Pada Senin (6 Mei), Israel mendesak warga sipil di sebelah timur Rafah sekitar 100.000 orang untuk mengungsi, kemudian melancarkan serangan udara terbatas ke daerah tersebut. Pada hari yang sama, Hamas menyatakan kesediaannya untuk menerima perjanjian gencatan senjata, namun Israel mengatakan perjanjian tersebut belum memenuhi persyaratan Israel
oleh Yi Jing – NTD
Pada Senin, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mendesak 100.000 warga sipil Palestina di timur kota Rafah untuk sementara waktu mengungsi ke daerah bantuan kemanusiaan terdekat.
“Kami menyampaikan informasi (evakuasi) kepada warga Gaza melalui selebaran, pesan teks, panggilan telepon dan siaran media dalam bahasa Arab,” ujar juru bicara pemerintah Israel David Mencer.
Rahmah Naser, warga yang mengungsi dari Rafah mengatakan ia pergi hanya dengan membawa baju ganti, tidak membawa yang lain”.
Beberapa jam setelah perintah evakuasi dikeluarkan, tentara Israel melancarkan serangan udara terbatas ke daerah Rafah timur. Militer Israel mengatakan bahwa serangan menargetkan lokasi penembakan mortir Hamas.
Namun, tentara Israel belum mengkonfirmasi apakah evakuasi warga sipil di Rafah ini terkait dengan serangan darat yang akan datang.
Sehari sebelumnya, Hamas melancarkan serangan mortir terhadap penyeberangan Kerem Shalom di Gaza selatan dari lokasi yang dijadikan target serangan Israel hari Senin, menyebabkan 4 tentara Israel tewas dan melukai banyak orang lainnya, selain itu juga menyebabkan jalur utama untuk pengangkutan bantuan kemanusiaan ke Gaza terpaksa ditutup.
Pada Senin, Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka bersedia menerima proposal gencatan senjata Gaza yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar, namun tidak mengungkapkan rincian spesifik dari perjanjian tersebut.
Setelah kabar tersebut bocor, banyak warga Rafah turun ke jalan untuk merayakannya.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa perjanjian yang diterima Hamas jauh dari memenuhi tuntutan Israel. Oleh karena itu Israel akan mengirimkan delegasi untuk perundingan lebih lanjut.
Seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya mengungkapkan bahwa Hamas menerima “versi lunak” dari proposal Mesir, yang mengandung unsur-unsur yang tidak dapat diterima oleh Israel. (sin)