EtIndonesia. Saudara kembar identik yang dipisahkan saat masih balita dan dibesarkan di negara berbeda telah memberikan wawasan menarik mengenai perdebatan mengenai lingkungan/pengasuhan.
Kedua gadis ini lahir pada tahun 1974 di Seoul, Korea Selatan, di mana mereka tinggal bersama hingga mereka berusia dua tahun.
Pada usia itulah nenek dari pihak ibu membawa mereka ke pasar, di mana salah satu dari si kembar terpisah dari keluarganya dan tersesat.
Setelah ditemukan oleh orang asing, anak yang hilang dibawa ke rumah sakit sekitar 100 mil dari rumahnya, sebelum tinggal bersama ibu angkatnya.
Anak yang hilang tidak ingat pernah tersesat, dan dia akhirnya dipindahkan ke agen adopsi yang mengatur adopsi dirinya oleh sebuah keluarga di AS.
Beberapa dekade kemudian, di tahun 2018, saudara kembar yang hilang menyerahkan sampel DNA sebagai bagian dari program di Korea Selatan untuk menyatukan kembali anggota keluarga.
DNA-nya masuk ke dalam sistem, dan pada Oktober 2020 dia mengetahui bahwa dia bukan hanya memiliki saudara kembar, tetapi juga saudara dari seorang saudara lelaki dan perempuan.
Setelah penemuannya, para peneliti dari AS dan Korea Selatan melakukan tes dan wawancara kepada si kembar untuk menilai kecerdasan, profil kepribadian, kesehatan mental, dan riwayat kesehatan mereka.
Secara keseluruhan, para peneliti menemukan susunan kepribadian si kembar serupa dan ‘konsisten dengan literatur mengenai pengaruh genetik moderat terhadap kepribadian di masa dewasa’.
Hal ini terjadi meskipun saudara kembarnya yang dibesarkan di Korea dilaporkan memiliki rumah keluarga yang harmonis, sementara saudara perempuannya di AS mengalami konflik dan perceraian orangtua angkatnya.
“Yang penting adalah bahwa kedua anak kembar ini memiliki tingkat Conscientiousness yang tinggi, menunjukkan bahwa keduanya memiliki tujuan, terorganisir dengan baik, patuh, dan berjuang keras untuk mencapai prestasi,” tulis para peneliti dalam temuan tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences.
Kesamaan di antara pasangan ini membantu menyoroti peran genetika dalam pengembangan kepribadian, meskipun para peneliti terkejut menemukan ‘perbedaan substansial’ dalam IQ masing-masing kembar.
Penelitian sebelumnya terhadap kembar identik menunjukkan perbedaan IQ rata-rata tidak lebih dari tujuh poin. Namun, hasil dalam kasus ini menemukan bahwa saudara kembar yang dibesarkan di AS memiliki IQ 16 poin lebih rendah dibandingkan saudaranya yang tetap tinggal di Korea.
“Sangat mengejutkan bahwa si kembar menunjukkan perbedaan substansial dalam kemampuan kognitif yang dikaitkan dengan pengaruh genetik yang kuat,” tulis para peneliti.
Kesenjangan antara saat si kembar dipisahkan dan saat tes dilakukan membuat sulit untuk mengatakan apakah pola asuh mereka bertanggung jawab atas perbedaan IQ, meskipun penelitian tersebut mencatat bahwa anak yang dibesarkan di AS memiliki perbedaan tersebut menderita tiga gegar otak dalam hidupnya, yang mungkin berdampak pada kapasitas kognitifnya.
Perbedaan yang bisa lebih jelas dikaitkan dengan pendidikan mereka mencakup pandangan ideologis mereka, di mana anak yang dibesarkan di AS menganut pandangan yang lebih individualis sedangkan saudaranya yang tetap tinggal di Korea memiliki nilai-nilai yang lebih kolektivis. (yn)
Sumber: unilad