EtIndonesia. Dalam sebuah kasus yang dilaporkan baru-baru ini di Tiongkok, seorang wanita didiagnosis mengidap “otak cinta” setelah dia diduga menelepon pacarnya lebih dari 100 kali sehari. Nah, teman-teman itu, adalah otak cinta, dan itu tidak lucu atau normal dan membutuhkan bantuan ahli.
Sindrom ‘otak cinta’ mungkin bukan istilah medis atau psikologis yang dikenal. Namun, ini mungkin merujuk pada perubahan neurologis dan psikologis yang terjadi ketika seseorang sedang jatuh cinta atau tergila-gila. Saat seseorang mengalami cinta romantis, otaknya mengalami berbagai perubahan, termasuk peningkatan aktivitas di area yang berhubungan dengan kesenangan, penghargaan, dan motivasi.
Neurotransmiter seperti dopamin, serotonin, dan oksitosin memainkan peran penting dalam proses ini, berkontribusi terhadap perasaan euforia, keterikatan, dan ikatan. Selain itu, cinta dapat memengaruhi proses kognitif, seperti perhatian, ingatan, dan pengambilan keputusan.
Orang yang sedang jatuh cinta sering kali menunjukkan fokus yang tinggi pada pasangannya, ingatan yang jelas tentang pengalaman bersama, dan kecenderungan untuk memprioritaskan kesejahteraan pasangannya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa sindrom otak cinta bukanlah diagnosis klinis melainkan istilah sehari-hari yang digunakan untuk menggambarkan efek emosional dan kognitif yang intens dari cinta romantis. Meskipun cinta dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan yang luar biasa, cinta juga dapat menimbulkan tantangan dan kerumitan dalam hubungan. Mencari dukungan dari orang-orang terkasih atau ahli kesehatan mental dapat bermanfaat untuk menghadapi naik turunnya cinta romantis.
Meskipun ini bukan diagnosis klinis, penyakit ini dapat bermanifestasi dalam berbagai cara. Berikut lima tanda Anda mungkin mengalami sindrom otak cinta dan beberapa tips untuk mengelolanya:
- Pikiran obsesif
Jika Anda terus-menerus memikirkan pasangan, mengulangi interaksi, atau membayangkan skenario masa depan bersama, itu bisa menjadi tanda sindrom otak cinta. Untuk mengatasinya, cobalah berlatih teknik mindfulness untuk mengalihkan pikiran Anda dan fokus pada momen saat ini.
- Hilangnya nafsu makan atau gangguan tidur
Cinta romantis dapat memengaruhi nafsu makan dan pola tidur Anda, sehingga menyebabkan perubahan kebiasaan makan atau kesulitan tidur. Menetapkan jadwal tidur yang teratur dan melakukan teknik relaksasi sebelum tidur dapat membantu meningkatkan kualitas tidur. Selain itu, prioritaskan nutrisi pada tubuh Anda dengan makanan seimbang, meski Anda tidak merasa lapar.
- Rollercoaster Emosional
Cinta dapat mendatangkan emosi yang intens, termasuk euforia, kecemasan, kecemburuan, dan rasa tidak aman. Sadarilah bahwa mengalami berbagai perasaan dalam suatu hubungan adalah hal yang wajar, namun penting untuk berkomunikasi secara terbuka dengan pasangan Anda dan mengatasi segala kekhawatiran atau rasa tidak aman bersama-sama.
- Mengabaikan tanggung jawab yang lain
Saat Anda sedang jatuh cinta, mudah untuk memprioritaskan hubungan Anda di atas aspek lain dalam hidup Anda, seperti pekerjaan, hobi, atau persahabatan. Meskipun penting untuk memelihara hubungan Anda, pastikan untuk menjaga keseimbangan yang sehat dan terus melakukan aktivitas yang memberi Anda kepuasan dan kegembiraan di luar hubungan romantis Anda.
- Ketergantungan pada pasangan Anda untuk kebahagiaan
Jika Anda hanya mengandalkan pasangan untuk mendapatkan pengakuan, dukungan, dan kebahagiaan, hal ini dapat membebani hubungan dan kesejahteraan Anda. Kembangkan rasa kemandirian dengan berinvestasi dalam perawatan diri, mengejar kepentingan pribadi, dan membina hubungan lain dalam hidup Anda.
Mengatasi sindrom otak cinta melibatkan menemukan keseimbangan antara menikmati intensitas cinta romantis dan menjaga identitas dan kesejahteraan pribadi Anda. Dengan melatih kesadaran diri, menetapkan batasan, dan membina dinamika hubungan yang suportif dan sehat, Anda dapat menavigasi kompleksitas cinta dengan ketahanan dan kepuasan yang lebih besar. (yn)
Sumber: indiatimes