Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan tewas setelah helikopter yang membawanya ke negaranya jatuh dalam sebuah kecelakaan. Raisi dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang brutal selama hidupnya dan dikenal sebagai “Penjagal Teheran”. Dia juga memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis Tiongkok. Beberapa analis percaya bahwa insiden tersebut mungkin membuat khawatir pemimpin Partai Komunis Tiongkok
Tang Rui – NTD
Pada 20 Mei, para pejabat Iran mengonfirmasi bahwa helikopter yang membawa sembilan orang termasuk Presiden Raisi dan Menteri Luar Negeri Iran, jatuh di dekat perbatasan dengan Azerbaijan. Insiden tersebut menewaskan seluruh orang di dalamnya.
Pada hari yang sama, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengumumkan masa berkabung publik selama lima hari, namun beberapa warga Iran justru menyalakan kembang api untuk merayakannya.
Pada 20 Mei, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping menyatakan bahwa “rakyat Tiongkok telah kehilangan seorang teman baik.”
Li Muyang, pembawa acara “News Watch”, mengatakan, “Tidak ada masalah dengan Xi Jinping yang mewakili pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT), dia adalah pemimpin partai PKT, tetapi jika dia ingin mewakili rakyat Tiongkok, dia tidak bisa merepresentasikan rakyat Tiongkok. PKT sendiri sama sekali tidak mewakili rakyat. Dan, rakyat Tiongkok ingin diktator seperti Raisi berakhir.”
Raisi yang berusia 63 tahun terpilih sebagai presiden Iran pada tahun 2021 dan merupakan tokoh peringkat kedua Iran. Di bawah pemerintahannya, Iran tidak hanya berada dalam kesulitan ekonomi, tetapi juga memiliki situasi diplomatik yang sangat tegang memburuk dari hari ke hari, namun mempunyai hubungan erat antara PKT dan Rusia.
Komentator urusan terkini Lan Shu berkata: “Xi Jinping dan para pemimpin tertinggi Partai Komunis Tiongkok segera mengirimkan ucapan belasungkawa kepada Iran. Hal ini menunjukkan bahwa kematian mendadak presiden Iran berdampak besar pada para pemimpin tertinggi Partai Komunis Tiongkok. Pasalnya, situasi yang dihadapi Tiongkok saat ini mirip dengan Iran. Ada beberapa kesamaan, seperti kemerosotan ekonomi, ketidakstabilan politik, dan ketidakpuasan masyarakat. Oleh karena itu, jika kedua belah pihak membandingkannya dalam situasi ini, boleh dikatakan kematian presiden Iran secara tragis adalah peringatan dari Tuhan untuk Beijing.
Penyebab jatuhnya pesawat pun memicu spekulasi. Beberapa analis percaya mungkin terkait dengan perebutan kekuasaan oleh pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang mana berdampak buruk pada negara otoriter tersebut dan mungkin juga membuat takut pemimpin Partai Komunis Tiongkok.
Lan Shu mengatakan : “Tidak banyak diktator dan tiran di dunia ini, jadi ketika seorang tiran meninggal mendadak, dia pasti akan berdampak pada diktator tirani lainnya dan memiliki efek yang mengerikan.”
Wen Zhao, seorang praktisi media independen berkata: “Kematian Raisi pasti akan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Siapa itu? dipikir semua orang memikirkan Xi Jinping. Apakah rezim Iran akan stabil di masa depan akan secara langsung mempengaruhi hingga suasana hati Xi, karena dirinya dan Khamenei memiliki masalah yang sama, yaitu tidak ada penggantinya.”
Beberapa opini publik percaya bahwa Raisi membunuh banyak orang selama hidupnya, memerintahkan eksekusi ribuan pembangkang. Bahkan, pada tahun lalu mendukung Hamas dalam merencanakan pembantaian warga Israel. Apakah kematian Raisi murni disebabkan oleh kegagalan helikopter, atau pesawat tersebut diretas Pemimpin tertinggi Iran? Apakah Menei atau orang lain melakukan sesuatu mungkin selalu menjadi misteri. Apakah penyebab kematian Raisi murni kecelakan helikopter, atau apakah heli tersebut dirusak oleh pemimpin tertinggi atau oleh orang lain, masih menjadi sebuah misteri selamanya.
Setelah Raisi tewas, menurut konstitusi Iran, Wakil Presiden Mohammad Mokhber mengambil alih jabatan presiden, dan pemilihan umum akan diadakan dalam waktu 50 hari. (Hui)