EtIndonesia. Pada 3 April 2024 pukul 07:58 gempa bumi berkekuatan 7,2 Magnitudo terjadi di perairan timur Taiwan dengan kedalaman 15.5 Km bawah laut. Gempa paling kuat yang dirasakan di Hualien berkekuatan 6 Magnitudo. Banyak warga Taiwan yang terbangun dari tidurnya akibat guncangan yang cukup kuat. Apa sih tindakan yang sebaiknya kita lakukan agar aman saat gempa bumi terjadi ? Di bawah ini juga dijelaskan mengapa keempat perilaku yang dapat mendatangkan bahaya jangan sampai kita lakukan.
Bagaimana menyelamatkan diri saat gempa bumi terjadi
Apa yang harus kita lakukan saat gempa terjadi pada waktu kita sedang tidur di tengah malam ? Coba Anda pilih 1 dari 4 metode di bawah ini yang dianggap paling dapat diandalkan.
- Segera ambil ponsel, bergegas keluar dari bangunan, lalu segera memberitakan di media sosial bahwa diri kita aman.
- Bersembunyi di “Segitiga Emas” di sebelah lemari sampai gempa mereda.
- Segera bangun dari tempat tidur, buka pintu kamar, kemudian berusaha secepatnya mencari apa saja yang dapat dipakai untuk menyangga kusen pintu, agar kita tidak terjebak di dalam ruangan akibat kerusakan / perubahan bentuk kusen pintu.
- Tetap di tidur, berbaring dengan posisi telungkup dan berlutut, serta melindungi kepala dan leher dengan bantal.
Jawaban yang benar adalah pilihan no. 4.
Tsai Tsung-Han, Kepala Seksi Pencegahan Kebakaran dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kaohsiung menekankan, bahwa di saat terjadi gempa bumi, jika seseorang sedang berada di tempat tidur maka sebaiknya ia tidak terburu-buru untuk bangun dari tempat tidur karena kecepatan guncangan dapat menyebabkan seseorang terjatuh dan terluka. Oleh sebab itu pendekatan yang tepat adalah dengan berbaring dan berlutut langsung di tempat tidur, serta menggunakan bantal untuk melindungi kepala dan lehernya.
Tsai Tsung-Han mengatakan bahwa saat terjadi gempa, di mana pun seseorang berada, cara yang paling benar dan dapat diandalkan adalah dengan mengikuti prinsip “DCH” atau Drop, Cover, Hold on.
Saat terjadi gempa, pertama-tama berlututlah di tanah dengan siku dan lutut agar tidak terjatuh, lalu gunakan lengan untuk melindungi kepala dan leher agar tidak terluka akibat benda jatuh. Jika ada meja di dekatnya, bersembunyilah di bawahnya dan pegang erat kaki meja dengan kedua tangan.
Jika tidak terdapat meja di dekatnya, pergilah ke pilar yang relatif kuat atau sudut yang tidak ada mebel besar atau mebel rendah di dekatnya, menjauhi kemungkinan pecahan kaca berukuran besar, lampu, mebel dan lainnya yang dapat terjatuh dan melukai diri kita sebelum melakukan DCH.
4 perilaku yang paling berbahaya saat terjadi gempa
Tsai Tsung-Han mengatakan bahwa saat terjadi gempa perilaku seperti bergegas keluar dari bangunan, bersembunyi di “segitiga emas”, bergegas membuka pintu, atau dengan sengaja mematikan kompor adalah perilaku yang paling berbahaya.
Perilaku Berbahaya 1. Bergegas keluar dari bangunan saat gempa terjadi
Banyak orang yang memilih berlari keluar rumah atau bangunan saat gempa terjadi, namun hal itu justru mudah menyebabkan orang terluka karena kejatuhan benda atau terjatuh karena kaki sulit untuk berdiri kokoh. Bahkan jika kita berlari keluar rumah, benda-benda seperti pot bunga, atau papan nama yang jatuh bisa menimpa diri kita.
Meskipun sebagian orang akan tetap diam di tempat saat gempa terjadi, namun jika guncangan berlangsung lama, mereka akan merasa tidak nyaman lalu ingin keluar rumah. “Jangan !” tegas Tsai Tsung-Han, lebih baik tetap berada di tempat sampai gempa mereda. Ia menjelaskan, jika gempa bumi tidak besar maka tidak perlu keluar rumah, namun kalau gempanya besar, Anda juga akan mengalami kesulitan untuk bisa berjalan keluar dengan lancar sehingga meningkatkan risiko cedera.
Perilaku Berbahaya 2. Bersembunyi di “Segitiga Emas”
Yang dimaksud dengan “segitiga emas” adalah ketika plafon dari sebuah bangunan runtuh lalu menimpa mebel berukuran besar, maka akan terbentuk ruang segitiga di bawahnya yang dapat menampung orang untuk bersembunyi di sana.
Tsai Tsung-Han juga menyinggung soal jangan mengikuti rumor yang katanya berdasarkan pengalaman eksperimen keruntuhan bangunan, serta “Insiden 11 September” yang sudah cukup lama beredar di kalangan masyarakat. Pasalnya adalah “Baik metode eksperimen mau pun situasi ‘Insiden 11 September’ itu tidak sama dengan situasi gempa bumi”, tegasnya.
Ketika gempa bumi cukup parah hingga menyebabkan sebuah bangunan runtuh, skenario yang biasa terjadi adalah, barang-barang di dalam ruangan akan jatuh terlebih dahulu, perabotan berukuran besar akan roboh atau bergeser, kemudian bangunan mulai miring dan perlahan-lahan runtuh.
Ketika “Insiden 11 September” terjadi, struktur bangunan langsung hancur dan bangunan runtuh secara vertikal. Percobaan yang dilakukan adalah meledakkan bangunan dengan cara meledakkan pilar-pilar bangunan sehingga menyebabkan plafon langsung menekan ke bawah. Meski keduanya dapat menciptakan ruang “segitiga emas”, namun ruang seperti itu tidak bisa diprediksi.
Ambil contoh lemari dapur, jika terjadi runtuhnya plafon, akan sulit untuk menentukan sisi mana dari lemari dapur yang bisa menciptakan ruang “segitiga emas”. Selain itu, orang juga akan mengalami kesulitan untuk berpindah dari lokasi dirinya berada menuju samping mebel berukuran besar yang ber-“segitiga emas”, jika gempa terlalu kuat sulit untuk bergerak.
Oleh karena itu, ketika kekuatan gempa dan arah keruntuhan bangunan tidak dapat diprediksi sebelumnya, maka peluang bertahan hidup dengan menerapkan prinsip “DCH” saat terjadi gempa masih lebih tinggi dibandingkan bersembunyi di ruang “segitiga emas”.
Perilaku berbahaya 3. Berlari membuka pintu karena takut pintu berubah bentuk
Intensitas gempa yang menyebabkan kusen pintu berubah bentuk setidaknya yang berkekuatan 5 Magnitudo ke atas. Intensitas gempa ini juga merupakan awal timbulnya korban jiwa manusia, seperti luka atau sekarat karena tertimpa benda yang jatuh, atau terjatuh saat berpindah tempat. Dalam kasus yang paling ekstrem yaitu runtuhnya bangunan.
Oleh karena itu, dengan mencoba membuka pintu, kita menempatkan diri pada situasi yang berbahaya. Jika kusen pintu benar-benar berubah bentuk sehingga tidak lagi bisa dibuka, orang yang terjebak dalam ruangan itu belum tentu keselamatan jiwanya terancam.
Perilaku berbahaya 4. Sengaja pergi ke dapur untuk mematikan api kompor
Saat gempa bumi terjadi, jika ada orang yang kebetulan berada di dekat kompor gas yang sedang digunakan untuk memasak sesuatu, maka ia dapat langsung mematikan api kompor. Namun jika tidak berada di dapur, sebaiknya jangan sengaja lari ke dapur untuk mematikan api kompor, sebaiknya berlindung terlebih dahulu di tempat di mana ia berada.
Bagaimana melindungi diri dalam situasi yang berbeda saat gempa terjadi ?
Jika sedang mandi, mengendarai kendaraan, berada dalam lift saat gempa terjadi, kita masih dapat melindungi diri.
Mandi atau berada dalam toilet saat gempa terjadi : Cara terbaiknya adalah berlindung di tempat. Karena saat mandi, shower gel bisa berada di mana-mana, sehingga mudah terpeleset, jatuh, kepala terbentur karena bergerak terburu-buru. Terlepas dari apakah orang berada di kamar mandi atau toilet, mereka tetap harus waspada dan menjauhi pecahan kaca besar, cermin, dan wastafel yang dapat pecah. Jika kebetulan di samping ada ember atau handuk, itu dapat dimanfaatkan untuk melindungi kepala.
Berada di pusat perbelanjaan saat gempa terjadi : Ikuti prinsip berlindung di tempat, lindungi kepala, dan usahakan agar tidak tertimpa rak, lampu gantung dan lainnya yang mungkin jatuh.
Sedang menonton film saat gempa terjadi : Tergantung pada ukuran ruangan, orang dapat berjongkok atau duduk di kursi sambil membungkukkan badan, lalu melindungi kepala dengan tangan. Jangan terburu-buru keluar dalam kondisi panik, karena hal ini akan membuat orang gampang terluka akibat saling mendorong dan berdesakan.
Naik eskalator, dalam lift saat gempa terjadi : Paling baik adalah berpegangan pada pegangan tangan agar tidak terjatuh. Jika sedang berada di dalam lift, ia harus segera menekan tombol di mana lantai lift sedang berada agar secepat mungkin berhenti naik atau turun.
Andaikata orang terjebak di dalam lift akibat rusak oleh guncangan gempa, Tsai Tsung-Han mengingatkan, bahwa lift skarang sudah dilengkapi dengan saluran ventilasi udara, bukan lagi ruang tertutup, jadi pengguna lift yang terjebak tidak perlu panik kecuali menunggu penyelamatan.
Orang sedang mengemudi kendaraan saat gempa terjadi : Menepikan kendaraan secara perlahan lalu berhenti di sana, orang tidak perlu bergegas keluar dari mobil, karena bodi mobil dianggap sebagai tempat yang terlindungi.(sin/yn)
Sumber: ntdtv