Pada Jumat (26 April) Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengakhiri kunjungannya di Tiongkok dan kembali ke Amerika Serikat. Dalam kunjungannya, Blinken menyampaikan keprihatinannya atas banyak persoalan dalam menghadapi perbedaan antara Amerika Serikat dan Tiongkok sehingga menarik perhatian dunia luar
oleh Yi Jing
Pada Jumat, Menteri Luar Negeri AS Blinken menaiki tangga pesawat untuk mengakhiri kunjungan tiga harinya di Tiongkok.
Dalam kunjungan tersebut, Amerika Serikat menyampaikan pandangannya mengenai isu-isu seperti situasi di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Taiwan, pemberantasan perdagangan narkoba fentanyl, konflik antara Rusia – Ukraina, pelanggaran hak asasi manusia yang masih terus dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok, hubungan ekonomi dan perdagangan, serta isu militer.
Menteri Luar Negeri AS Blinken mengatakan : “Dalam pertemuan hari ini, dirinya membahas perilaku berbahaya Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, termasuk menghalangi operasi rutin Filipina dalam pemeliharaan maritimnya di dekat Second Thomas Shoal”.
Pada konferensi pers sebelum meninggalkan Tiongkok, Blinken menekankan masalah pentingnya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Taiwan, ketika menyebutkan kekhawatiran Amerika Serikat terhadap perilaku Partai Komunis Tiongkok.
Blinken juga mengungkapkan bahwa drinya juga prihatin dengan konsekuensi praktik perdagangan Tiongkok yang tidak adil dan dampak dari kelebihan kapasitas industri Tiongkok terhadap pasar global dan AS”.
Blinken menekankan bahwa panel surya, kendaraan listrik, baterai, dan produk Tiongkok lainnya yang mendominasi pasar global dengan cara dumping telah menghancurkan persaingan yang sehat dan menempatkan perusahaan internasional dalam risiko.
Selain itu, Blinken mengakui bahwa Tiongkok adalah pemasok peralatan mekanis terbesar bagi Rusia dan sekali lagi memperingatkan Tiongkok untuk berhenti mendukung industri pertahanan Rusia, jika tidak, Amerika Serikat akan mengambil tindakan.
Blinken mengatakan : “Rusia tidak dapat mempertahankan serangannya di Ukraina tanpa dukungan dari Partai Komunis Tiongkok”.
Selain itu, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih pada hari itu disebutkan bahwa, Blinken juga mendesak Partai Komunis Tiongkok untuk membebaskan warga negara Amerika Serikat yang ditahan atau dilarang meninggalkan negara tersebut. Pada saat yang sama, Blinken juga menyatakan keprihatinan dan kekhawatirannya terhadap terkikisnya kebebasan dan demokrasi di Hongkong, pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang dan Tibet, serta penindasan transnasional terhadap para pembangkang.
Kunjungan berturut-turut Janet Yellen dan Antony Blinken ke Tiongkok merupakan kelanjutan dari dimulainya kembali dialog tingkat tinggi antara Amerika Serikat dengan Tiongkok di San Francisco pada November tahun lalu.
Namun, ada analisis yang menyebutkan, bahwa seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, dan semakin runcingnya persaingan AS – Tiongkok ini, Amerika Serikat selain memberikan peringatan kepada Partai Komunis Tiongkok, tetapi juga mengeluarkan kartu truf yang mampu melumpuhkan kekuatan PKT, seperti “bom nuklir di bidang finansial” serta meningkatkan tarif impor komoditas Tiongkok. Lalu, bagaimana Partai Komunis Tiongkok menanggapi hal ini, mari kita nantikan perkembangannya. (sin)