oleh Zhao Fenghua, Li Shanshan dan Wang Yanqiao
Belum lama ini Biro Statistik Nasional Tiongkok merilis serangkaian data ekonomi, tetapi data tentang tingkat pengangguran kaum muda masih masih tidak dicantumkan. Video yang diposting online oleh netizen menunjukkan bahwa di tempat banyak seperti Kota Shenzhen di Guangdong, dan Kota Kunshan di Jiangsu, terlihat banyak pemuda pencari kerja yang terpaksa tidur di jalanan karena tidak mendapatkan pekerjaan. Namun tanpa ampun, mereka diusir oleh petugas yang berwenang.
广州失业现场,十几万人找不到工作,「卷」升级加剧。 pic.twitter.com/LjxxgZvShe
— 真相傳媒 (@TruthMedia123) December 5, 2023
Sebuah video yang beredar baru-baru ini menunjukkan banyak pemuda tidur di bawah jembatan China Garden di Kota Kunshan, Provinsi Jiangsu.
“Apa yang sering saya lihat sekarang adalah semakin banyak orang yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Saat ini kolong jembatan yang berada di dekat komunitas dimana tadinya digunakan oleh para pencari kerja untuk bermalam, sudah bersih karena mereka telah diusir petugas. Pemerintah semestinya membantu mereka yang hidup menggelandang atau tidur di alam terbuka karena sulit memperoleh pekerjaan. Tampaknya, pemerintah tidak akan melakukan hal seperti itu karena lebih peduli terhadap menyelamatkan muka mereka ketimbang mengurusi masalah yang mencoreng muka. Jadi ketika menghadapi situasi seperti ini, yaitu melakukan pengusiran,” ujar Mr. Jiang, warga Kota Kunshan.
Tingkat pengangguran kaum muda yang diumumkan oleh Biro Statistik Tiongkok bulan Juli tahun ini adalah 21,3%, sebuah rekor tertinggi dalam sejarah. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang Dandan, seorang wakil dosen Universitas Peking, menunjukkan bahwa pada Maret tahun ini, tingkat pengangguran kaum muda mencapai 46,5%. Kemudian mulai bulan Agustus, pejabat Partai Komunis Tiongkok sengaja tidak lagi mempublikasikan data pengangguran kaum muda.
Selain Kota Kunshan, pihak berwenang baru-baru ini mulai mengusir para “gelandangan” yang tidur di jalanan dekat Terminal Bus Longhua di Kota Shenzhen, Guangdong.
Video yang diposting online menunjukkan bahwa polisi menggunakan alat garpu baja untuk membersihkan para tunawisma, dan banyak warga yang menonton.
Video lainnya memperlihatkan, beberapa orang pemuda sedang memindahkan barang bawaannya dari kolong jembatan, karena polisi datang mengusir mereka.
Mr. Wu, seorang warga Guangzhou mengatakan, bahwa selain banyak orang yang tidur di emperan toko, juga banyak pencari kerja yang kelaparan.
“Lantaran perekonomian terus memburuk, jadi yang satu tidur di jalanan, dan yang lain tidak punya makanan. Lalu mereka pergi ke sebuah restoran dan berkata, saya lapar. Terakhir kali saya bertanya bos restoran itu berapa banyak orang seperti itu yang Anda temui dalam sebulan ? Dia bilang bisa belasan orang. Karena banyak dari mereka yang tidak bisa pulang ke rumah karena tidak punya uang. Lagi pula di kampung juga tidak punya garapan yang menghasilkan uang. Jadi mereka coba bertahan dan bertahan. Meskipun mereka sadar tidak ada gunanya untuk bertahan. Di sana, di kolong jembatan Sungai Mutiara, banyak sekali para gelandangan yang bermalam, tetapi mereka juga diusir petugas polisi dengan alasan merusak citra kota,” kata Mr. Wu.
Benn Steil, Direktur Ekonomi Internasional Council on Foreign Relations, sebuah lembaga pemikir AS, baru-baru ini mengatakan kepada Voice of America bahwa peluang bagi generasi muda Tiongkok untuk berkembang telah jauh menurun dan standar hidup mereka semakin rendah dibandingkan dengan generasi orang tua mereka. Hal mana pasti akan memicu keresahan sosial Tiongkok. (sin)