DR Xie Tian
Xi Jinping, pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT), baru saja mengakhiri kunjungannya ke Prancis, Serbia dan Hongaria di Eropa pada awal Mei lalu. Melihat kembali rencana kunjungan Xi Jinping dan kesepakatan yang dicapai, selain inisiatif lisan dari “Gencatan Senjata Olimpiade” yang dikeluarkan bersama dengan Presiden Prancis Macron, kunjungannya tidak memberikan kontribusi nyata terhadap perdamaian dan stabilitas internasional, juga tidak berkontribusi terhadap situasi ekonomi domestik Tiongkok yang memburuk.
Selain itu, kunjungan Xi Jinping penuh dengan rencana jahat untuk menciptakan perpecahan antara Eropa dan Amerika Serikat, memecah belah UE. Di dunia yang kacau balau ini ia malah membentuk kubu-kubu, dan menimbulkan masalah di mana-mana. Dapat dikatakan bahwa Zhongnanhai saat ini beserta tim diplomatik beserta tim ekonominya tidak memiliki prinsip keadilan, dan hanya mencari keuntungan semata. Mereka tidak memiliki bakat luar biasa, juga tidak memiliki kelapangan dada dan kebajikan ala diplomasi dari Tiongkok kuno untuk benar-benar menyelamatkan perekonomian Tiongkok dari keterpurukan, yang mengorbankan diri demi negara, dan memberi manfaat bagi negara dan rakyat.
Pemberhentian pertama: Prancis
Selama kunjungannya ke Prancis, strategi PKT jelas-jelas memanfaatkan “kemandirian” Prancis yang dengan sengaja menjauhkan diri dari Amerika Serikat dan Inggris dalam kebijakan luar negeri, mengulangi kesalahan yang sama 60 tahun lalu ketika Presiden Prancis Charles de Gaulle menjadi orang pertama yang mengakui rezim Partai Komunis Tiongkok. Prancis terus menerus membuat perpecahan antara Eropa dan Amerika Serikat, dan Xi berusaha membuat Prancis dan Jerman membantu Partai Komunis Tiongkok ketika Uni Eropa menyelidiki dan kemungkinan memberikan sanksi atas dumping kendaraan listrik dengan produk-produk baru yang diproduksi oleh Tiongkok. Xi Jinping bahkan menolak untuk mengakui bahwa Tiongkok memiliki masalah kelebihan kapasitas dan menyangkal bahwa PKT mendukung Rusia dalam bidang chip, sensor, produk elektronik, serta mesin dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan senjata.
Namun komunitas bisnis Eropa jelas tidak akan terbawa oleh antusiasme politik antara Tiongkok dan Prancis, dan telah terbangun sadar dari kenyataan akan perekonomian Tiongkok yang suram.
Kunjungan Xi Jinping ke Eropa baru saja berakhir, perusahaan-perusahaan Eropa menegaskan bahwa kepercayaan mereka terhadap Beijing telah jatuh ke titik terendah baru. Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok, sebuah kelompok lobi bisnis Eropa, merilis Survei Keyakinan Bisnis terbaru tahun 2024. Proporsi perusahaan Eropa yang menempatkan Tiongkok sebagai tujuan investasi utama mereka mencapai rekor terendah.
Dalam laporan juga dikatakan bahwa prospek melakukan bisnis di Tiongkok berada pada level terendah dalam 20 tahun terakhir, dengan lebih dari seperempat (26%) responden pesimis terhadap potensi pertumbuhan saat ini dan 44% pesimis terhadap prospek masa depan. Kamar Dagang Eropa di Tiongkok juga memperingatkan bahwa diperlukan waktu bertahun-tahun untuk memulihkan kepercayaan terhadap RRT. Kamar Dagang Eropa di Tiongkok juga mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Eropa terus mengalihkan investasi yang semula direncanakan di Tiongkok ke pasar alternatif yang dianggap lebih dapat diprediksi, lebih dapat diandalkan dan lebih transparan.
Prancis telah menerima persetujuan dari otoritas Partai Komunis Tiongkok untuk mengizinkan produsen mobil Tiongkok berinvestasi di Prancis dan memproduksi mobil merek Tiongkok di Eropa. Tapi ini mungkin akan menjadi cek kosong. Karena hanya jika kendaraan listrik produk dalam negeri diproduksi di Tiongkok, baru dapat mendorong lapangan kerja dan PDB Tiongkok, dan baru bisa mendapatkan devisa yang sangat dibutuhkan PKT melalui ekpor. Jika Tiongkok benar-benar berinvestasi dan mendirikan pabrik di Prancis, Beijing perlu mendatangkan dana devisa ke Prancis, mempekerjakan tenaga kerja lokal Prancis, dan beradaptasi dengan gaya manajemen Tiongkok serta sikap kerja pekerja Eropa. Pabrikan Tiongkok akan kehilangan keunggulan harga dan biaya, lagian penilaian dan pengujian keselamatan dari lembaga profesional Eropa belum tentu dapat diperoleh dalam waktu dekat.
Perhentian kedua: Serbia
Perhentian kedua kunjungan Xi Jinping ke Eropa adalah Serbia. Serbia adalah sekutu dan mitra tradisional Rusia, dan Rusia beserta Serbia berdiri bersama dalam dua perang dunia sebelumnya. Dalam konflik Rusia-Ukraina kali ini, Serbia juga berpihak pada Rusia. Orang-orang Serbia adalah penganut Kristen Ortodoks dan mempunyai keyakinan yang sama dengan orang-orang Rusia. Kosovo, yang didominasi oleh etnis Albania, telah memerdekakan diri dari Serbia, dan Rusia juga menyetujui sikap penentangan keras Serbia.
Kunjungan Xi Jinping ke Serbia kali ini, sama seperti strategi PKT sebelumnya yang royal membagi-bagikan uang. Dilaporkan bahwa PKT membawa tiga hadiah: Sebuah stadion olah raga kooperatif berskala besar akan segera selesai dibangun, bagian jalur kereta api Negara Serbia dari jalur Budapest-Hongaria ke Beograd-Serbia akan dibuka lebih cepat menjelang akhir tahun, dan sebuah pembangunan gedung aula peringatan di lokasi Kedutaan Besar Tiongkok yang lama telah selesai. Kedutaan Besar Komunis Tiongkok ini adalah gedung yang langsung diledakkan oleh rudal AS pada tahun 1999 karena menampung radar yang mendeteksi pesawat pembom siluman AS sehingga berhasil ditembak jatuh oleh Pasukan Serbia kala itu.
Penguatan hubungan antara Zhongnanhai dan Serbia merupakan faktor yang menunjukkan niat baik terhadap Rusia, sementara itu Serbia adalah negara Eropa pertama yang membentuk “komunitas bersama senasib” dengan PKT, dan juga masih ada faktor penting lainnya adalah masalah Kosovo dan Taiwan. Serbia membutuhkan dukungan PKT dalam masalah Kosovo dan PKT memerlukan dukungan Serbia dalam masalah Taiwan.
Perjalanan pemimpin PKT ke Eropa juga telah menjadi preseden buruk, serta menyeret pemerintah negara Eropa Serbia ke dalam perangkap berperilaku seperti pemerintah otoriter dan pelanggaran hak asasi manusia. Pihak berwenang Serbia menahan enam praktisi Falun Gong sebelum kunjungan pemimpin Partai Komunis Tiongkok dan tidak membebaskan mereka sampai Xi meninggalkan Serbia. Pihak polisi Serbia yang melakukan penahanan mengatakan kepada praktisi yang ditahan bahwa Anda tidak bersalah dan tidak melanggar hukum apa pun, jaksalah yang membuat keputusan ini atas permintaan yang tidak masuk akal dari PKT.
Beberapa hari sebelum Serbia melakukan tindakan ini, pihak berwenang Rusia juga menggerebek 5 rumah, sebelum pertemuan Putin dan Xi Jinping, serta menangkap 4 praktisi Falun Gong tanpa alasan. Para diplomat Tiongkok bersyukur tuntutan mereka yang tidak masuk akal itu diterima dan mengatakan bahwa ini adalah terobosan diplomatik. Namun, ekspor otoritarianisme Partai Komunis Tiongkok dan tuntutan yang berlebihan serta tidak masuk akal ini, memaksa pemerintah negara tuan rumah untuk melanggar hak asasi manusia, hal ini akan mempunyai konsekuensi negatif di masa depan. Meskipun PKT berhasil melakukan perbuatan jahatnya, namun mereka tidak akan mendapatkan respek dari masyarakat, yang hanya akan mendapatkan ejekan dari dunia.
Perhentian ketiga: Hongaria
Dilaporkan bahwa fokus kunjungan pemimpin Partai Komunis Tiongkok ke Eropa pada awalnya bukanlah Prancis atau Serbia, melainkan Hongaria. Rencana awalnya adalah singgah dulu di Hongaria, lalu pergi ke Serbia dan terakhir baru ke Prancis. Belakangan, Prancis meminta prioritas, lalu urutannya dibalik. Perlu diketahui bahwa di antara Uni Soviet dan negara-negara bekas blok sosialis Eropa Timur, pada awalnya PKT paling dekat dengan Yugoslavia (sekarang Serbia adalah bagian dari bekas Yugoslavia) dan Albania. Adapun di Hongaria, PKT tidak begitu memandang penting di masa lalu. Dulu, pernah ada “Klub Petofi” di Hongaria, yang merupakan kelompok belajar yang disetujui oleh Partai Komunis Hongaria pada tahun 1955 dan tergabung dalam Persatuan Pemuda Pekerja Hongaria.
Tujuan awal dari “Klub Petofi” adalah untuk memungkinkan para intelektual muda di partai tersebut memiliki tempat untuk berbicara secara bebas dalam sistem yang berlaku saat itu, mereka dapat dengan bebas mendiskusikan topik-topik seperti ekonomi, filsafat, sejarah dan berita. Anggotanya termasuk ekonom terkenal, penulis, sejarawan, profesor, ilmuwan, filsuf dan sarjana, selebriti, intelektual serta perwira militer. Perdebatan di Klub Petofi terkadang diadakan di aula Istana Perwira Militer, seringkali dihadiri hampir 7.000 orang. Pembicara secara terbuka mendukung kebebasan pers dan pengunduran diri pemimpin Partai Komunis Stalinis Hongaria. Ini menunjukkan bahwa kekuatan kelompok kepemimpinan Komunis Hongaria mulai runtuh. Klub Petofi kemudian menjadi pemicu Revolusi Hongaria pada tahun 1956. Ratusan ribu orang di Budapest mengadakan demonstrasi turun ke jalan menentang kebijakan pemerintah Komunis, yang kemudian berkembang menjadi kerusuhan bersenjata, namun akhirnya ditindas oleh pasukan Uni Soviet.
PKT sangat prihatin dengan insiden di Hongaria, serta mengkhawatirkan bahwa pengumpulan intelektual dan komentar tentang politik terkini akan memicu kecaman dan perlawanan terhadap mereka, sehingga PKT telah lama agak mengabaikan perkembangan dan perubahan Hongaria. Namun kini Perdana Menteri Hongaria Orban Viktor adalah politisi konservatif sayap kanan yang menganut konservatisme sosial, konservatisme nasional dan Euroskeptisisme. Dia sangat setuju dengan gagasan Presiden AS Trump, dan sebaliknya Trump juga sangat setuju dengan pemikiran Orban. Karena Orban memiliki gagasan berbeda dengan negara-negara Eropa yang diperintah oleh politisi sayap kiri, maka ia pun ditolak oleh politisi sayap kiri Eropa; justru kesenjangan antara Hongaria dan UE ini juga menjadi peluang yang diincar oleh PKT. Di antara negara-negara bekas sosialis di Eropa Timur, Partai Komunis Tiongkok sangat optimis terhadap Yugoslavia (Serbia) dan Hongaria, yang memiliki hubungan paling kacau dengan Barat.
Setelah Jerman, Hongaria merupakan investasi Tiongkok terbesar di Eropa. Hongaria tampaknya menjadi titik tumpu bagi kerja sama dan pengembangan industri di masa depan antara Partai Komunis Tiongkok dan Eropa, termasuk baterai dari CATL hingga mobil BYD. Sebanyak 80% perdagangan dan investasi Tiongkok-Hongaria adalah industri dan teknologi tinggi. Hongaria baru-baru ini menemukan bijih litium dalam jumlah besar dan logam litium adalah bahan mentah utama untuk baterai energi terbarukan dan kendaraan listrik. PKT jelas datang dengan suatu tujuan. Partai Komunis Tiongkok dengan sengaja menempatkan basis pengembangan teknologi tingginya di Eropa di Hongaria, mencoba menggunakan Hongaria, yang merupakan “keunikan” dan “duri” di UE, sebagai batu loncatan bagi industri Tiongkok untuk memasuki Eropa. PKT bahkan berencana untuk mendirikan cabang Universitas Fudan di Hongaria, sebagai cabang pertama universitas Tiongkok di Eropa, dengan mata pelajaran yang secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan Hongaria.
Faktanya, Hongaria merupakan mitra penting dalam internal UE yang mendukung Partai Komunis Tiongkok, mendukung Inisiatif One Belt One Road, dan memperkenalkan investasi Tiongkok. Hongaria juga merupakan batu loncatan bagi perusahaan mobil Tiongkok untuk memasuki Eropa. Partai Komunis Tiongkok memanfaatkan kerenggangan antara Hongaria dan Barat untuk membangun “kemitraan strategis komprehensif dalam segala cuaca antara Tiongkok dan Hongaria di era baru.” Beberapa orang percaya bahwa Hongaria adalah “kuda Troya” yang ditanamkan ke dalam sistem Barat oleh Partai Komunis Tiongkok dan Rusia.
Namun menurut penulis, pemimpin Hongaria mungkin menjauhkan diri dan menjaga jarak dengan Barat karena tidak setuju dengan kebijakan para pemimpin sayap kiri Barat, namun seiring dengan runtuhnya komunisme internasional dan kembalinya tradisi dan konservatisme, termasuk kemungkinan bakal kembalinya kepemimpinan Trump di Amerika Serikat, Hongaria pada akhirnya akan mengidentifikasi diri dengan konsep demokrasi liberal dan tradisi liberal gaya “Klub Petofi”, dan tidak akan melanjutkan mimpi bersamanya dengan rezim komunis Tiongkok.
Singkat kata, ketiga negara yang dikunjungi oleh Xi Jinping tampaknya memiliki tingkat dukungan dan bantuan yang berbeda terhadap ambisi dan upaya Partai Komunis Tiongkok untuk mengubah dunia dan memecah belah dunia Barat. Serbia tampaknya memiliki lebih banyak dukungan terhadap otoritas Komunis Tiongkok, sementara Hongaria harusnya setengah hati saja, dan Prancis semestinya hanya sedikit bersimpati namun penuh ragu dalam hati.
Kala itu Amerika Serikat dengan kekuatannya sebagai negara adidaya telah memperluas diplomasinya dan telah menggantikan Inggris sebagai hegemoni dunia, Amerika Serikat tidak hanya memiliki keunggulan militer dan kebijaksanaan yang arif, tetapi juga ekonomi yang maju, punya dolar yang berkualitas tinggi, dan kekuatan dalam iptek; mulai dari moralitas hingga kekayaan semuanya unggul. PKT berusaha untuk menyingkirkan kesulitan ekonominya, namun ia malah mempertahankan ideologi komunisme jahatnya dan masih berusaha menunjukkan kekuatannya ketika gelembung perekonomiannya pecah, ibaratnya maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.
Beberapa hari yang lalu, dalam program “Interaksi Hot Spot” NTDTV, pembawa acara Han Fei mengajukan pertanyaan yang sangat bagus, dengan mengatakan bahwa seperti yang ditunjukkan oleh banyak ekonom asing, seperti Amerika Serikat selama epidemi, kini giliran PKT ingin menyelamatkan perekonomian Tiongkok, maka konsumsi harus dirangsang dengan meningkatkan permintaan domestik. Jika Partai Komunis Tiongkok dapat meningkatkan konsumsi masyarakat Tiongkok, hal ini dapat menjamin pertumbuhan ekonomi lebih lanjut, namun Partai Komunis Tiongkok malahan ragu berat dalam melaksanakannya. Mengapa Partai Komunis Tiongkok tidak mau meluncurkan kebijakan untuk meningkatkan daya konsumsi masyarakatnya sendiri? PKT selamanya tidak pernah membagikan uang kepada rakyat Tiongkok seperti pemerintahan lainnya. Hal ini karena kepentingan fundamental PKT dan rakyat Tiongkok sangat bertentangan. Otoritas Partai Komunis Tiongkok dan kelompok yang berkepentingan tidak pernah puas dalam meraup laba dan “memotong kucai/daun bawang (Istilah populer di Daratan Tiongkok yang mengibaratkan, para penguasa menindas dan mengeksploitasi rakyat jelata, yang juga merupakan metafora eksploitasi pihak-pihak yang berada dalam posisi yang kurang beruntung oleh mereka yang berada dalam posisi yang diuntungkan karena adanya kesenjangan informasi atau asimetri informasi. Red.)”, kini mereka sendiri hampir bangkrut, bagaimana mungkin mereka bisa punya uang untuk rabat pajak dan mendistribusikan uang kepada rakyat?
Di akhir Dinasti Merah, pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) melakukan perjalanan ke Eropa dengan tujuan menyatukan negara-negara lain dalam melawan Amerika Serikat. Namun, tidak memiliki kefasihan dan kekuatan lobi seperti Su Qin (seorang konsultan politik dan filsuf Tiongkok yang merupakan ahli strategi politik yang berpengaruh selama periode Negara-Negara Berperang pada abad ke 3 SM. Red.), yang ahli dalam seni berdebat, sehingga PKT hanya bisa menggunakan kepentingan ekonomi sebagai umpan, dengan penyalahgunaan kekuasaan uang untuk menekan keadilan.
Dari segi kekuatan ekonomi, PKT tidak mau membagi hasil pembangunan ekonomi dengan rakyatnya, kekayaan rakyat terus dipotong seperti memotong daun bawang, sama sekali tidak ada hati mengorbankan diri demi negara dan memberi manfaat bagi negara dan rakyat seperti yang dilakukan oleh Xian Gao, seorang pengusaha dari Negara Bagian Zheng selama Periode Chun Qiu/Musim Semi Musim Dingin (abad ke 5 SM, Red.), yang sering bepergian antar negara bagian untuk berbisnis, ketika negara sedang dalam krisis, dia menyaru sebagai duta Negara Zheng dan memberi penghargaan kepada pasukan Qin yang bersiap menyerang negaranya, kemudia ia dengan kecerdasan mendesak mundur tentara Qin. Ia merelakan kekayaannya sendiri untuk menyelamatkan negara, yakni: Negara Bagian Zheng.
Adapun PKT, hanya demi “Dinasti Merah” miliknya sendiri, yang hanya memiliki gelembung real estat, tidak memiliki kekuatan ilmiah sejati dan teknologi yang nyata, serta kekayaan sesungguhnya yang tersembunyi di antara rakyatnya, berkhayal melawan kehendak sang Pencipta, melawan masyarakat internasional yang berkeadilan, adalah sama sekali tdak ada harapan; tidak berbakat dan tanpa kebajikan, maka kekuatan politiknya juga ditakdirkan sulit untuk bertahan lama. (lin/mg)