Upaya  Tiongkok Merangsang Pasar Properti Tanpa Hasil, Penjualan Perusahaan Properti Terbesar Terus Menurun

Xia Dunhou dan Wang Yanqiao – NTD

Pasar real estat Tiongkok terus menurun. Dalam lima bulan pertama, volume penjualan 100 perusahaan real estat teratas turun lebih dari 40% YoY.

Menurut data CRIC, pada  Mei, 100 perusahaan real estat teratas Tiongkok mencapai penjualan transaksi sebesar RMB.322,4 miliar, penurunan tahun-ke-tahun sebesar 33,6%, dan kinerja sebulan terus berada pada titik terendah dalam sejarah. Dalam lima bulan pertama, jumlah penjualan perdagangan kumulatif mencapai RMB.1,4 triliun, turun 44,3% dibandingkan tahun lalu.

“Kita tahu bahwa gelembung properti di Tiongkok sedang cepat-cepatnya runtuh dan memperluas dampak keruntuhannya. Saat ini, Pemerintahan Partai Komunis Tiongkok telah mengeluarkan beberapa kebijakan, misalnya, meminta beberapa lembaga pemerintah atau perusahaan milik negara untuk mengakuisisi properti-properti ini, termasuk proyek-proyek yang terbengkalai, dan kemudian mengembangkannya menjadi ‘rumah susunan’ dan cara lainnya. Namun, masalah sebenarnya dari langkah ini adalah dari mana uangnya,” ujar Xie Tian, ​​​​​​seorang profesor di Aiken School of Business di Universitas South Carolina di Amerika Serikat.

Pada 17 Mei, Dewan Negara Partai Komunis Tiongkok merilis tiga apa yang disebut “langkah besar” untuk merangsang pasar properti. Salah satunya adalah menyiapkan pinjaman pembiayaan kembali perumahan yang terjangkau sebesar RMB.300 miliar untuk digunakan oleh pemerintah secara langsung yakni memperoleh perumahan yang ada sebagai perumahan yang terjangkau.

Namun demikian, menurut perkiraan bank Inggris Barclays, persediaan perumahan Tiongkok telah mencapai RMB.28 triliun. Nomura Securities memperkirakan masih ada 20 juta hingga 30 juta rumah di Tiongkok yang belum selesai dibangun dan diperlukan investasi sebesar RMB.3 triliun untuk menyelesaikannya. BCA Research, sebuah organisasi penelitian Kanada, mengatakan bahwa pemasukan dana setidaknya RMB. 5 triliun ke pasar perumahan Tiongkok dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian.

Dua langkah lain yang diambil oleh otoritas  Tiongkok adalah mengurangi rasio uang muka secara signifikan, mengurangi suku bunga pinjaman dana simpanan, dan membatalkan batasan suku bunga pinjaman komersial. Para analis percaya bahwa langkah-langkah ini tidak akan efektif.

Sun Guoxiang, seorang profesor penuh waktu di Departemen Urusan Internasional dan Kewirausahaan di Universitas Nanhua di Taiwan mengatakan: “Kebijakan Tiongkok saat ini tampaknya tidak mampu menyelesaikan masalah kepercayaan konsumen pada sektor real estate. Semua ‘kombinasi pukulan’ yang kita lihat saat ini sepertinya masih belum mampu memberikan dampak yang diharapkan.”

Xie Tian: “Langkah penyelamatan pasar yang diambil oleh Partai Komunis Tiongkok ini sebenarnya tidak akan efektif. Paling banyak, langkah ini hanya akan memindahkan barang-barang yang tidak laku atau bangunan yang tidak terpakai dari tangan satu ke tangan yang lain, tanpa benar-benar mengatasi masalah sebenarnya dari kelebihan bangunan dan pembangunan berlebihan. Pendapatan masyarakat Tiongkok juga tidak terlalu tinggi sehingga mereka tidak memiliki banyak pendapatan yang dapat digunakan untuk menyerap pasar properti ini. Oleh karena itu, gelembung properti ini mungkin akan terus meletus.”

Selain kinerja penjualan yang menurun, perusahaan real estate Tiongkok  juga menghadapi tekanan pembayaran utang. Menurut statistik dari China Index Research Institute, skala obligasi jatuh tempo perusahaan real estate pada tahun 2024 akan mencapai RMB.770,3 miliar. Sun Guoxiang  percaya bahwa krisis real estat Tiongkok dapat menyebar ke pasar keuangan dan pasar obligasi.

“Karena penjualan properti yang stagnan, tentu saja hal ini akan menunjukkan dampaknya yang luas pada seluruh keuangan, termasuk industri perbankan. Semua masalah ini berasal dari sistem Komunis Tiongkok itu sendiri,” kata Sun Guoxiang.(Hui)