Orang Dalam : Rezim Partai Komunis Tiongkok Menghadapi Ketidakstabilan Menjelang Peringatan Pembantaian Lapangan Tiananmen Ke-35

Jessica Mao dan Michael Zhuang

Tanggal 4 Juni tahun ini menandai peringatan ke-35 tahun Pembantaian Lapangan Tiananmen. Mendekati tanggal tersebut, ketidakstabilan semakin meningkat dari tingkat akar rumput di Tiongkok hingga tingkat yang lebih tinggi di Partai Komunis Tiongkok dan di dalam militernya, menurut orang dalam dan para ahli.

Tian Ming (nama samaran), seseorang yang akrab dengan militer Tiongkok, baru-baru ini mengatakan kepada The Epoch Times bahwa setelah pengumuman Beijing mengenai latihan militer di sekitar Taiwan, perubahan terjadi di Komando Teater Pusat, militer Tiongkok, dengan latihan tengah malam menjadi lebih sering. Seharusnya tengah malam adalah waktu istirahat, namun pasukan mulai berlatih, dan tanggung jawab utama Komando Teater Pusat adalah pertahanan Beijing.

Tian Ming tinggal di Hebei, Tiongkok, dekat pangkalan militer setempat. Ia mengatakan setelah pemilihan umum presiden Taiwan pada bulan Januari, setiap rumah tangga di wilayah ia bertugas menerima perlengkapan darurat. Ia yakin hal ini menunjukkan bahwa Partai Komunis Tiongkok sedang bersiap untuk potensi konflik, di mana Beijing menjadi target pertama.

Namun, ia tidak yakin daerah-daerah sekitar Beijing adalah aman bagi para pemimpin Partai Komunis Tiongkok. Menurut Tian Ming, stabilitas internal adalah isu utama, karena tampaknya memang ada ketidakpuasan yang meluas terhadap Xi Jinping di kalangan militer.

Seorang pria berdiri sendirian untuk memblokir barisan tank yang menuju ke timur di Jalan Perdamaian Abadi Beijing selama pembantaian Lapangan Tiananmen pada 5 Juni 1989. (Jeff Widener/AP Photo)

Sejak tahun lalu, kekacauan masih terjadi di dalam tubuh militer Partai Komunis Tiongkok. Pasukan Roket, Departemen Pengembangan Peralatan, Departemen Staf Gabungan Komisi Militer Pusat, dan cabang lainnya, termasuk perusahaan dirgantara dan perusahaan pertahanan, telah disingkirkan, di mana setidaknya selusin pejabat senior dicopot. Ini termasuk mantan komandan-komandan Pasukan Roket, Jenderal Li Yuchao, Jenderal Zhou Yaning, dan Menteri Pertahanan Li Shangfu.

Pada 1 Juni, Lai Jianping, mantan pengacara hak asasi manusia dan Presiden Federasi untuk Tiongkok Demokratis yang berbasis di Kanada, kepada The Epoch Times bahwa sentimen anti-Xi Jinping di kalangan militer mencerminkan konsensus yang meluas dalam rezim tersebut. Sentimen anti-Xi Jinping tidak lagi terbatas pada rata-rata masyarakat Tiongkok.

“Kampanye anti-korupsi selektif yang dilakukan Xi Jinping telah menghasilkan pembersihan besar-besaran di dalam partai dan militer, yang menyebabkan reaksi keras di berbagai tingkatan,” kata Lai Jianping. 

“Sentimen ini mencerminkan keinginan yang lebih luas di dalam partai dan militer untuk kejatuhan Xi Jinping. Bahkan mereka yang tampaknya setia kepada Xi Jinping hanyalah orang-orang yang memiliki kepentingan dalam rezim tersebut. Sebagian besar pejabat berharap lebih cepat kematian Xi Jinping.”

Penekanan pada ‘Keamanan’ dan ‘Stabilitas’

Pada 28 Mei, Partai Komunis Tiongkok mengadakan konferensi kerja keamanan masyarakat nasional di Beijing, di mana pemimpin Tiongkok Xi Jinping bertemu dengan perwakilan polisi.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan hari berikutnya oleh juru bicara Partai Komunis Tiongkok, Xinhua, Chen Wenqing, seorang anggota Politbiro Partai Komunis Tiongkok dan Sekretaris Komisi Pusat Politik dan Hukum, menyampaikan pidato pada pertemuan tersebut, menekankan perlunya “menempa kekuatan keamanan masyarakat yang setia, bersih, dan dapat diandalkan” dan menekankan perlunya “melakukan segala kemungkinan untuk mencegah risiko, memastikan keamanan, dan menjaga stabilitas.”

Pada  31 Mei, Xinhua menerbitkan laporan lain yang menyebutkan “keamanan” 12 kali dan menyebutkan “stabilitas” 8 kali dalam laporannya.

Chen Pokong, seorang komentator politik Tiongkok yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan di acara YouTube-nya bahwa waktu konferensi kerja keamanan masyarakat ini adalah bermakna karena dua alasan. Salah satunya adalah peringatan ke-35 yang segera diperingati pada tanggal 4 Juni, yang merupakan tanggal yang dibenci oleh Partai Komunis Tiongkok. Alasan lainnya adalah Partai Komunis Tiongkok akan mengadakan sidang pleno ketiga pada bulan Juli, yang mungkin melibatkan beberapa reorganisasi kekuasaan dalam kepemimpinan. Chen Pokong yakin Xi Jinping ingin mempercepat proses ini, sehingga perlu adanya konferensi tersebut untuk memastikan adanya pengendalian atas segala potensi tantangan.

korban peristiwa Lapangan Tiananmen Tiongkok
Seorang mahasiswa menampilkan spanduk di antara kerumunan sekitar 200.000 orang yang dicurahkan ke Lapangan Tiananmen pada tanggal 22 April 1989. Pergerakan bulan April-Juni 1989 tersebut hancur oleh tentara Tiongkok yang membunuh setidaknya 10.000 orang, sebuah kabel rahasia diplomatik Inggris telah memberikan pernyataan. (Catherine Henriette / AFP / Getty Images)

Menurut Lai Jianping, dalam beberapa tahun terakhir, khususnya sejak penerapan kebijakan “zero-COVID” oleh Tiongkok selama pandemi ini, Partai Komunis Tiongkok menyebabkan bencana yang tidak terhitung jumlahnya dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Tiongkok, di mana keluhan masyarakat yang bermakna terakumulasi. Hal ini telah mendorong Partai Komunis Tiongkok untuk menekankan “keamanan” dan “stabilitas.” Jika stabilitas gagal, maka rezim Partai Komunis Tiongkok akan terancam. Lai Jianping percaya bahwa konferensi kerja keamanan masyarakat pada dasarnya adalah membahas langkah-langkah lebih lanjut untuk mengendalikan populasi secara ketat, semuanya itu untuk melestarikan rezim.

Namun, Lai Jianping juga berpendapat bahwa langkah-langkah ini mempunyai dampak yang terbatas.

Pembersihan Politik Berkelanjutan 

Partai Komunis Tiongkok akan mengadakan sidang pleno ketiga pada bulan Juli. Menjelang sidang pleno tersebut, rezim Xi Jinping melanjutkan pembersihan politik terhadap para pejabat tinggi.

Pada  30 Mei, situs web Komisi Pusat Inspeksi Disiplin dan Komisi Pengawas Nasional milik Partai Komunis Tiongkok melaporkan bahwa Gou Zhongwen, Wakil Direktur Komisi Urusan Etnis Nasional, sedang dalam investigasi. Gou Zhongwen menjabat sebagai Direktur Administrasi Umum Olahraga Tiongkok dari Oktober 2016 hingga Agustus 2022, mengawasi acara-acara seperti Olimpiade Musim Dingin PyeongChang, Olimpiade Musim Panas Tokyo, dan Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Gou Zhongwen terakhir kali terlihat di depan umum pada 22 Mei, saat menghadiri forum ideologi Xi Jinping. Sebelum kejatuhan Gou Zhongwen, beberapa mantan bawahannya sedang dalam investigasi, menimbulkan pertanyaan mengenai keterlibatannya.

Pada  25 Mei, Komisi Pusat Inspeksi Disiplin dan Komisi Pengawas Nasional melaporkan bahwa Xu Loushe, Wakil Direktur Administrasi Monopoli Tembakau Negara, sedang diselidiki. Ia menduduki peringkat pertama di antara wakil-wakil direktur dan terakhir menjabat selama sepuluh tahun, muncul di depan umum pada 14 Mei.

Para pejabat tinggi baru-baru ini yang jatuh termasuk Liu Xingtai, Wakil Ketua Kongres Rakyat Provinsi Hainan; Wang Hao, Wakil Ketua Komite Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok Provinsi Jiangsu; Tang Renjian, Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan; dan Lou Wenlong, Wakil Presiden Bank Pertanian Tiongkok.

Selain itu, ada dua eksekutif senior dari perusahaan milik negara baru-baru ini dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup. Bai Tianhui, mantan manajer umum China Huarong International Holdings Ltd, dijatuhi hukuman mati, dan He Zehua, mantan Wakil Direktur Administrasi Monopoli Tembakau Negara, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. (Vv)