EtIndonesia. Bisakah “Ozempic” yang digunakan untuk menurunkan berat badan membantu terjadinya kehamilan ? Banyak wanita dengan yakin menjawab “ya”. Banyak wanita yang sebelumnya berjuang dengan masalah kesuburan melaporkan, bahwa tanpa diduga mereka jadi mudah hamil setelah menerima suntikan “Ozempic”. Namun, para ahli kemudian memperingatkan bahwa kehamilan saat menggunakan “Ozempic” bisa membahayakan janin yang dikandung.
Ratusan anggota di grup Facebook dan Reddit telah berbagi pengalaman mereka hamil setelah menerima suntikan “Ozempic”. Deb Oliviara dari Michigan memulai menjalankan penurunan berat badan dengan “Ozempic” sejak bulan November tahun lalu.
Oliviara yang berusia 32 tahun sedang mengonsumsi pil KB, meski tidak rutin karena ia memang memiliki riwayat masalah kesuburan. Dua bulan kemudian, pada minggu yang sama dia mencapai target berat badannya, dia menemukan bahwa dirinya sudah hamil selama 3 pekan.
Marcela Romero, dari Florida, mengatakan kepada “Good Morning America” bahwa dirinya sudah berjuang dengan ketidaksuburannya selama tiga tahun tetapi sejak dirinya menggunakan “Mounjaro” (obat yang dikembangkan oleh Eli Lilly and Co. untuk mengobati diabetes tipe 2 dan obesitas, yang cara bekerjanya hampir mirip dengan semaglutide bahan aktif Ozempic dan Wegovy), ia menemukan dirinya sudah hamil selama 2 pekan.
Para ahli mengatakan bahwa penurunan berat badan berpotensi meningkatkan kesuburan seorang wanita. Profesor Adam Balen, seorang konsultan bidang reproduksi di Leeds Teaching Hospitals NHS Trust, dan mantan Ketua British Fertility Society, kepada “Daily Mail” Inggris mengatakan : “Banyak wanita yang kelebihan berat badan telah mengalami penurunan kesuburan. Menurunkan berat badan dapat meningkatkan kesuburan dan kemungkinan ovulasi”.
Sel-sel lemak dapat menghasilkan estrogen, yang berdampak negatif terhadap kesuburan, dan mennyebabkan terjadinya hambatan terhadap menstruasi normal dan ovulasi. Oleh karena itu, hanya dengan penurunan beberapa kilogram berat badan saja, kadar estrogen akan menurun. Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang mengalami obesitas memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi mengalami infertilitas (gangguan kesuburan / sulit hamil) daripada wanita yang tidak mengalami obesitas.
Dampak penurunan berat badan mungkin lebih jelas terasa bagi wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS), atau gangguan hormon pada wanita di usia subur. PCOS dapat menyebabkan tumbuhnya kista ovarium, selain meluasnya gejala hormonal, dan penambahan berat badan. Oleh karena itu, wanita yang terkena gangguan ini seringkali mengalami kesulitan untuk hamil secara alami.
Obat-obatan seperti “Ozempic” dan “Wegovy” telah mendapat pujian dari selebriti seperti Oprah Winfrey dan Elon Musk karena terbukti dapat membantu para obesitas menurunkan berat badan.
Penelitian kedua yang dilakukan di Universitas Liverpool pada tahun 2022 juga menemukan bahwa pasien yang menggunakan “Ozempic” kehilangan 18% berat badannya setelah 68 minggu penggunaan. Namun, setelah berhenti melakukan suntikan rutin mingguan, pengguna akan mendapatkan kembali 2/3 dari berat badannya yang sudah diturunkan di tahun kedua.
Profesor Barbara McGowan, pakar endokrinologi dan diabetes di King’s College London, menambahkan : “Menurunkan berat badan dengan cara apa pun dapat meningkatkan kesuburan dan mengatur menstruasi bagi wanita penderita PCOS.”
“Penurunan berat badan dapat membantu memperbaiki kondisi polikistik ovarium yang diakibatkan oleh gangguan insulin, sehingga mengatur siklus menstruasi dan meningkatkan kesuburan.”
Semaglutide, bahan aktif dalam “Ozempic” dan “Wegovy”, juga dapat menyebabkan kehamilan di luar dugaan bagi mereka yang menggunakan kontrasepsi oral.
Obat-obatan seperti “Ozempic” juga dapat menunda pengosongan lambung sehingga menghambat penyerapan obat antisepsi oleh tubuh. Suntikan ini bekerja dengan meniru GLP-1, yakni hormon alami yang memberitahu otak bahwa otak sudah kenyang, namun pengguna juga dapat mengalami efek samping seperti mual, muntah dan diare, sehingga menurunkan efektivitas kontrasepsi oral.
Melanie Cree, Direktur Klinik Sindrom Polikistik Ovarium di Rumah Sakit Anak Colorado, mengatakan, “bayi Ozempic” dan “bayi Wegovy” terjadi di mana-mana.
“Ini sangat menarik, tapi juga sedikit menakutkan, karena kita bergerak maju dalam kondisi tanpa data yang lengkap”, katanya.
Para ahli mendesak wanita yang menggunakan obat GLP-1 seperti semaglutide untuk lebih berhati-hati.
“Kehamilan ketika nutrisi tidak stabil dapat membahayakan perkembangan janin,” kata Profesor Adam Balen kepada Daily Mail.
Ia menganjurkan wanita yang sedang bergelut dengan penurunan berat badan, terutama yang ingin mempunyai anak, mempertimbangkan untuk mengonsumsi suplemen nutrisi, termasuk asam folat dosis tinggi, yang dapat mencegah cacat lahir seperti spina bifida (tulang belakang terbuka).
“Kehamilan harus direncanakan dengan cara yang sehat,” tambahnya.
Novo Nordisk, produsen semaglutide, merekomendasikan wanita untuk berhenti menggunakan obat penurun berat badan setidaknya dua bulan sebelum mereka berencana untuk hamil. (sin/yn)
Sumber: ntdtv