EtIndonesia. Jauh sebelum Homo sapiens menjadi satu-satunya spesies manusia yang menghuni Bumi, spesies protomanusia lainnya telah berkembang pesat. Sejumlah penelitian telah menelusuri DNA populasi purba ini, terutama Neanderthal dan Denisovan, pada manusia masa kini. Namun, DNA dari hominid purba yang hidup di Afrika belum terdeteksi pada manusia modern, terutama karena kesulitan dalam mengakses genom Afrika kuno.
Penelitian terbaru yang dirilis mengenai bioRxiv oleh Universitas California, Los Angeles, yang belum menjalani tinjauan sejawat, mengungkapkan penemuan baru yang menarik mengenai topik ini.
Dalam studi ini, peneliti Arun Durvasula dan Sriram Sankararaman dari Departemen Genetika Manusia di UCLA telah mengembangkan metode statistik yang menggabungkan berbagai pendekatan genetika populasi untuk mendeteksi tanda genetik yang tidak biasa dari nenek moyang kuno pada individu masa kini.
Dengan menggunakan pendekatan baru ini, para peneliti menganalisis DNA dari 50 individu yang dipilih secara acak dari populasi Eropa dan 50 individu kontemporer dari populasi Yoruba Afrika, yang genomnya telah diurutkan sebagai bagian dari Proyek 1000 Genom.
Analisis mereka mengungkapkan bahwa sekitar delapan persen susunan genetik populasi Yoruba di Afrika Barat berasal dari spesies hominin purba yang belum teridentifikasi. Karena DNA ini belum dikaitkan dengan populasi purba mana pun yang diketahui, maka DNA ini dijuluki DNA dari spesies “hantu”.
Pertanyaannya tetap: DNA “hantu” ini termasuk dalam spesies manakah?
Salah satu kemungkinannya adalah DNA ini berasal dari Homo heidelbergensis, kelompok hominin canggih yang diyakini hidup di Afrika lebih dari 200.000 tahun yang lalu. Alternatifnya, DNA tersebut mungkin milik populasi hominin yang sebelumnya tidak dikenal.
Kehadiran DNA kuno yang misterius ini kurang umum terjadi pada populasi Yoruba di wilayah genom yang terkena tekanan selektif yang kuat. Pengamatan ini menunjukkan bahwa, mirip dengan aliran gen Neanderthal dan Denisovan sebelumnya, campuran yang baru ditemukan ini menjalani proses seleksi alam yang menghilangkan sifat-sifat yang tidak menguntungkan.
Sebaliknya, di beberapa area genom, terdapat konsentrasi rangkaian DNA kuno yang lebih tinggi.
Pola ini tidak hanya menunjukkan pengaruh signifikan DNA kuno ini terhadap populasi Yoruba kontemporer, tetapi juga memberikan wawasan tentang proses evolusi manusia modern yang lebih luas. (yn)
Sumber: thoughtnova