelamatkan perekonomian yang sedang berada di ambang kehancuran. Langkah pertama mereka adalah menurunkan nilai tukar mata uang Argentina, peso hingga lebih dari 50%, selain itu juga mengumumkan serangkaian langkah kebijakan baru yang mendapat respons positif dari pasar, dan dukungan dari Dana Moneter Internasional.
Pada Selasa (12 Desember), setelah penutupan bursa lokal, Menteri Ekonomi baru Argentina Luis Caputo mengumumkan devaluasi nilai peso sebesar 54% dari sebelumnya yang USD.1,- = ARS.366.5 menjadi USD.1,- = ARS.800,-. Menteri Luis Caputo menekankan bahwa Argentina perlu menghilangkan defisit fiskal yang berkepanjangan.
Tak lama setelah Caputo mengumumkan penurunan tajam nilai tukar peso, Dana Moneter Internasional (IMF) mengeluarkan pernyataan yang isinya menyambut gembira atas perubahan kebijakan Argentina yang dinilai cukup “berani”. IMF mengatakan, perubahan tersebut akan membantu menstabilkan perekonomian Argentina dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Seorang juru bicara IMF mengatakan dalam pernyataannya bahwa penerapan kebijakan Argentina tersebut dapat membantu negara tersebut dalam upayanya untuk menstabilkan perekonomian dan meletakkan dasar bagi pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.
(Foto Internet)
Reaksi pasar terhadap devaluasi nilai peso yang cukup drastis juga sangat positif. Setelah berita terkait tersiar, obligasi dolar negara internasional naik lebih dari 2 sen. Banyak obligasi mencapai level tertinggi sejak tahun 2021, dengan kenaikan rata-rata sebesar 3%.
Milei yang baru menjabat sebagai presiden Argentina selama dua hari, menghadapi serangkaian masalah yang mengakar seperti cadangan devisa bersih yang negatif, tingkat inflasi yang melonjak hingga 200%, dan pembangunan ekonomi yang hampir stagnan. Dalam pidato pelantikannya pada Minggu (10 Desember), ia kembali memperingatkan bahwa rakyat Argentina harus menanggung penderitaan selama berbulan-bulan sementara ia berupaya untuk “menarik keluar” Argentina dari krisis ekonomi yang diwariskan oleh pendahulunya.
Selain berani mengambil tindakan terhadap nilai tukar, pemerintahan baru Milei juga mengumumkan serangkaian langkah yang bertujuan menyelamatkan perekonomian, termasuk mengurangi jumlah kementerian dari sebelumnya yang 18 menjadi 9, memotong anggaran belanja negara, dan menangguhkan tender pekerjaan umum. Mengurangi subsidi untuk industri seperti transportasi dan energi, dan meningkatkan pengeluaran untuk program kesejahteraan sosial tertentu.
Seorang pejabat senior perekonomian Argentina mengatakan bahwa dalam rangka penyesuaian fiskal besar-besaran, pemerintah baru akan memotong anggaran belanja sebesar 2,9% dari produk domestik bruto (PDB) tahun depan.
Bruno Gennari, pakar Argentina di KNG Securities, mengatakan : “Berita ini sangat positif. Dengan memotong belanja sekitar 3% dari PDB sekaligus meningkatkan pendapatan tambahan sebesar 2,2%, ini benar-benar adalah pekerjaan fiskal yang sangat besar dan penuh tantangan”.
William Snead, ahli strategi di BBVA, New York, mengatakan bahwa investor telah memandang pengumuman Selasa itu sebagai langkah awal ke arah yang benar. “Antusiasme mereka tinggi, tapi beberapa bulan ke depan akan menjadi masa kritis. Inflasi akan melonjak, belanja yang lebih rendah akan berdampak pada perekonomian, perlu diadakan peninjauan terhadap realitanya”, kata William Snead.
Pada Rabu (13 Desember), Bank Sentral Argentina menyatakan bahwa suku bunga tetap dipertahankan sebesar 133%, dan menempatkan peso pada jalur devaluasi bertahap sebesar 2% per bulan.
Menanggapi kebijakan yang diperkenalkan oleh pemerintahan baru Argentina, Alejo Costa, Kepala Strategi Argentina di Banco BTG Pactual SA, mengatakan bahwa langkah-langkah fiskal Milei memberikan kenyamanan awal bagi investor, tetapi mereka akan segera “meminta rincian lebih lanjut untuk memahami keseluruhan dampak dari tindakannya.” (sin)