Para masinis kereta api di Jerman memulai aksi mogok kerja terpanjang dalam sejarah negara tersebut pada Rabu (24 Januari), yang diperkirakan akan menjadi pukulan bagi perekonomian Jerman dan Eropa
oleh Qiao An – NTDTV
Para masinis kereta api Jerman memulai aksi mogok selama enam hari berturut-turut pada Rabu (24/1) pukul 02.00 dini hari. Ini akan menjadi pemogokan kereta api terpanjang dalam sejarah Jerman, hanya dua minggu setelah pemogokan terakhir.
Negosiasi antara serikat masinis kereta api dan perusahaan kereta api nasional Jerman, Deutsche Bahn kembali gagal pada Senin 22 Januari, dengan kedua belah pihak masih belum dapat mencapai kesepakatan mengenai upah dan jam kerja. Pemogokan jangka panjang ini diperkirakan akan berdampak besar pada perekonomian Jerman.
“Pemogokan enam hari berdampak besar pada perekonomian. Dapat dikatakan bahwa pemogokan ini juga menargetkan perekonomian Jerman dan Eropa. Pemogokan tersebut telah mempengaruhi angkutan Eropa. Bagi perekonomian, kami percaya bahwa dampaknya sangat besar,” kata juru bicara Deutsche Bahn, Anja Broker.
Para ekonom percaya bahwa pemogokan ini terjadi pada saat krisis Laut Merah telah berdampak buruk pada pelayaran global dan industri logistik secara umum berada dalam resesi, tidak diragukan lagi akan memberikan beban yang lebih besar pada perekonomian Jerman.
Michael Groemling, kepala kelompok makroekonomi di Cologne Institute for Economic Research berkata: “Pemogokan itu sendiri tidak akan memicu resesi ekonomi, namun akan menambah dampak buruk pada mesin yang sudah berjalan lambat. Kita semua tahu bahwa perekonomian saat ini menghadapi banyak kesulitan. Tidak perlu menambah beban lagi.”
Jerman dikenal sebagai pusat logistik Eropa, dari 11 jalur pengiriman barang di Eropa, 6 diantaranya melewati Jerman. Menurut analisis data sebelumnya, kerugian ekonomi yang disebabkan oleh pemogokan kereta api di Jerman bisa mencapai 100 juta euro per hari, namun para ekonom menunjukkan bahwa jika pemogokan berlangsung selama 6 hari, biayanya akan berlipat ganda secara tidak proporsional dan kerugiannya bisa melebihi 1 miliar euro. (Hui)