Tujuan bersama Rusia dan komunis Tiongkok adalah untuk melawan tatanan yang diatur secara internasional, kata Gedung Putih
Dorothy Li
Pihak Gedung Putih mengatakan “tidak mengherankan” bahwa Rusia dan komunis Tiongkok terus memperkuat kemitraan strategis mereka setelah kedua pemimpin negara tersebut berpelukan dua kali di depan kamera pada 17 Mei lalu.
“Kesamaan yang mereka miliki adalah keinginan untuk menantang peraturan internasional atau menantang jaringan sekutu dan kemitraan yang dinikmati Amerika Serikat” dan “mencoba mencari cara untuk meningkatkan kepentingan keamanan nasional masing-masing,” ujar John Kirby, juru bicara keamanan nasional Presiden Joe Biden, kepada para wartawan dalam konferensi pers pada 17 Mei.
“Kami tidak melihat ada sesuatu yang dihasilkan dari pertemuan ini yang membuat kami terkejut,” katanya.
Komentar Kirby muncul ketika Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Tiongkok untuk kunjungan kedua kalinya dalam waktu kurang dari setahun.
Dalam pertemuan dengan pemimpin rezim komunis Tiongkok, Xi Jinping, Putin menegaskan kembali kemitraan “tanpa batas” yang ia nyatakan beberapa minggu sebelum mengirim pasukan ke Ukraina pada 2022.
Mereka juga mengeluarkan sebuah pernyataan bersama sepanjang 7.000 kata pada 16 Mei untuk menunjukkan kedekatan mereka di tengah tekanan yang dipimpin oleh AS atas perang Rusia melawan perang Ukraina dan bantuan Tiongkok ke Moskow.
Setelah sehari pembicaraan di Beijing, pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi, yang tidak dikenal suka menunjukkan kehangatan dengan para pemimpin lainnya, memulai pelukan sambil tersenyum setelah berjabat tangan dengan Putin, demikian tayangan video yang dirilis oleh stasiun televisi pemerintah Tiongkok, CCTV.
Pemimpin Krimea itu tampak ragu-ragu selama beberapa detik, kemudian mengangkat tangannya dan memeluk Xi, menepuk pundak satu sama lain. Kedua pemimpin itu berjabat tangan lagi sebelum Putin pergi dengan mobil kenegaraannya.
Ketika ditanya tentang rekaman tersebut, Kirby menepis anggapan bahwa kedua pemimpin itu menunjukkan kedekatan.
“Itu bagus untuk mereka,” kata Kirby. Karena kedua negara “jelas bertindak dengan berbagai cara di seluruh dunia yang bertentangan dengan kepentingan keamanan nasional kami,” maka tidak mengherankan jika kedua pemimpin ini terus berusaha mengembangkan hubungan yang sedang berkembang ini.
“Tetapi mereka juga merupakan dua pemimpin yang tidak memiliki sejarah panjang dalam bekerja sama. Dan para pejabat di kedua pemerintahan itu belum tentu saling percaya satu sama lain,” tambahnya.
Kekhawatiran tentang dukungan PKT terhadap upaya perang Rusia terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Amerika Serikat telah berulang kali memperingatkan Beijing untuk berhenti mengirim peralatan mesin, chip, dan peralatan lainnya yang memiliki kegunaan sipil dan militer untuk membantu membangun kembali sektor pertahanan Moskow.
Pesan serupa disampaikan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam sebuah pembicaraan dengan pemimpin PKT dan Presiden Prancis Emmanuel Macron awal bulan ini. Dengan menyebut perang di Ukraina sebagai ancaman eksistensial bagi Eropa, von der Leyen mendesak Beijing untuk menghentikan pasokan barang-barang penggunaan ganda yang berakhir di medan perang.
Pada briefing rutin pada 16 Mei, Departemen Luar Negeri AS memperingatkan PKT harus memutuskan antara terus mendukung Rusia atau mempertahankan hubungan dengan Barat.
Tiongkok “tidak bisa memiliki segalanya,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel kepada wartawan, dan mengatakan bahwa PKT memicu “ancaman terbesar bagi keamanan Eropa dalam waktu yang lama.”
Putin menghabiskan hari terakhirnya di Tiongkok di kota utara Harbin, di mana ia mengunjungi Pameran Tiongkok-Rusia. Dia juga bertemu dengan para mahasiswa di Institut Teknologi Harbin, institusi terkemuka di Tiongkok untuk ilmu persenjataan, yang telah diberikan sanksi oleh Departemen Perdagangan AS.
Ini adalah perjalanan luar negeri pertama Putin sejak ia memulai masa jabatan enam tahun yang baru sebagai presiden pada awal bulan ini. Langkah ini memperpanjang masa pemerintahan Putin selama 24 tahun dan membuatnya menjadi salah satu pemimpin terlama di Rusia.
Memilih Beijing sebagai tujuan pertama ke luar negeri pada masa jabatan kelima Putin, pemimpin Rusia ini telah mengirim pesan yang menyoroti pentingnya PKT bagi Moskow, kata para analis.
Sejak Xi menjabat pada 2012, Putin telah bertemu dengannya lebih dari 40 kali. Pemimpin PKT juga memilih Moskow sebagai tujuan pertamanya ke luar negeri sejak dimulainya masa jabatan ketiganya yang memecahkan rekor pada Maret 2023. Pada saat itu, Xi mengatakan kepada Putin bahwa sebuah perubahan akan terjadi yang “belum pernah terjadi selama 100 tahun.” (asr)