COVID-19 di Singapura Kembali Melonjak dengan lebih dari 25.900 Kasus Sepekan, Pemerintah Mengimbau Warganya Menggunakan Masker

Singapura mengalami gelombang baru kasus COVID-19. Pihak berwenang mencatat lebih dari 25.900 kasus dari  5 hingga 11 Mei. Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung menyarankan masyarakat untuk memakai masker lagi pada  Sabtu 18 Mei.

“Kita berada di bagian awal dari gelombang yang terus meningkat,” kata Kung. 

“Jadi, menurut saya, gelombang ini akan mencapai puncaknya dalam dua hingga empat minggu ke depan, yang berarti antara pertengahan dan akhir Juni,” katanya kepada The Straits Times.

Lonjakan signifikan dalam kasus COVID-19 dan rawat inap

Kementerian Kesehatan Singpura melaporkan bahwa jumlah kasus COVID-19 meningkat secara signifikan, dari 13.700 pada minggu sebelumnya menjadi 25.900 pada minggu 5-11 Mei. 

Rata-rata rawat inap harian meningkat menjadi sekitar 250 dari 181 pada minggu sebelumnya, sementara kasus rawat inap di unit perawatan intensif (ICU) tetap rendah, meningkat sedikit dari dua menjadi tiga kasus per hari.

Untuk mengelola kapasitas rumah sakit, pihak rumah sakit umum telah diarahkan untuk mengurangi operasi elektif yang tidak mendesak dan memindahkan pasien yang sesuai ke fasilitas perawatan transisi atau perawatan di rumah melalui program Perawatan Rawat Inap Bergerak Care@Home, yang memungkinkan pasien yang secara klinis cocok untuk dirawat di rumah.

Menkes Singapura memperingatkan bahwa jika kasus COVID-19 kembali meningkat dua kali lipat, Singapura akan memiliki 500 pasien dalam sistem perawatan kesehatan, jumlah yang masih dapat ditangani. Namun, jika kasus meningkat dua kali lipat untuk kedua kalinya, mencapai 1.000 pasien, hal ini akan memberikan beban yang signifikan pada sistem rumah sakit. “Seribu tempat tidur setara dengan satu rumah sakit regional,” kata Ong. Dia menekankan bahwa meskipun saat ini tidak ada pembatasan sosial yang direncanakan, sistem perawatan kesehatan harus bersiap untuk potensi peningkatan kasus.

Ong juga menyebutkan bahwa sebagai pusat transportasi dan komunikasi, Singapura kemungkinan besar akan mengalami gelombang COVID-19 lebih awal daripada kota-kota lain. 

“Jadi, COVID-19 adalah sesuatu yang harus kita jalani. Setiap tahun, kita harus menghadapi satu atau dua gelombang,” katanya. 

Saat ini, varian COVID-19 yang paling dominan secara global adalah JN.1 dan sub-galurnya, termasuk KP.1 dan KP.2, yang menyumbang lebih dari dua pertiga kasus di Singapura.

Pada 3 Mei, Organisasi Kesehatan Dunia mengklasifikasikan KP.2 sebagai variant under monitoring Tidak ada indikasi bahwa KP.1 dan KP.2 lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian lainnya. Kementerian Kesehatan Singapura mendesak masyarakat untuk terus mendapatkan vaksinasi untuk melindungi diri dari jenis yang ada saat ini dan yang baru muncul. Sekitar 80% dari populasi lokal telah menyelesaikan dosis awal atau dosis tambahan tetapi belum menerima dosis dalam setahun terakhir. (asr)

Sumber : financialexpress.com