Di negara kepulauan Pasifik, Papua Nugini, dilanda tanah longsor skala besar terjadi pada 24 Mei. Cakupannya meluas ke enam desa di “Provinsi Enga” utara dan lebih dari 150 rumah terkubur. Pihak berwenang mengatakan pada Senin (27 Mei) bahwa jumlah korban melebihi 2.000 orang
oleh Li Mei dan Chi Xiao
Pada Jumat (24 Mei) lalu, tanah longsor besar terjadi di Papua Nugini. Petugas penyelamat mengatakan para korban masih terdengar meminta bantuan di bawah reruntuhan.
72 jam telah berlalu, para korban masih menggunakan sekop, tongkat kayu, dan tangan untuk memindahkan lumpur, batu, dan puing-puing untuk menyelamatkan korban yang masih selamat.
Warga Papua Nugini, Evit Kambu berkata: “Delapan belas anggota keluarga saya terkubur di reruntuhan dan lumpur di kaki saya. Ada lebih banyak kerabat di desa ini daripada yang bisa saya hitung.”
Ekskavator pertama baru tiba di lokasi kejadian pada Minggu lalu dan harapan penyelamatan semakin tipis.
Longsoran tersebut berukuran sekitar tiga atau empat lapangan sepak bola dan kedalaman 10 meter, sehingga sulit memperkirakan jumlah pasti korban jiwa. PBB memperkirakan sekitar 670 orang terkubur hidup-hidup. Pihak berwenang Papua Nugini mengatakan pada Senin bahwa lebih dari 2.000 orang sebenarnya yang terkubur.
Sekitar 3.800 orang tinggal di daerah tersebut sebelum bencana terjadi dan hanya enam jenazah yang berhasil ditemukan.
Upaya penyelamatan terhambat oleh jalan yang tidak dapat dilalui dan kurangnya peralatan. Komandan setempat mengatakan mereka hanya bisa melakukan penggalian di tempat yang lebih aman karena khawatir akan terjadinya tanah longsor lebih lanjut.
Departemen meteorologi memperkirakan akan terjadi curah hujan lebih lanjut. Daerah tersebut masih dalam kondisi sangat berbahay, dan tanah serta bebatuan akan bergerak kapan saja. Pihak berwenang sedang mengevakuasi warga.
Australia pada Senin bersiap mengirim pesawat dan peralatan lainnya ke lokasi tanah longsor di Papua Nugini untuk memberikan bantuan.
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles berkata: “Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah Papua Nugini mengenai cara terbaik untuk memberikan bantuan dalam beberapa hari mendatang.” (Hui)