Epoch Times
Dalam laporan keuangan tahunan yang dirilis maskapai Tiongkok China Southern Airlines. Pada 27 Maret diketahui bahwa kerugian perusahaan operasi 2023 adalah sebesar RMB.4 miliar 209 juta (Setara Rp 9,2 Triliun) Sedangkan ketiga anak perusahaannya dalam keadaan pailit karena utang lebih besar dari modal.
Meskipun kerugian operasi perusahaan sebesar RMB.4 miliar 209 juta, tetapi telah turun secara signifikan dibandingkan kerugian tahun 2022 yang sebesar RMB.32 miliar 682 juta.
Menurut laporan keuangan China Southern Airlines, keuntungan total sebesar RMB.1,32 miliar telah muncul pada tiga kuartal pertama tahun 2023. Namun, hasil operasi pada kuartal keempat, China Southern Airlines merugi sebesar RMB. 5 miliar 529 juta, sehingga berbalik merugi sebesar RMB.4 miliar 209 juta.
Di antara anak perusahaan China Southern Airlines, selain Xiamen Airlines dan Shantou Airlines yang menghasilkan laba, beberapa anak perusahaan seperti Zhuhai Airlines, Guizhou Airlines, Chongqing Airlines, dan Henan Airlines masih menunjukkan rugi, di antaranya Zhuhai Airlines mengalami rugi bersih sebesar RMB.258 juta.
Selain itu, China Southern Airlines memiliki tiga anak perusahaan yang berada dalam keadaan pailit akibat utang yang lebih besar dari modal. Utang Shantou Airlines sebesar RMB.498 juta, utang Zhuhai Airlines sebesar RMB.547 juta, dan utang Chongqing Airlines sebesar RMB.2 miliar 299 juta. Ketiga anak perusahaan tersebut sejak tahun 2022 sudah berada dalam keadaan tidak mampu membayar utang, yang sampai tahun 2023 berakhir belum juga membaik. (sin)