The Associated Press
Jepang mencabut peringatan tsunami tingkat tertinggi, yang dikeluarkan setelah serangkaian gempa bumi besar pada Senin (1/1), tetapi meminta penduduk di daerah pesisir untuk tidak kembali ke rumah mereka karena gelombang yang mematikan masih bisa datang.
Gempa-gempa tersebut, yang terbesar berkekuatan magnitudo 7,6, memicu kebakaran dan meruntuhkan bangunan-bangunan di pantai barat pulau utama Jepang, Honshu. Belum diketahui berapa banyak korban tewas atau terluka.
Badan Meteorologi Jepang melaporkan lebih dari belasan gempa di Laut Jepang di lepas pantai Ishikawa dan prefektur di dekatnya tak lama setelah pukul 16.00 sore waktu setempat.
Juru bicara pemerintah Yoshimasa Hayashi mengatakan, enam rumah rusak akibat gempa, dengan orang-orang yang terjebak di dalamnya. Sebuah kebakaran terjadi di kota Wajima, Prefektur Ishikawa, dan listrik padam untuk lebih dari 30.000 rumah tangga.
Badan tersebut pada awalnya mengeluarkan peringatan tsunami besar untuk Ishikawa dan peringatan atau saran tsunami tingkat rendah untuk seluruh pantai barat pulau Honshu, serta pulau-pulau paling utara, Hokkaido.
Peringatan tersebut diturunkan menjadi tsunami biasa beberapa jam kemudian, yang berarti ketinggian air masih bisa mencapai 3 meter. Gempa susulan juga dapat menghantam daerah yang sama selama beberapa hari ke depan.
Lembaga penyiaran publik Jepang, NHK TV, pada awalnya memperingatkan bahwa gelombang air dapat mencapai setinggi 5 meter.
NHK mengatakan bahwa gelombang tsunami dapat terus kembali, dan peringatan terus disiarkan beberapa jam setelah peringatan awal. Beberapa gempa susulan juga mengguncang wilayah tersebut.
Hayashi menekankan bahwa sangat penting bagi orang-orang di daerah pesisir untuk menjauh dari tsunami yang akan datang.
“Setiap menit sangat berarti. Segera mengungsi ke tempat yang aman,” katanya.
Orang-orang yang kembali untuk mengambil dompet dan barang-barang lainnya diketahui tersapu dan tenggelam bahkan beberapa jam setelah peringatan evakuasi pertama. Orang-orang dievakuasi ke stadion, di mana mereka kemungkinan harus tinggal selama beberapa hari.
Hayashi mengatakan belum ada laporan kematian atau cedera yang telah dikonfirmasi dari gempa tersebut. Ia mengatakan bahwa situasinya masih belum jelas. Militer Jepang ikut ambil bagian dalam upaya penyelamatan.
Rekaman media Jepang menunjukkan orang-orang berlarian di jalanan, dan asap merah mengepul dari sebuah kebakaran di lingkungan perumahan. Foto-foto menunjukkan kerumunan orang, termasuk seorang wanita dengan bayi di punggungnya, berdiri di dekat retakan besar yang merobek trotoar.
Beberapa orang mengalami luka ringan ketika mereka tersandung dan jatuh ketika melarikan diri, atau benda-benda jatuh dari rak dan menimpa mereka, menurut NHK.
Kereta peluru di daerah tersebut dihentikan, meskipun beberapa bagian dari layanan tersebut dipulihkan pada malam hari. Beberapa bagian jalan raya juga ditutup, dan pipa air pecah, menurut NHK. Beberapa layanan telepon seluler di wilayah tersebut tidak berfungsi.
Badan Meteorologi mengatakan dalam sebuah konferensi pers yang disiarkan secara nasional bahwa lebih banyak gempa besar dapat melanda wilayah tersebut selama seminggu ke depan, terutama dalam dua atau tiga hari ke depan.
Lebih dari belasan gempa kuat telah terdeteksi di wilayah tersebut, dengan risiko memicu tanah longsor dan rumah-rumah runtuh, menurut badan tersebut.
Takashi Wakabayashi, seorang pekerja di sebuah toko swalayan di Prefektur Ishikawa, mengatakan bahwa beberapa barang berjatuhan dari rak-rak, tetapi masalah terbesarnya adalah kerumunan besar orang yang datang untuk membeli air minum kemasan, nasi kepal, dan roti.
“Kami memiliki pelanggan tiga kali lipat lebih banyak dari biasanya,” katanya.
Peringatan tsunami juga dikeluarkan untuk beberapa wilayah di Korea Utara dan Rusia.
Perdana Menteri Fumio Kishida kepada para wartawan mengatakan bahwa Pemerintah Jepang telah mendirikan pusat darurat khusus untuk mengumpulkan informasi tentang gempa dan tsunami dan menyampaikannya dengan cepat kepada penduduk untuk memastikan keselamatan mereka.
Jepang adalah negara yang sangat rentan terhadap gempa bumi. Pada Maret 2011, gempa bumi besar dan tsunami menyebabkan kehancuran di sebuah pabrik nuklir. Peringatan terbaru ini merupakan yang pertama kalinya sejak bencana 2011, peringatan tsunami dengan kekuatan sebesar ini dikeluarkan.
Juru bicara pemerintah, Hayashi, mengatakan kepada para wartawan bahwa pembangkit nuklir di daerah yang terkena dampak tidak melaporkan adanya ketidakberesan pada hari Senin. Regulator nuklir mengatakan tidak ada kenaikan tingkat radiasi yang terdeteksi di pos-pos pemantauan di wilayah tersebut.
Oleh Yuri Kageyama