“Buah perjalanan yang paling berharga adalah catatan pengalaman dari perjalanan itu sendiri” – Hamid Nabhan
SURABAYA – Perupa ternama asli Surabaya Hamid Nabhan memang selain melukis juga dikenal menulis buku. Begitulah cara beliau mengenalkan seni dan mengajarkan seni terutama lukis dan sketsa. Mengenalkan, mengajarkan dan sekaligus melestarikan seni, melalui tulisan. Sudah terbilang lebih dari 25 buku yang telah menjadi karya tulisnya.
“Cerpen ada beberapa buku, buku tentang sejarah juga beberapa buku, buku puisi, buku quote ada dua buku, buku buku perjalanan ada dua buku juga beberapa buku tentang kesenian diantaranya sejarah Aksera atau akademi Senirupa surabaya,” jelas Hamid Nabhan kepada The Epoch Times.
Setelah melalui masa pandemi Covid-19 yang baru lalu kembali Hamid Nabhan meluncurkan karya tulis terbarunya “Jelajah Eropa”. Yang berkisah tentang perjalanannya saat mengunjungi negara-negara Eropa, Perancis, Spanyol, Swiss, Austria, Jerman, Belanda dan Turkiye. Yang mana pastinya negara-negara tersebut memiliki seni, arsitektur dan sejarah klasik yang luar biasa.
“Banyak orang yang bepergian ke mancanegara. Namun sangat sedikit yang mencatat perjalanannya dalam tulisan (atau rekaman foto dan video) yang bisa diakses oleh publik. Kita tahu, bepergian ke negeri jauh adalah suatu muhibah penting. Lantaran bepergian akan menjadikan seseorang menjadi tahu dunia luas di luar rumahnya, suasana di luar desanya, situasi di luar kotanya, bahkan denyut suatu tempat di luar negerinya. Maka, dengan menulis, merekam dan kemudian mempublikasikan hasil kunjungan, penulis catatan perjalanan seperti mengajak semua orang untuk bersama-sama bertandang. Bersama melihat dan mungkin ‘memperbincangkan’.”
“Disebut “memperbincangkan”, lantaran setiap tempat baru sesungguhnya selalu menghadirkan diskursus. Karena setiap tempat yang semula berada di luar jangkauan mata kita selalu menghadirkan sesuatu yang tak terduga, yang acapkali menjadikan seseorang (dan kita) bertanya- tanya, untuk kemudian berusaha memahaminya. Maka dengan mengunjungi tempat-tempat lain yang nun jauh, sesungguhnya seseorang akan dibawa ke pemahaman baru, yang semuanya membuahkan apresiasi atas tempat-tempat yang dikunjungi itu. Dan apresiasi ini akan bermuara kepada sikap penghormatan terhadap segala sesuatu yang ada di luar rumah kita, di luar wilayah kita, atau di luar negeri kita itu.” (Demikian kata pengantar dari Agus Dermawan T. Kritikus seni. Penulis buku untuk buku terbaru karya Hamid Nabhan “Jelajah Eropa”.)
Tujuan penulisan perjalanannya tentunya selain berbagi pengalaman selama perjalanannya juga memberikan pengetahuan tentang seni, arsitektur dan sejarah klasik yang ada di masing-masing negara.
“Agar pengalaman yang saya alami tidak hilang begitu saja dan bisa dinikmati oleh yang lain, juga mendorong kepada masyarakat yang luas untuk gemar membaca dan membudayakan buku sebagai bentuk literasi untuk berkomunikasi,” papar Hamid.
Ketika ditanya negara mana yang paling menarik dan mengesankan baginya, sebagai seseorang yang sudah sering berjalan-jalan di berbagai negara, Hamid memilih Spanyol.
“Semua negara saya suka tapi kalau dipilih yang paling saya suka adalah Spanyol karena udaranya yang hangat, masyarakatnya ramah dan disamping itu banyak peninggalan peninggalan seni, arsitektur dan sejarahnya, serta pantainya yang indah dan terkenal,“ jelasnya.
Selama perjalanan tersebut, jika dibandingkan dengan peninggalan-peninggalan di negara lain apakah ada suatu yang istimewa?
“Masing-masing negara punya kelebihan dalam hal arsitektur, arsitektur timur sebenarnya tidak kalah menarik, seperti arsitektur Turkiye sangat indah begitu juga bila dibandingkan dengan negara di Asia seperti arsitektur yang ada di Asia Tengah juga di Asia Tenggara, di Asia Barat tak kalah indahnya dengan arsitektur yang ada di Eropa, masing masing punya kekuatan dalam keindahannya itu sendiri.” Jelasnya.
“Seperti di Paris, kota yang sangat indah banyak peninggalan sejarah, setiap sudut dari kota Paris menyimpan cerita dari sejarahnya. Kalau di Paris peninggalan relatif utuh karena tidak tergilas perang Dunia kedua, disini kita bisa menyaksikan bangunan dari peninggalan zaman Raja Louis sampai Napoleon, juga patung-patung baru yang sangat indah, di Belanda kita bisa menyaksikan peninggalan-peninggalan dari abad ke-17 di zaman Keemasan Belanda, juga di Turki banyak bangunan yang lebih lama lagi, dibangun oleh para Sultan. Jadi masing-masing negara mempunyai keistimewaannya,” sambung seniman yang sebelumnya melancong di 4 negara yaitu Mesir, Israel, Palestina dan Jordania.
Dalam Jelajah Eropa sebagai seorang pelukis tentu Hamid Nabhan tidak hanya mengabadikan tempat-tempat indah melalaui kamera tentunya juga melalui goresan-goresan sketsanya, antara lain saat di Spanyol dibuatnya sketsa Gedung Iberostar Selection Paseo de Gràcia. Bangunan itu terletak tepat di Plaça Catalunya Square di Barcelona. juga sempat berkunjung ke Camp Nou, stadion milik klub Barcelona. Lalu ke beberapa tempat lain, seperti bangunan bersejarah Batllo Gaudi, gereja tua Sagrada Familia, jalan Montjuic La Rambla, jembatan Rambla de Mar, dan museum seni Mucio Nacional d’Art Catalunya.
Ketika sampai ke Paris, “The City of Love” diamana banyak sekali bangunan zaman klasik yang indah dan masih terjaga lestari. Tidak hanya Menara Eiffel tapi juga masih ada Arch de Triomphe, dan jalan terkenal di dunia karena keindahannya “La Plus Belle Avenue du Monde” Champs Elysees, Place de la Concorde merupakan alun-alun yang terluas di kota Paris, juga Cours de la Reine yang indah, Katedral Notre Dame yang ikonik dan masih banyak lagi dan kisah-kisahnya, ada dalam “Jelajah Eropa”.
Perjalanan berlanjut ke Jenewa, dan Zurich di Swiss dan menemukan makam-makam orang-orang terkenal dalam sejarah dunia. Naik becak wisata dan melihat lukisan terkenal di Jerman. Mengunjungi hotel tertua (hotel Victoria) di Amsterdam. Istana Raja Amsterdam, atau dikenal juga sebagai Koninklij Paleis atau Paleis Op de Dam, adalah salah satu bangunan termegah di kota Amsterdam. Kanal-kanal indah yang oleh UNESCO dimasukkan sebagai warisan budaya dunia. Jujugan terakhir adalah Turki, negara yang penuh sejarah, unik dan kulinernya yang menggoda. Sebut saja bangunan-bangunan klasik nan megah peninggalan Ustmania yang melegenda. Sayangnya sketsa-sketsa yang dibuat tak sampai di tanah air karena beberapa pengunjung memintanya.
Perjalanan panjang ke eropa ini purnalah sudah selama 18 hari yang padat, lelah dan membahagiakan. Mengunjungi berbagai tempat yang indah dan mengesankan.
“Perjalanan saya di bulan Juli-Agustus 2022 selama 18 hari dan setelah pulang baru saya menyelesaikan tulisan sampai tahun 2023 setelah jadi 25 tulisan saya kumpulkan lalu saya susun untuk membuat buku,” pungkas Hamid Nabhan. (amelia)