Seorang blogger video yang meninggalkan Tiongkok bersama keluarganya mengungkapkan bahwa dia memposting video di platform online yang meramalkan nasib pemimpin PKT Xi Jinping dan masa depan Tiongkok, yang membuat otoritas PKT merasa terganggu. Akibatnya, blogger dan kerabatnya mendapat peringatan untuk segera menghapus video dari petugas Biro Keamanan Nasional Tiongkok
oleh Luo Tingting
Pada 25 April, YouTuber “Qiqi Baba”, yang sering mempublikasikan kritikan terhadap keadaan terkini dari Partai Komunis Tiongkok, merilis sebuah video yang mengatakan, bahwa pada 14 Januari tahun ini, ia merilis sebuah rekaman yang menganalisis mengapa Xi Jinping ingin menggunakan kekerasan terhadap Taiwan. Tanpa diduga, dia dan kerabatnya yang berada di daratan Tiongkok mendapat peringatan keras dari personel Biro Keamanan Nasional Tiongkok, yang selain meminta dirinya kembali ke Tiongkok dengan nada ancaman, juga menuntut agar menghapus video tersebut.
“Qiqi” terkejut dengan hal ini karena ia memiliki serangkaian rekaman video yang berisi kritikan terhadap PKT di salurannya, tetapi Biro Keamanan Nasional Tiongkok bersikeras agar dirinya menghapus terlebih dahulu video yang berisi ramalan itu. “Qiqi” merasa aneh lalu mengatakan : “Apakah personel (Biro Keamanan Nasional) telah memverifikasi prediksi saya ?”
Dalam rekaman video tersebut, “Qiqi” meramalkan bahwa Xi Jinping dapat memerintahkan militernya untuk menyerang Taiwan, tetapi tujuannya bukan untuk merebut kembali Taiwan, tetapi untuk menekan suara-suara oposisi di dalam negeri, juga untuk menjadikan Tiongkok seperti Korea Utara atau “Korea Utaraisasi” daratan Tiongkok, demi terbentuknya “Dinasti Xi”.
“Qiqi” dengan blak-blakan mengatakan : “Ketika ketidakpuasan masyarakat memuncak akibat perekonomian Tiongkok yang bermasalah seperti saat ini, Xi Jinping hanya dapat menekan kegelisahan kelompok ‘warga bodoh’ yang terpengaruh oleh nasionalisme ini dengan ‘mengibarkan panji rebut kembali Taiwan lewat perang’ “.
Dia mengatakan bahwa Xi mungkin tidak akan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menyerang Taiwan, namun tetap mempertahankan Tiongkok dalam kondisi siaga perang. Dengan cara ini, Xi bisa memperoleh prestise yang lebih besar dibandingkan waktu sebelumnya. Dan pada saat itu, ia berkesempatan untuk mengobarkan Revolusi Kebudayaan 2.0 dengan sasaran menggulingkan lawan politik dan para pembangkang, selain itu Xi ingin membiarkan masyarakat Tiongkok menerima kondisi kehidupan yang anjlok setelah keruntuhan ekonomi yang drastis.
“Xi Jinping tidak bermaksud benar-benar merebut kembali dan menguasai Taiwan, tapi dia membutuhkan proses ini. Tampaknya dia akan mencoba untuk mengulur-ulur waktu peperangan. Bahkan jika perang invasi tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Asal perang bisa berkepanjangan, maka Xi Jinping akan mampu menjadikan Tiongkok seperti Korea Utara atau ‘Korea Utaraisasi’ daratan Tiongkok”.
“Sama seperti Perang Korea, Kim Il-sung juga tidak keluar sebagai pemenang perang, namun hal ini sama sekali tidak mempengaruhi kecintaan masyarakat Korea Utara terhadap keluarga Kim, karena bagi negara yang tertutup, apa pun yang dikatakan penguasa itu dianggap benar. Jadi jika saja Xi Jinping berhasil meng-Korea-Utaraisasi Tiongkok, maka dia dapat memutuskan apa pun yang dia ingin sampaikan kepada rakyatnya tentang apakah dia menang atau kalah dalam perang melawan Taiwan. Itulah sebabnya saya katakan bahwa hasil sebenarnya tidak penting sama sekali”, kata “Qiqi”.
Namun, “Qiqi” percaya bahwa meskipun Tiongkok menjadi seperti Korea Utara, PKT pasti runtuh, karena ketika keluarga Kim didirikan, rakyat Korea Utara tidak menjalani kehidupan yang baik, bahkan sampai sekarang mereka tetap masih berada dalam kondisi miskin, tetapi berbeda dengan rakyat Tiongkok yang pernah mengalami reformasi dan keterbukaan sehingga pernah mengalami perbaikan dalam kehidupan.
Namun “Qiqi” juga membuat prediksi pesimistis : Jika Xi Jinping meluncurkan Revolusi Kebudayaan 2.0 mungkin saja proses Korea-Utaraisasi Tiongkok benar-benar diterima oleh masyarakat Tiongkok karena yang berpikiran normal sudah tidak banyak.
“Qiqi” mengatakan dalam rekaman videonya pada 25 April, bahwa dirinya telah meninggalkan Tiongkok bersama keluarganya. Tetapi kerabatnya yang berada di Tiongkok kini terus mendapat tekanan dari personel Biro Keamanan Nasional yang tidak dapat menghubungi dirinya. Personel keamanan menuntut kerabatnya di Tiongkok untuk menelepon dan membujuk dirinya agar segera kembali ke Tiongkok, mengancam bahwa dirinya bisa diklasifikasikan sebagai “kelompok warga berisiko tinggi” jika menolak kembali ke Tiongkok.
“Qiqi” mengatakan bahwa demi keselamatan pribadi dan keluarganya, tentu saja dia tidak akan kembali. Pada saat yang sama, dia juga menyampaikan pesannya kepada Biro Keamanan Nasional Tiongkok : “Sebagian besar alasan saya meninggalkan Tiongkok adalah karena masalah kebebasan berbicara yang baru saya peroleh di luar negeri. Bahkan kalian masih mengejar saya sampai ke luar negeri dan berusaha mengendalikan saya, minta saya kembali ke Tiongkok. Apakah saya mau menuruti ? Jangan lagi kalian bertindak tanpa menggunakan rasio. Oke !”
Dia berkata bahwa dirinya tidak akan takut dengan ancaman PKT dan masih akan terus merilis video, rekaman video yang lama tidak akan dihapus. “Praktik yang dilakukan oleh Biro Keamanan Nasional Tiongkok itu hanya akan menginspirasi saya untuk berkreasi. Mereka tidak akan membuat saya takut !” (sin)