The Epoch Times
Gempa bumi kuat mengguncang wilayah pegunungan di barat laut Tiongkok pada Selasa 19 Desember malam hari menghancurkan rumah-rumah, membuat penduduk berhamburan keluar rumah di malam hari di musim dingin yang sangat dingin. Laporan menyebutkan gempa tersebut menewaskan 127 orang.
Gempa berkekuatan Magnitudo 6,2 tersebut terjadi sebelum tengah malam pada Senin, melukai lebih dari 700 orang, merusak jalan-jalan dan memutus aliran listrik dan jalur komunikasi di provinsi Gansu dan Qinghai, demikian menurut para pejabat dan laporan media Tiongkok.
Gempa bumi melanda pada kedalaman yang relatif dangkal yaitu 10 kilometer di wilayah Jishishan, Gansu, sekitar 5 kilometer dari perbatasan provinsi dengan Qinghai, demikian ungkap Pusat Jaringan Gempa Bumi Tiongkok. Survei Geologi AS mengukur kekuatannya pada magnitudo 5,9.
Lembaga penyiaran partai Komunis Tiongkok (PKT) CCTV mengatakan bahwa 113 orang dipastikan tewas di Gansu dan 536 lainnya luka-luka di provinsi tersebut. Empat belas orang lainnya tewas dan 198 lainnya luka-luka di Qinghai, di daerah utara pusat gempa, menurut People’s Daily, corong resmi Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Terdapat sembilan gempa susulan berkekuatan 3,0 atau lebih tinggi pada pukul 10.00 – sekitar 10 jam setelah gempa pertama – gempa terbesar tercatat berkekuatan 4,1, kata para pejabat setempat.
Menurut media milik pemerintah Tiongkok, para pejabat Qinghai melaporkan 20 orang hilang akibat tanah longsor.
Gempa bumi terasa di sebagian besar wilayah sekitarnya, termasuk Lanzhou, ibu kota provinsi Gansu, sekitar 100 kilometer timur laut dari pusat gempa. Foto dan video yang diposting oleh seorang mahasiswa di Universitas Lanzhou menunjukkan para mahasiswa berhamburan meninggalkan gedung asrama dan berdiri di luar gedung dengan jaket bulu panjang di atas piyama mereka.
“Gempanya sangat kuat,” kata Wang Xi, mahasiswa yang mengunggah foto-foto tersebut.
“Kaki saya terasa lemas, terutama saat kami berlari ke bawah dari asrama.”
Jumlah korban tewas resmi tersebut merupakan yang tertinggi sejak gempa bumi pada Agustus 2014 yang menewaskan sedikitnya 617 orang di provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya. Gempa bumi paling mematikan di negara ini dalam beberapa tahun terakhir adalah gempa berkekuatan 7,9 pada tahun 2008 yang menewaskan sedikitnya 90.000 orang dan menghancurkan kota-kota dan sekolah-sekolah di provinsi Sichuan, yang kemudian memicu pembangunan kembali selama bertahun-tahun dengan material bangunan yang lebih tahan gempa.
Jumlah korban yang sebenarnya dari peristiwa tersebut mungkin jauh lebih tinggi. Jumlah korban yang sebenarnya sulit untuk diverifikasi, karena PKT secara rutin menekan atau mengubah informasi.
Pusat gempa terbaru berada sekitar 1.300 kilometer barat daya Beijing, ibu kota Tiongkok. Daerah terpencil dan bergunung-gunung ini merupakan rumah bagi beberapa kelompok etnis yang sebagian besar Muslim dan dekat dengan beberapa komunitas Tibet.
Secara geografis, daerah ini berada di tengah-tengah Tiongkok, meskipun daerah ini biasa disebut sebagai barat laut, karena berada di tepi barat laut dataran Tiongkok yang lebih padat penduduknya.
Dua penduduk daerah Jishishan mengatakan kepada The Associated Press bahwa terdapat retakan di dinding rumah mereka, namun bangunan mereka tidak runtuh. Mereka tidak yakin apakah aman untuk tinggal di rumah mereka dan mencari tahu di mana harus bermalam.
Seorang siswa sekolah menengah Ma Shijun berlari keluar dari asramanya tanpa alas kaki tanpa mengenakan mantel, menurut laporan Xinhua. Dikatakan bahwa gempa yang kuat membuat tangannya sedikit mati rasa, dan para guru dengan cepat mengatur para siswa di taman bermain.
Associated Press berkontribusi dalam laporan ini.