Korea Utara meluncurkan satelit mata-mata keduanya pada Senin (27 Mei), tetapi roket yang membawa satelit tersebut meledak tak lama setelah lepas landas sehingga peluncuran berakhir dengan kegagalan
oleh Wang Junyi
Media resmi Korea Utara pada Selasa (28 Mei) dini hari melaporkan bahwa Badan Antariksa Korea Utara meluncurkan satelit pengintai militer menggunakan kendaraan peluncuran satelit baru. Namun roket tersebut meledak pada tahap pertama penerbangannya tak lama setelah diluncurkan. Media pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa mesin yang baru dikembangkan itulah penyebab kegagalan tersebut.
Laporan tersebut juga mengutip ucapan seorang pejabat Badan Antariksa Korea Utara yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa inspeksi awal telah menunjukkan ledakan tersebut terkait dengan masalah operasional mesin roket yang baru dikembangkan. Ia juga menyebutkan akan melakukan penyelidikan tentang kemungkinan penyebab lainnya.
Sejak pecahnya perang Rusia – Ukraina, hubungan militer antara Korea Utara dengan Rusia semakin erat. Ada indikasi bahwa Korea Utara memperoleh teknologi terkait satelit dari Rusia. Media Korea Selatan “Yonhap” melaporkan pada Minggu (26 Mei), bahwa tim teknis Rusia memasuki Korea Utara untuk membantu melakukan beberapa tes terhadap mesin pendorong roket.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, pada Senin malam pukul 22:44, pihaknya telah menemukan lintasan peluncuran yang diyakini sebagai satelit mata-mata itu diluncurkan dari pusat luar angkasa utama Korea Utara. Namun 4 menit kemudian, terdeteksi ada sejumlah besar puing yang berjatuhan di perairan laut dekat Korea Utara.
Dalam pertemuan puncak dengan PM Jepang Fumio Kishida dan PM Tiongkok Li Qiang, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil tindakan tegas jika Korea Utara terus memajukan rencana berbagai peluncurannya. Selama pembicaraan, Kishida juga mendesak Korea Utara untuk menghentikan rencana peluncurannya. Namun, Li Qiang tidak menyebutkan hal ini dalam pidatonya.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan menyebut peluncuran satelit mata-mata Korea Utara sebagai “tindakan provokatif yang secara serius mengancam keamanan Korea Selatan dan kawasan”. Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara mengatakan pada konferensi pers hari itu bahwa peluncuran rudal Korea Utara merupakan “tantangan serius bagi seluruh dunia”. Ia juga menyatakan telah menyampaikan protes serius kepada Korea Utara melalui saluran kedutaan besar di Beijing.
Jaringan berita politik AS “Politico” melaporkan pada 27 Mei, bahwa Korea Utara memilih waktu tersebut untuk meluncurkan satelitnya, kemungkinan sebagai ungkapan protes terhadap pertemuan puncak Korea Selatan – Jepang – Tiongkok dan untuk menyatakan ketidakpuasan terhadap sekutunya, Partai Komunis Tiongkok. Kim Jong-un selalu menerapkan mentalitas “Perang Dingin baru” dan berupaya memperkuat aliansinya dengan Tiongkok dan Rusia untuk membentuk front persatuan melawan Amerika Serikat. Oleh karena itu, aktivitas diplomatik antara Tiongkok dengan Korea Selatan dan Jepang mungkin membuat resah rezim Pyongyang.
Namun Partai Komunis Tiongkok masih mempertimbangkan situasi ini dan berusaha mencapai keseimbangan antara berbagai kepentingan. Partai Komunis Tiongkok bersama dengan Rusia berupaya melalui Dewan Keamanan PBB untuk memblokir pengetatan sanksi yang dipimpin AS terhadap Korea Utara. Namun PKT kurang berani secara terbuka mendukung tindakan “Perang Dingin baru”-nya Kim Jong-un.
Pada Senin (26 Mei) Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengecam keras pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Li Qiang, Yoon Suk Yeol dan Fumio Kishida, dengan menyebutnya sebagai “campur tangan yang tidak disengaja dalam urusan dalam negeri Korea Utara”. Meskipun kritik Korea Utara terutama lebih tertuju kepada Korea Selatan, tetapi sangat jarang Korea Utara mengecam pernyataan yang juga ditandatangani oleh Partai Komunis Tiongkok.
Peluncuran satelit mata-mata Korea Utara dimulai pada 2011 dan sejauh ini telah 3 kali diluncurkan. Setelah dua kali mengalami kegagalan pada bulan Mei dan Agustus tahun yang sama, mereka meluncurkan satelit mata-mata militer pertamanya ke orbit Bumi pada bulan November tahun lalu. Kim Jong-un berencana meluncurkan lagi 3 satelit mata-mata sebelum akhir tahun ini. Korea Utara diperkirakan akan mulai kembali peluncuran satelitnya setelah masalah teknis teratasi. (sin)