EtIndonesia. Anjing disayangi karena berbagai alasan, tetapi sifat yang diakui secara universal dalam diri mereka adalah kesetiaan mereka. Mereka mendampingi kita di saat baik dan buruk, menawarkan persahabatan yang teguh bahkan di hari-hari tersulit kita.
Kisah Hachiko memberikan contoh betapa dalamnya kesetiaan seekor anjing. Kisahnya telah menjadi simbol pengabdian dan cinta yang dimiliki anjing terhadap pemiliknya, sebuah warisan yang terus hidup melampaui usianya.
Hachiko, seekor anjing ras Akita, lahir di Jepang pada tahun 1923. Awalnya tinggal di sebuah peternakan, dia kemudian diadopsi oleh seorang profesor universitas yang membawanya ke Tokyo.
Profesor yang bekerja di departemen pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo ini memiliki rutinitas sehari-hari di mana Hachiko menemaninya ke stasiun kereta setiap pagi. Anjing yang setia akan menunggu di sana sampai pemiliknya kembali setiap malam.
Tragisnya, profesor tersebut meninggal karena pendarahan otak saat berada di universitas. Hachiko, yang menunggu di stasiun, tidak pernah melihat pemiliknya kembali.
Dedikasinya sangat menyentuh masyarakat, dan penduduk setempat merawatnya sambil terus menunggu di stasiun sampai kematiannya, menunjukkan tingkat kesetiaan yang luar biasa.
Mengingat kisah Hachiko mengingatkan kita akan kesetiaan mendalam yang dimiliki teman-teman anjing kita. Meskipun kami mencintai mereka karena berbagai alasan, kesetiaan mereka yang teguh adalah sesuatu yang sangat istimewa untuk dihargai. (yn)
Sumber: thoughtnova