Demi menghindari dampak dari ketegangan geopolitik, OEM pemasok utama iPhone Apple asal Taiwan “Foxconn” memindahkan jalur produksi mereka keluar dari daratan Tiongkok. Baru-baru ini, sebuah rekaman video dari drone yang diposting online menunjukkan bahwa sejumlah bagian bangunan pabrik dalam Kawasan Industri Foxconn di Nanning, Tiongkok telah ditinggalkan akibat dari ketegangan geopolitik, sehingga kawasan kini menunjukkan pemandangan yang dekaden
NTD
Perusahaan Taiwan mulai berekspansi ke Tiongkok pada 1990an dan memainkan peran penting dalam mengubah daratan Tiongkok menjadi pabrik dunia. Tiga puluh tahun telah berlalu, dan perusahaan-perusahaan internasional besar, termasuk perusahaan-perusahaan Taiwan, secara aktif menarik diri dari daratan Tiongkok dan beralih ke basis produksi dengan biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan risiko geopolitik yang lebih kecil seperti India dan Vietnam.
Dalam video yang dirilis saluran Youtube China Observer pada Senin (29 April), kawasan Industri Foxconn di Nanning yang biasanya ramai kini sunyi dan sepi.
Menurut catatan publik, Kawasan Industri Foxconn di Nanning pernah memiliki karyawan hingga 50,000 orang, namun sejak bisnisnya dipindahkan ke luar negeri, kawasan tersebut hampir menjadi cangkangan kosong.
Perekam video tersebut menyebutkan, bahwa kawasan industri Foxconn tersebut sebelumnya membutuhkan banyak sumber daya untuk memenuhi kebutuhan 50.000 karyawannya, antara lain 60 ton beras, 280 ekor babi, 1,2 juta butir telur, dan 80.000 ekor ayam per hari.
Sebuah blogger video bernama “I’m Jie Shao” yang sebagian besar merekam kehidupan penduduk setempat di Nanning, dalam rekaman videonya menunjukkan sebuah pemberitahuan yang tampak usang tentang “penangguhan perekrutan karyawan” yang dipasang di pintu masuk pusat perekrutan di kawasan. Blogger tersebut menyebutkan dalam videonya, bahwa situs resmi Foxconn di Nanning juga telah menyatakan penghentian perekrutan karyawan. Memang di masa lalu, perekrutan karyawan baru terus berlangsung akibat banyak karyawan yang mengundurkan diri karena gaji yang rendah dan beban kerja yang berat.
Menurut pemberitaan “Nikkei Asia” tahun lalu, Foxconn berinvestasi besar-besaran di Bac Giang, sebuah provinsi yang berlokasi di Vietnam bagian utara.
Media Vietnam pada musim panas tahun lalu pernah melaporkan, bahwa Foxconn berencana menginvestasikan dana tambahan sebesar USD.300 juta dan mempekerjakan 30.000 orang karyawan. Pada Februari tahun ini, Foxconn menandatangani kontrak untuk menyewa lahan seluas 45 hektar hingga 2057. Diperkirakan pada 2025, ada sekitar 30% produksi Foxconn akan dihasilkan dari pabriknya yang berada di luar daratan Tiongkok.
Tahun lalu, media “The Epoch Times” melaporkan bahwa jumlah karyawan di Kawasan Industri Foxconn di Zhengzhou turun tajam karena relokasi kapasitas produksi, dari puncaknya yang 300.000 orang menjadi hanya tinggal 60.000 hingga 70.000 orang. Jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki dalam komplek yang dibangun untuk melengkapi kawasan industri, mememenuhi kebutuhan karyawan seperti kedai kopi, makanan, toko kelontong dan sebagainya, kini tampak sepi, hampir tidak ada orang yang lewat, dan toko-toko yang ada di kedua sisi jalan juga banyak yang sudah tutup. Malahan tempelan pengumuman seperti “disewakan”, “dijual” yang terlihat. Rupanya, keluarnya pekerja migran lokal juga berdampak langsung terhadap pasar real estat dan badan usaha di Nanning.
Menurut data yang dirilis oleh perusahaan Apple pekan lalu, bahwa 5 tahun lalu, basis produksi Apple yang berlokasi di daratan Tiongkok menyumbang 46% dari totalnya yang berjumlah 465. namun, pada 2023, jumlah itu telah menurun menjadi 33,6% dari total, atau hanya tinggal 156 basis produksi. Dijelaskan bahwa sebagian besar dari basis produksi di daratan Tiongkok itu telah pindah ke negara-negara seperti Vietnam, Taiwan, Korea Selatan, India dan lainnya. Sejak hari peluncuran model baru tahun 2023, iPhone diproduksi secara bersamaan dari India dan Tiongkok. (sin)