Tiongkok pernah diklaim sebagai “pabrik dunia”, dengan jumlah industri perdagangan luar negeri dan jumlah karyawan yang sangat besar. Industri perdagangan luar negeri Tiongkok melibatkan berbagai aspek. Menurut data survei perusahaan, hingga akhir Maret 2020, jumlah perusahaan ekspor-impor Tiongkok mencapai 6,41 juta. Jjumlah pekerjaan yang diciptakan mencapai lebih dari 20 juta.
6,41 juta perusahaan perdagangan luar negeri terbagi dalam berbagai bidang, diantaranya adalah grosir dan eceran menduduki proporsi terbesar sekitar 51%, diikuti manufaktur menduduki 18% dari jumlah total.
Pada 10 April, Kantor Informasi Dewan Negara Komunis Tiongkok mengadakan konferensi pers. Ketika Asisten Menteri Perdagangan Komunis Tiongkok Ren Hongbin (Baca: Ren Hung Pin) menanggapi dampak epidemi virus komunis Tiongkok terhadap perdagangan. Ren Hongbin mengatakan bahwa dari Januari hingga Februari 2020, ekspor Tiongkok turun dua digit, perdagangan asing menghadapi keparahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut Ren Hongbin saat ini, lebih dari 76% perusahaan perdagangan asing utama Tiongkok menghadapi kesulitan, seperti pengurangan pesanan dan kenaikan biaya produksi.
Seiring dengan penutupan dari berbagai negara, operasional di pelabuhan dan cargo laut terganggu. Biaya penangguhan pengangkutan via udara dan penangguhan penerbangan melonjak, mengakibatkan macetnya logistik global, rantai industri dan rantai pasokan terhambat, permintaan atas barang dari luar negeri dibekukan. Perusahaan perdagangan asing yang membuka aktivitas kerja kembali menghadapi masa-masa yang paling mematikan saat ini. Sejumlah besar pesanan dibatalkan, dan pembukaan kerja kembali seperti himbauan otoritas setempat tidak dapat dilanjutkan.
Baru-baru ini, pemberitahuan tentang libur kerja di banyak industri perdagangan luar negeri seperti pakaian, sepatu, topi, dan pemrosesan tekstil jadi viral di dunia maya. Sebagian besar waktu libur panjangnya adalah dari 1 April hingga akhir Juli 2020, dan beberapa hari libur dari pelaku bisnis lainnya belum diputuskan. Ini bukan hari libur resmi yang baru.
Perusahaan perdagangan asing yang menghadapi krisis menjadi pencarian tertinggi di mesin pencari Tiongkok.
Beberapa perusahaan mengatakan bahwa selama beberapa dekade, mereka belum pernah mengalami pesanan yang begitu kecil, perusahaan menghadapi penghentian produksi dan pekerja dirumahkan atau diliburkan. Setiap hari, selalu terlintas dalam benak serangkaian angka biaya seperti hipotek, angsuran mobil, kontrak rumah, air, listrik dan biaya lainnya berputar-putar di kepala, yang membuat pusing tujuh keliling.
Beberapa perusahaan yang tidak mampu bertahan ditutup.
Dilaporkan bahwa beberapa pabrik telah menghentikan semua rekrutmen sejak bulan Maret, dan karyawan terus diliburkan. Selain itu, serangkaian subsidi kesejahteraan juga dibatalkan, seperti subsidi untuk perumahan suami isteri dan insentif untuk karyawan lama maupun karyawan baru.
Karena dampak epidemi, perusahaan-perusahaan terkenal seperti Foxconn, Shenzhen Kaifa Technology Co, Ltd, yang dikenal secara profesional sebagai Kaifa (Khai Fa), Shenzhen Top Touch Electronics Co, Ltd, Shenzhen Detongxing Electronics Co.,Ltd. Shenzhen Signcomplex ltd., Shenzhen Qiyue Photoelectric Limited Company, De Punan Deyiqi Equipment Company, Ensimai Electronic (shenzhen) Co., Ltd., BYD Electronic (Iternational) Co.,Ltd dan sebagainya secara bertutut-turut telah mengurangi atau menghentikan pekerjanya.
Baru-baru ini, Foxconn mengedarkan pemberitahuan darurat: “Penghentian rekruitmen untuk semua pekerja biasa di semua pabrik Foxconn di Tiongkok.”
Di bawah dampak epidemi, dimana sejak himbauan pembukaan kerja kembali oleh jajaran elite komunis Tiongkok, kabar tentang penutupan perusahaan jatuh pailit, PHK, dan pemotongan gaji sudah terdengar dimana-mana.
Menurut data yang dirilis oleh “Tianyancha.cn”, karena dampak epidemi, lebih dari 460.000 perusahaan di Tiongkok ditutup pada kuartal pertama 2020, dan 57% di antaranya hanya mampu bertahan selama kurang dari tiga tahun. Selain itu, ada 26.000 perusahaan perdagangan asing yang dibatalkan dan dicabut registrasinya selama periode itu.
Menurut analisis orang yang bertanggung jawab di Departemen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Komunis Tiongkok, jika terjadi gelombang kebangkrutan perusahaan perdagangan luar negeri, maka sekitar sepertiga dari pekerja di perdagangan luar negeri atau lebih dari 54 juta orang akan menjadi pengangguran.
Satu demi satu surat pemberitahuan libur kerja, goresan kalimat demi kalimat dalam surat terkait tidak hanya mencerminkan ketidakberdayaan sang atasan, tetapi juga kesedihan para karyawan.
Pada awal permintaan dari jajaran elite komunis Tiongkok untuk dimulainya kembali pekerjaan, beberapa karyawan menerima surat pemberitahuan tentang dimulainya kembali pekerjaan. Beberapa dari mereka sudah terlanjur naik kereta sebelum menerima pemberitahuan. Tetapi yang tidak terlintas dalam benak mereka adalah, perusahaan memberhentikan dan memotong gaji karyawan. Baru mulai kerja beberapa hari, mereka menghadapi liburan panjang selama 3-4 bulan, mereka pasrah dan tidak berdaya.
Di bawah dampak epidemi, mereka hanya bisa pergi secara diam-diam. Namun, setelah meninggalkan daerah mereka, mereka akan menghadapi karantina selama 14 hari di kota lain.
Seperti desahan dari seorang penduduk Wuhan, penutupan Wuhan telah dicabut pada 8 April lalu, akhirnya warga Wuhan bisa bebas, tetapi pekerjaan hilang, tidak ada sumber pendapatan. Angsuran tagihan tidak bisa lagi dibayar, mobil, rumah disita, istri akan kabur. Situasi seperti ini tidak lebih baik daripada terbaring sakit di atas ranjang, merasa putus asa dan tidak berdaya!
Beberapa orang di industri mengatakan bahwa karena putusnya rantai pasokan dan faktor lainnya, produktivitas pabrik saat ini baru pulih 20% hingga 25%, dan diperkirakan 80% pabrik akan tutup dalam beberapa bulan ke depan.
Para ahli memperkirakan bahwa di bawah dampak epidemi dan kemerosotan ekonomi, sekitar 200 juta orang di Tiongkok akan menghadapi risiko pengangguran. Dikhawatirkan masalah pekerjaan akan memicu serangkaian krisis sosial, termasuk krisis real estate, perbankan, dan jaminan sosial, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi krisis dalam perebutan kekuasaan di jajaran elite komunis Tiongkok.
KETERANGAN FOTO: Penumpang dari Provinsi Hubei (termasuk Wuhan) tiba di Beijing, Tiongkok pada 10 April 2020, Tiongkok. Tampak antrian panjang penumpang yang akan naik bus dan akan dipantau selama 14 hari. (Kevin Frayer / Getty Images)
Johny /rp