NTD
Sudah menjadi rahasia umum bahwa PKT menculik para pembangkang dari Asia Tenggara untuk dibawa kembali ke Tiongkok. Sebelumnya terungkap ada orang asal Tiongkok yang telah berhasil diculik dari Prancis dan dibawa kembali ke Tiongkok. Baru-baru ini seorang mantan agen Partai Komunis Tiongkok mengungkapkan bahwa para agen PKT ini juga berencana menculik target dari Taiwan, yang mereka yakini “kecil kemungkinannya untuk gagal”.
Beberapa hari yang lalu, mantan agen dari Biro Keamanan Politik Kementerian Keamanan Publik Tiongkok dengan nama samaran Eric, mengungkapkan rincian tentang upaya PKT untuk memikat para pembangkang di luar negeri agar kembali ke Tiongkok di depan pembawa acara program Australian Broadcasting Corporation.
Eric yang berusia 39 tahun mengatakan, pada tahun 2023 sebelum ia membelot ke Australia, ia pernah menjabat sebagai agen dari Biro Kementerian Keamanan Publik Tiongkok selama 15 tahun, yang tugasnya adalah menyusup ke aktivitas pemerintah Tibet di pengasingan, dan menargetkan banyak pembangkang Tiongkok di pengasingan, termasuk Wang Liming, kartunis “Rebel Pepper” yang bekerja di Radio Free Asia (RFA) sejak pengasingannya di Amerika Serikat pada 2017.
Dalam beberapa kasus, kata Eric, agen-agen Tiongkok diarahkan untuk merencanakan upaya memikat para pembangkang pergi ke Asia Tenggara, karena di negara Asia Tenggara operasi dari polisi luar negeri (PKT) lebih bebas dan dapat membawa para pembangkang kembali ke Tiongkok melalui cara-cara ilegal.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya pernah terlibat dalam perencanaan untuk menculik Wang Liming untuk dibawa kembali ke Tiongkok, namun gagal. Undangan wawancara kerja di Asia Tenggara yang diterima Wang Liming pada tahun 2017 sebenarnya adalah sebuah jebakan yang dibuat agen. Jika saha Wang memenuhi panggilan undangan pada tahun itu, maka ia akan dibawa pulang paksa ke Tiongkok.
Eric juga mengungkapkan bahwa Kementerian Keamanan Publik Tiongkok telah mencoba menggunakan kelompok yang didanai Tiongkok di Kamboja, yakni Prince Group untuk melakukan penipuan tersebut. Pada saat itu, Eric “dipekerjakan” di perusahaan tersebut.
“Tentu saja bos besar mereka mengetahui siapa saya dan apa misi saya”, ujar Eric. Hubungan antara ‘Prince Group’ dan polisi rahasia PKT sangat erat”.
Wang Liming menjelaskan kejadian mengenai “undangan wawancara Prince Group” tahun itu kepada Radio Free Asia : Pada bulan November 2016, saat Wang Liming tinggal di Jepang, dirinya menerima sebuah pesan Twitter dari seseorang bernama “Xiao Yang” yang mengaku sebagai penggemar dirinya. “Xiao Yang” yang sebenarnya adalah Eric ini kemudian menjalin kontak jangka panjang dengan Wang Ziming melalui email.
“Xiao Yang” mengaku sebagai Direktur Perencanaan Prince Real Estate Group dan sering meminta bantuan Wang dalam desain produk perusahaan. Belakangan, Wang direkomendasikan oleh “Xiao Yang” kepada perusahaan untuk menduduki jabatan “Direktur Kreatif Global” dari Prince Group, dan memintanya untuk mengajukan lamaran ke manajer sumber daya manusia Prince Group. Manajer kemudian mengirim lewat email undangan untuk mengajak Wang Liming berwawancara di Kamboja.
Namun, Wang Liming menolak wawancara tersebut karena alasan keamanan. Selanjutnya, Prince Group memberinya kesempatan untuk wawancara di kantor grup tersebut di Taiwan. Kali ini Wang Liming setuju untuk berwawancara di Taiwan namun dibatalkan karena ditentang keras oleh istrinya.
Baru sekarang Wang Liming mengetahui kejadian sebenarnya. Di Radio Free Asia ia mengatakan : “Saya sangat terkejut dan takut. Jika saya benar-benar pergi (untuk berwawancara), saya mungkin tidak akan berada di sini sekarang… Saya bahkan tidak tahu apakah saya masih bisa hidup”.
Kemudian di acara tersebut ABC melakukan sambungan telepon agar Wang Liming bisa bebricara langsung dengan Eric (alias “Xiao Yang” saat itu).
Setelah panggilan telepon tersebut, Wang Liming mengatakan bahwa “Xiao Yang” memberitahunya bahwa agen PKT merasa yakin bisa menipu dirinya pergi ke Taiwan untuk berwawancara pada saat itu, karena dukungan yang besar dari Prince Group Taiwan, jadi para agen PKT sangat yakin bisa menculik Wang dari Taiwan setelah digiring ke laut lepas, kemudian dibawa ke daratan Tiongkok.
Para ahli yang diwawancarai oleh Radio Free Asia mengatakan bahwa Asia Tenggara telah lama dijadikan oleh PKT sebagai lokasi di luar negeri untuk melakukan penculikan, namun penculikan terhadap seorang pembangkang di Taiwan belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberanian Biro Keamanan Publik Tiongkok melakukan operasi di luar negeri sudah melampaui batas toleransi.
Zheng Wenjie, seorang aktivis asal Hongkong yang tinggal di Inggris mengatakan : “Sungguh mengerikan bahwa agen rahasia Partai Komunis Tiongkok berani melakukan operasi penegakan hukum lintas batas hingga di Taiwan”, “Lewat kasus-kasus ini kita diingatkan bahwa jangan sekali-kali meremehkan ambisi PKT untuk melakukan ekspansi totaliter. Ini adalah sinyal yang sangat, sangat penting”.
Dalam beberapa tahun terakhir, Partai Komunis Tiongkok telah melakukan sejumlah operasi penculikan atau penjebakan transnasional di Asia Tenggara. Kasus-kasus penculikan tingkat tinggi terhadap para pembangkang telah terjadi di Laos, Thailand, Myanmar, Vietnam dan tempat lainnya.
Menurut analisis Chen Yonglin, mantan diplomat Tiongkok yang membelot ke Australia pada tahun 2005, negara-negara Asia Tenggara ini disukai oleh Biro Keamanan Publik Tiongkok karena kedekatan geografisnya dengan Tiongkok, selain perusahaan di Asia Tenggara yang memiliki hubungan dekat dengan Tiongkok dapat menyediakan gedung perkantoran atau properti komersial kepada personel Biro Keamanan Publik untuk dijadikan sebagai basis operasi spionase.
Namun operasi penculikan PKT di luar negeri tidak terbatas hanya di Asia Tenggara dan Selatan. Pada 2 Mei tahun ini, Stasiun TV “France 2” menyiarkan laporan khusus yang mengungkapkan, Kedutaan Besar Tiongkok di Prancis, anggota Asosiasi Sino-Prancis, polisi bawah tanah Tiongkok di Prancis, organisasi ekspatriat, dll. telah menjalin hubungan kerja sama dengan Biro Keamanan Publik Tiongkok untuk mengorganisir penculikan. Mengancam dan berupaya memaksa pembangkang Tiongkok untuk kembali ke daratan Tiongkok.
Media Prancis tersebut menyiarkan rekaman personel Tiongkok yang membentuk pengawalan “formasi besar” untuk menggiring Ling Huazhan, seorang pembangkang berusia 26 tahun ke bandara Paris dalam upayanya untuk memaksanya terbang kembali ke Tiongkok. (sin)