oleh Xia Yu
“Sejujurnya, sebagai seorang wanita muda yang tidak memiliki pengalaman (dalam bidang pemasaran), (mendirikan dan menjalankan perusahaan), saya seperti berlari dengan membawa batu besar di punggung”. Seorang wanita modis mengatakan hal ini ketika berbicara tentang perjalanan sulitnya membangun perusahaan senilai USD.2 miliar (setara Rp 31 Triliun).
Amber Venz Box, wanita berusia 36 tahun selalu berangan-angan untuk memiliki perusahaannya sendiri. Dan dia baru berusia awal 20-an tahun ketika bisnis pemasarannya menjadi sangat populer dan ia sama sekali tidak tahu apa yang harus diperbuat. Demikian CNBC melaporkan.
Ketika Amber Venz Box mendirikan perusahaan LTK yang berbasis di Dallas pada tahun 2011, tujuannya sederhana saja, yakni mengembangkan teknik pemasaran afiliasi untuk memonetisasi blog fesyennya. Ketika dia dan pacarnya (sekarang suaminya) Baxter Box menyadari bahwa mereka dapat menjual teknologi yang mereka buat kepada blogger lain, upaya tersebut melahirkan perusahaan yang kemudian berkembang dengan pesat.
Saat ini, LTK adalah perusahaan senilai USD.2 miliar yang menghubungkan influencer dan blogger dengan merek ritel dan pendapatan iklan mereka, namun pendirian dan pengoperasian perusahaan tidak berjalan mulus pada awalnya. “Sejujurnya, sebagai seorang wanita muda yang tidak memiliki pengalaman, saya seperti berlari dengan membawa batu besar di punggung”, kata Amber Venz Box kepada dalam acara “CNBC Make It”.
Amber Venz Box telah bekerja di industri fashion sebagai model fitting, magang di perusahaan Thakoon, dan bekerja sebagai asisten merchandiser di butik mewah. Dia mencoba mengembangkan lini perhiasan dan menawarkan layanan belanja pribadi. Namun latar belakangnya tidak memberikan pengalaman praktis menjalankan bisnis dengan karyawan.
“Saya tidak berani mengatakan bahwa saya memiliki pelatihan atau kepemimpinan yang hebat atau bahkan pengalaman dalam menjalankan bisnis dan cara mengelola orang,” katanya.
Terkadang, kurangnya pengalaman membuat Box merasa tidak nyaman. Dia mengatakan bahwa dia merasa kesulitan untuk mengartikulasikan visinya terhadap perusahaan untuk menarik minat investor. Untuk belajar, ia mengandalkan pengetahuan rekan wirausahanya (pacarnya, sekarang suaminya), yang baru saja memperoleh gelar MBA dari Southern Methodist University.
“Saya hampir mendapatkan (ilmu) MBA secara tidak langsung karena dia selalu membagikan apa yang dia pelajari dan kami mendiskusikan semua studi kasusnya,” kata Box.
Seiring dengan berkembangnya bisnis, dia mempekerjakan orang-orang dengan pengalaman dan pengetahuan di bidang yang dia tidak kuasai, seperti akuntansi dan strategi bisnis jangka panjang.
“Saya bisa mendelegasikan pekerjaan kepada mereka dan memfokuskan kembali pada keahlian saya,” katanya.
Dia mengatakan bahwa ketika salah satu eksekutifnya memberitahu dirinya bahwa pendiri perusahaan sering kali tidak punya waktu untuk belajar, dia melipatgandakan usahanya dan menghabiskan seluruh waktu luangnya untuk memikirkan cara mengembangkan bisnisnya.
“Selama lebih dari lima tahun pertama, saya benar-benar melepas segala hal lain kecuali berkonsentrasi untuk mengembangkan bisnis ini. Saya nyaris menghabiskan seluruh waktu saya untuk bisnis ini”, tambahnya.
“Saya mematikan suara ponsel saya. Saya tidak menghabiskan waktu untuk berkumpul-kumpul dengan teman. Saya terpaksa melepaskan banyak interaksi manusia,” ujarnya.
Kerja keras di masa-masa sulit membuahkan hasil. Menurut laporan perusahaan, bahwa platform LTK sudah memiliki lebih dari 250.000 influencer dan blogger yang menghasilkan setidaknya USD.2,7 miliar total pembelanjaan dari pengecer. Pengembangan LTK membantu perusahaan mendapatkan investasi sebesar USD.300 juta dari SoftBank Jepang pada 2021.
Amber Venz Box mengatakan bahwa dirinya hanya berharap bisa lebih cepat merekrut orang-orang berbakat dan berpengalaman. (sin)