NTD
Perekonomian Tiongkok terus merosot usai Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20, pertikaian antar fraksi dalam “keluarga Xi” semakin sengit. Akibat kekacauan politik, Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok terpaksa ditunda. Karena itu desas-desus anti-Xi beredar luas di berbagai kalangan masyarakat. Beberapa ahli mengungkapkan, bahwa akibat Xi Jinping telah membuat berbagai keputusan yang salah dan undang-undang yang sangat keliru, kekacauan politik membuat rezim yang berkuasa menghadapi ancaman runtuh lebih cepat. Sayangnya, jalan untuk berbalik arah bagi Xi Jinping sudah tertutup.
Kebijakan “Nol Kasus” dengan lockdown ketat selama tiga tahun yang digagaskan oleh Xi Jinping telah memberikan dampak sangat buruk terhadap perekonomian Tiongkok. Sekarang perekonomian Tiongkok berada dalam krisis parah, dan pihak berwenang tidak berdaya untuk memulihkannya, pertikaian sengit di kalangan petinggi PKT tidak terhindarkan. Sejumlah besar anggota dari fraksi “keluarga Xi” telah ditangkap, dicopot jabatannya, sehingga membuat para pejabat di semua tingkatan untuk memilih “Tang Ping” ketimbang kerja keras, berinisiatif kemudian disalahkan dan ditangkap. Ketika situasi politik, ekonomi dan diplomatik menghadapi kekacauan yang menyeluruh, semua orang mulai dari pejabat hingga warga masyarakat Tiongkok mengkritik Xi Jinping.
Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok ke-20 yang sedianya diadakan tahun lalu, hingga 30 April tahun ini baru diumumkan penyelenggaraannya di Juli mendatang. Dunia luar sedang memperhatikan apakah Sidang Pleno tersebut akan menelorkan langkah-langkah reformasi kelembagaan.
Yan Chungou, seorang media senior melalui akun Facebook-nya pada 12 Mei menyebutkan, bahwa Xi Jinping telah membuat terlalu banyak kesalahan penilaian dan membuat berbagai keputusan yang salah. Dalam sepuluh tahun terakhir, dia telah mencurahkan seluruh upayanya untuk melakukan tindakan yang kontra-reformasi, mematikan usaha swasta demi mendorong usaha negara, menjalankan “diplomasi serigala”, pengetatan politik, dan memperketat kontrol terhadap masyarakat dalam negeri, dia bahkan ingin menutup negara dan mencegah masuknya nilai-nilai universal demi mencegah kerusuhan sosial di dalam negeri.
Yan Chungou percaya bahwa kebijakan yang dikeluarkan Xi selama 10 tahun terakhir semuanya keliru, dan undang-undang jahat tak terhitung jumlahnya yang telah ia terapkan bertentangan dengan kebijakan keterbukaan yang baru. Sehingga Xi akan menghadapi situasi maju salah, mundur buntu. Jika kebijakan itu dibatalkan maka akan menimbulkan kekacauan yang lebih besar. Saat ini, ketika pemerintahan di semua tingkatan menghadapi kesulitan keuangan dan tata kelola sosial kehilangan kendali, kontroversi dan kekacauan politik akan membuat rezim yang sudah goyah ini runtuh lebih cepat.
Ada dokumen internal yang menyebutkan, mungkin Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral PKT akan memulai kembali pembahasan soal reformasi dan menetapkan jalan keterbukaan. Namun Yan Chungou mengatakan, bahwa semua orang di dalam dan di luar partai, kecuali Xi dan anggota partainya, percaya bahwa jalan yang ditempuh saat ini sudah buntu. Semua orang ingin berubah setelah banyak pertimbangan, satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan cara kembali melakukan reformasi dan keterbukaan. Tapi jalan tersebut telah dihancurkan oleh Xi selama ia berkuasa, jadi melangkah maju mau pun mundur semuanya menemui buntu. Bahkan rezim dapat runtuh lebih cepat jika ia kembali ke jalan reformasi.
Du Wen, mantan pejabat PKT yang kini berada dalam pengasingan di luar negeri, baru-baru ini menerbitkan sebuah artikel lewat media sosial “X” menyebutkan, tanpa keinginan untuk melakukan reformasi politik yang besar dan mendasar, situasi seperti pemulihan politik akan semakin sulit, masalah dalam negeri menjadi semakin komplek dan rumit, diplomasi juga akan semakin melanggar akal sehat, sehingga pengambilan keputusan yang tidak tepat ketika menghadapi masalah menjadi semakin besar. Situasi ini tidak hanya sulit diubah dalam jangka pendek, namun akan semakin memburuk.
Namun, Du Wen percaya bahwa sistem politik PKT saat ini telah menyebabkan organisasi jahat ini kehilangan kemampuan untuk melakukan perubahan dan transisi politik yang besar. Dari serangkaian pernyataan publik dan pribadi mereka kita bisa melihat bahwa PKT telah bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Saat ini, suara-suara anti-Xi bertebaran di dalam dan di luar PKT, dan semua lapisan masyarakat sedang menunggu sesuatu terjadi terhadap diri Xi Jinping.
Yuan Hongbing, seorang cendekiawan yang tinggal di Australia, baru-baru ini mengungkapkan dalam program “Forum Elit”, bahwa sebuah kasus besar telah terjadi di dalam fraksi “keluarga Xi”. Saat ini terdapat lebih dari 170 orang pejabat di atas tingkat militer yang semuanya merupakan pejabat binaan “keluarga Xi”, mereka sedang menghadapi pemeriksaan pihak berwenang, dan loyalitas mereka terhadap Xi sedang dipertanyakan. Jelas hal ini merupakan pukulan yang sangat berat bagi Xi.
Pada 29 April, Menteri Keamanan Negara Chen Yixin mempublikasikan pengumuman yang menyebutkan bahwa pihaknya sudah mulai melakukan gerakan “Melawan 5 Kontra”, (yakni Kontra-subversi, kontra-hegemoni, kontra-separatisme, kontra-terorisme, kontra-spionase), selain itu, terhadap anggota di internal pihaknya melakukan “pencabutan paku”, “pembasmian terhadap pengkhianat”, dan pernyataan lainnya.
Komentator independen Cai Shenkun mengatakan di platform “X” bahwa ini menunjukkan bahwa “paku” dan “pengkhianat” berada di sekitar Xi Jinping, dan tidak mudah untuk dilawan. Tujuan Chen Yixin meluncurkan gerakan “Melawan 5 Kontra” tak lain adalah untuk mengintimidasi pejabat partai dan para pembangkang, agar mereka tidak bertindak gegabah atau membuat pernyataan menyerang rezim atau individu yang tidak bertanggung jawab.
Yao Cheng, mantan letnan kolonel dan staf Komando Angkatan Laut Tiongkok yang sudah hijrah ke AS menyatakan lewat platform “X” pada 3 Mei, bahwa berbagai rumor beredar di militer mengenai Xi mengangkat orang yang tidak memahami urusan militer dan cuma penjilat untuk duduk di bangku pejabat militer, hal itu membuat beberapa perwira yang cakap dan berpengetahuan militer merasa tidak puas dan tidak punya masa depan, sehingga mereka ingin berganti karier.
Yao Cheng yakin bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa pejabat senior militer dan bahkan pensiunan jenderal yang tidak puas dengan Xi dapat menekan Xi pada Sidang Pleno bulan Juli nanti.
Namun, Wang Juntao, Ketua Komite Nasional Partai Demokrat Tiongkok yang seorang ilmuwan politik berbasis di Amerika Serikat saat ini, mengatakan kepada “The Epoch Times” pada 11 Mei, bahwa tidak mudah bagi militer untuk mengadakan protes, karena saat ini para pejabat senior militer dikelilingi oleh agen-agen Xi.
Kepada “The Epoch Times” Du Wen mengatakan bahwa Xi Jinping adalah orang yang tidak mengenal belas kasih dan memiliki kecurigaan besar terhadap orang lain. Oleh karena itu diragukan apakah konsep “keluarga Xi” itu benar-benar ada. Saat ini Xi adalah satu-satunya pemimpin partai, sehingga tidak mudah untuk menemukan kekuatan dalam partai yang mampu mengimbanginya. Namun jika konsep “keluarga Xi” itu tidak terbentuk, maka probabilitas terjadinya kudeta lebih besar. “Itu mungkin tantangan nyata dan terbesar yang dihadapi Xi Jinping,” katanya. (sin)