Pada 3 Juni, menjelang peringatan Pembantaian Lapangan Tiananmen, polisi Hong Kong menangkap seorang pria berusia 62 tahun, sehingga total ada delapan orang yang ditangkap
Leo Cheung dan Cindy Li
Menjelang peringatan 35 tahun pembantaian Lapangan Tiananmen, polisi Hong Kong menangkap seorang pria berusia 62 tahun sehubungan dengan penangkapan tujuh orang sebelumnya karena postingan yang berkaitan dengan tanggal 4 Juni, yang adalah seorang seniman jalanan, dan polisi Hong Kong mengancam jurnalis The Epoch Times untuk siaran langsung.
Pada 3 Juni, polisi Hong Kong mengatakan mereka menangkap seorang pria berusia 62 tahun karena “Pelanggaran Sehubungan dengan Niat Menghasut.” Siaran pers mengatakan penangkapan pria itu sehubungan dengan penangkapan tujuh orang sebelumnya karena menerbitkan postingan yang berkaitan dengan “tanggal yang sensitif”. Tanggal yang sensitif yang dimaksud tampaknya merujuk pada 4 Juni, hari peringatan pembantaian Lapangan Tiananmen.
Padahal dalam siaran persnya tidak disebutkan nama pria yang ditangkap itu, media setempat mengidentifikasi pria itu sebagai paman Tonyee Chow Hang-tung, seorang pengacara yang terkenal, aktivis, dan mantan Ketua Aliansi Hong Kong dalam Dukungan terhadap Gerakan Demokrasi Patriotik Tiongkok, kelompok di balik acara tahunan Pembantaian Lapangan Tiananmen di Hong Kong(seterusnya disebut sebagai “Aliansi”).
Artis Ditahan
Sekitar pukul 21.00 pada 3 Juni, polisi menahan Sanmu Chen, seorang artis pertunjukan, di luar Sogo Department Store.
Sanmu Chen menirukan adegan sedang minum dan mengangkat dua jari ke langit di depan sebuah kendaraan polisi tanpa berbicara. Ia segera dikelilingi oleh petugas, yang memasang garis polisi untuk penyelidikan. Setelah sekitar lima menit, Sanmu Chen dibawa pergi dengan kendaraan polisi. Polisi kemudian menyatakan bahwa seorang pria menyebabkan gangguan dibawa ke kantor polisi untuk diselidiki dan dibebaskan tanpa syarat setelah ditanyai.
Sanmu Chen ditahan oleh polisi pada 3 Juni 2023 karena berteriak,“Wahai warga Hong Kong, jangan takut! Ingat tanggal 4 Juni [Pembantaian Tiananmen],” menurut reporter The Epoch Times dan reporter lain di tempat kejadian.
Jurnalis Foto Terancam
Sekitar pukul 16.00 pada 3 Juni, Kiri Choy, jurnalis foto The Epoch Times, sedang siaran langsung di luar Sogo Department Store di Causeway Bay, Hong Kong, ketika seorang kepala inspektur dan seorang petugas berpakaian preman turun tangan. Mereka mengatakan siaran langsung yang dilakukan Kiri Choy dapat “menyebabkan pengerahan polisi dan menghalangi tugas mereka”.
Kedua orang itu mengancam akan menangkap jurnalis tersebut jika tetap melanjutkan siaran langsung.
Setelah menghentikan siaran langsung, Kiri Choy berbicara dengan para petugas dan menunjuk ke outlet-outlet media lain di tempat kejadian yang juga sedang syuting.
Para petugas bersikeras bahwa Kiri Choy telah menargetkan operasi polisi, meminta Kiri Choy untuk “mempertimbangkan perasaan polisi,” dan memperingatkan Kiri Choy bahwa “jika anda menargetkan polisi, anda akan mendapat masalah.”
Kiri Choy kemudian menghubungi tim penghubung media polisi dan secara lisan diberitahu bahwa siaran langsung diizinkan di tempat.
Selain itu, menurut Kiri Choy, polisi memeriksa dan mencatat identitas para jurnalis yang hadir, menanyakan beberapa daerah tempat tinggal para jurnalis, dan mengatakan bahwa mereka sedang berusaha mendapatkan nama-nama media tersebut.
4 Juni 1989
Pada 4 Juni 1989, rezim komunis Tiongkok mengirimkan pasukan dan tank ke jantung ibukota Tiongkok dan menembaki mahasiswa yang sedang berunjuk rasa yang tidak bersenjata yang menyerukan demokrasi dan masyarakat yang lebih terbuka. Sejak itu, apa pun yang dikatakan mengenai insiden tersebut telah disensor secara ketat oleh rezim di Tiongkok daratan.
Selama tiga dekade terakhir, Hong Kong sebagai bekas jajahan Inggris tetap menjadi satu-satunya tempat di tanah Tiongkok di luar Taiwan yang menjadi tuan rumah acara penyalaan lilin oleh masyarakat skala besar untuk mengenang ribuan mahasiswa yang terbunuh di tangan Partai Komunis Tiongkok.
Nyala lilin terakhir yang diselenggarakan oleh Aliansi di Victoria Park dilakukan pada tahun 2019, menandai peringatan 30 tahun pembantaian tersebut.
Pada 2020 dan 2021, otoritas Hong Kong melarang pertemuan peringatan pembantaian tersebut tersebut, mengutip adanya pandemi.
Pada September 2021, setelah berlakunya Undang-Undang Keamanan Nasional, para pemimpin Aliansi ditangkap, dan Aliansi dibubarkan. Sejak itu, acara menyalakan lilin dihentikan, meskipun warga menemukan cara lain untuk memperingati pembantaian Lapangan Tiananmen di sekitar Causeway Bay dekat
Victoria Park, warga sering menghadapi tindakan polisi.
Lautan cahaya lilin yang dipegang puluhan ribu orang yang berkabung yang dulunya memenuhi Taman Victoria telah digantikan, untuk tahun kedua berturut-turut, dengan pameran dan karnaval oleh kelompok pro-Beijing. Pada tanggal 3 Juni, lebih dari seratus petugas polisi, beberapa petugas polisi mengenakan rompi taktis, dikerahkan di area tersebut, dengan kendaraan lapis baja, mobil polisi, dan bus taktis ditempatkan di dekatnya.
Delapan Orang Ditangkap karena Memperingati Pembantaian Lapangan Tiananmen
Tahun 2024 menandai peringatan Pembantaian Lapangan Tiananmen yang pertama di bawah undang-undang Pasal 23 yang baru di Hong Kong, yang sejak diperkenalkan pada Maret, telah menambah kekhawatiran akan terkikisnya kebebasan warga Hong Kong dengan memperluas kekuasaan pihak berwenang untuk menghadapi tantangan yang mungkin terjadi dalam aturannya, termasuk menghukum pengkhianatan dan pemberontakan hingga seumur hidup penjara.
Ronny Tong Ka-wah, seorang penasihat senior dan anggota non-resmi Dewan Eksekutif Hong Kong, tidak percaya bahwa kegiatan-kegiatan berkabung itu bersifat hasutan, dan warga yang memegang lilin di Victoria Park bukanlah tindakan ilegal selama tidak berdampak pada orang lain.
“Secara umum, anda seharusnya dapat melakukannya sendiri tanpa mempengaruhi orang lain,” kata Ronny Tong Ka-wah pada tanggal 2 Juni, mencatat bahwa aktivitas ilegal terjadi pada saat yang sama di tempat kejadian, kecurigaan mungkin timbul.
Namun, pada 28 Mei, polisi Hong Kong menangkap enam orang yang memperingati pembantaian tersebut, termasuk nyonya Chow, 39 tahun; ibunda nyonya Chow, Chow Lau Wah-chun, 65 tahun; mantan anggota Komite Tetap Aliansi Lau Ka-yee, 51 tahun, dan Kwan Chun-bong, 52 tahun; mantan Anggota Dewan Distrik Tsuen Wan yang pro-demokrasi Katrina Chan Kim-kam, 37 tahun; dan dokter gigi Lee Ying-chi, 55 tahun atas tuduhan melanggar Pasal 24 UU Keamanan Nasional, yang berkaitan dengan “menghasut terjadinya subversi.”
Istri Kwan Chun-bong, Poon Yau-chui ditangkap pada 29 Mei. Kecuali nyonya Chow, yang lainnya kemudian dibebaskan dengan jaminan.
Polisi menuduh nyonya Chow telah menggunakan setidaknya tujuh orang yang ditangkap itu untuk secara anonim memposting pesan-pesan hasutan sejak April. Salah satu wanita yang ditangkap, berusia 53 tahun, ditemukan telah berlangganan sebuah platform online untuk mendanai para aktivis sosial Hong Kong yang berada di pengasingan, termasuk Nathan Law, berjumlah sekitar HK$140.000 (USD 17.907). (vv)