Epoch Times
Di saat dunia luar khawatir terhadap potensi pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang menghadapi tantangan besar, data dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tiongkok menunjukkan, selama lima hari libur May Day, kedatangan warga asing ke Tiongkok menurun. Saat ini, jumlah warga asing yang masuk ke Tiongkok hanya mencapai 30% dari 2019 sebelum epidemi.
Menurut data tersebut, jumlah warga asing yang datang ke Tiongkok termasuk wisatawan, pebisnis, pelajar pada 2019 mencapai hampir 98 juta orang. Sedangkan jumlah itu tingga 35 juta pada 2023.
Saat ini, Tiongkok dalam situasi industri real estat sedang terpuruk, utang pemerintah daerah terus membengkak, dan tingkat pengangguran cukup tinggi. Ketika pemerintah Tiongkok ingin mencapai target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sekitar 5% tahun ini, industri pariwisata mungkin membawa secercah harapan, hal ini diharapkan dapat membawa peluang kepada bisnis industri jasa yang lebih besar.
Namun, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Tiongkok jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. BBC berbahasa Mandarin melaporkan bahwa jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Tiongkok hanya sekitar 30% dibandingkan sebelum epidemi pada 2019.
Luo Sir, seorang penulis menyebutkan dalam artikelnya pada 13 Mei yang berjudul “Yang lebih menakutkan daripada kejatuhan real estate adalah bahwa tidak ada lagi orang asing yang datang (ke Tiongkok)”, menyebutkan bahwa jumlah orang asing yang masuk ke Tiongkok saat ini hanya 30% dari jumlah orang asing yang masuk pada tahun 2019. Ini adalah masalah yang sangat besar. Tiongkok mungkin semakin menjauh dari dunia internasionalisasi.
Artikel tersebut menyinggung soal menurunnya kunjungan wisatawan dan investasi asing secara langsung menyebabkan menurunnya minat warga asing datang ke Tiongkok. Salah satu hal utama yang dilakukan wisatawan asing ke Tiongkok adalah konsumsi dan investasi, dan sesungguhnya ketidakpastian adalah hal yang paling ditakuti dalam aktivitas bisnis seperti konsumsi dan investasi.
Selama tiga tahun terakhir, tindakan pencegahan epidemi yang ketat di Tiongkok telah menyebabkan penurunan tajam jumlah wisatawan dari negara lain, namun hal ini tidak menjelaskan situasi saat ini.
Hasil survei “Pew Research Center” di luar negeri pada 2023 menunjukkan bahwa sebagian besar orang di negara-negara Barat memiliki pandangan negatif terhadap Tiongkok, dan hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi wisatawan asing di Tiongkok.
BBC berbahasa Mandarin melaporkan bahwa saran perjalanan resmi yang dikeluarkan beberapa negara asing juga menganut pandangan ini, malahan terkadang dengan cara yang cukup keras.
Pemerintah AS memperingatkan bahwa karena penegakan hukum yang sewenang-wenang di Tiongkok, termasuk undang-undang yang terkait dengan larangan keluar, dan risiko penangkapan oleh otoritas berwenang, sehingga pemerintah AS merekomendasikan kepada warganya yang akan ingin melakukan perjalanan ke Tiongkok untuk mempertimbangkan kembali rencananya.
Australia menyarankan para pelancongnya yang mau berkunjung ke Tiongkok untuk menerapkan kehati-hatian tingkat tinggi, dan memperingatkan bahwa warga Australia mungkin menghadapi risiko penahanan sewenang-wenang atau penegakan hukum yang ketat saat di Tiongkok, termasuk dituduh melanggar Undang-undang Keamanan Nasional yang dapat didefinisikan secara luas oleh pihak berwenang Tiongkok.
Tahun lalu, Wall Street Journal melaporkan bahwa enam bulan setelah Tiongkok membuka kembali perbatasannya, wisatawan internasional yang berkunjung ke Tiongkok masih sangat sedikit. Hal ini merupakan tanda lain bahwa pemerintah Tiongkok semakin menjauh dari Barat, yang secara jangka panjang dapat menimbulkan konsekuensi negatif.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa tidak adanya wisatawan mancanegara terlihat jelas di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai. Pada paruh pertama tahun lalu, jumlah wisatawan mancanegara di kota-kota besar di Tiongkok hanya mencapai kurang dari seperempat jumlah wisatawan asing sebelum epidemi 2019.Â
Para ahli mengatakan bahwa dengan berkurangnya wisatawan mancanegara dan pebisnis yang datang ke Tiongkok berarti semakin sedikit peluang bagi orang asing untuk melihat secara langsung apa yang terjadi di Tiongkok dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Padahal ini adalah faktor penting dalam meredakan ketegangan geopolitik.
Xiao Qianhui, Presiden Cabang Pariwisata Cerdas dari Asosiasi Pariwisata semi-resmi Tiongkok, mengatakan dalam pidatonya pada bulan Mei tahun lalu, bahwa jumlah wisatawan dari Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan semuanya telah mengalami penurunan yang signifikan. Dengan hengkangnya orang asing yang lama tinggal di kota-kota lapis pertama Tiongkok, secara jangka panjang akan mengurangi minat wisatawan asing datang ke Tiongkok. Saat ini orang asing yang masuk ke Tiongkok sebagian besar berasal dari negara tetangga seperti Rusia, Mongolia, Myanmar, dan Vietnam. (sin)