Seorang Bersenjata Melepaskan Tembakan ke Kedutaan Besar Amerika Serikat di Lebanon

oleh Li Haoyue

Pada Rabu (5 Juni), militer Lebanon menyatakan bahwa seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke Kedutaan Besar AS di Beirut, ibu kota Lebanon, telah ditangkap setelah terluka dalam baku tembak dengan tentara. Serangan itu terjadi ketika sekutu AS, Israel, mengisyaratkan akan segera melancarkan serangan terhadap kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran.

Militer Lebanon mengatakan pria bersenjata itu adalah warga negara Suriah. Anggota tentara yang ditempatkan di wilayah itu yang melumpuhkan pria penembak tersebut, dan membawanya ke rumah sakit untuk merawat lukanya. Pasukan Libanon sedang mencari kemungkinan adanya pria bersenjata lainnya yang juga terlibat.

Kedutaan Besar AS di Lebanon mengatakan bahwa staf dan pekerja kedutaan berada dalam kondisi aman setelah penembakan berskala kecil di dekat pintu masuk kedutaan terjadi pada pagi hari itu. Duta Besar AS Lisa Johnson saat ini sedang melakukan perjalanan ke luar Lebanon. Demikian informasi yang diberikan oleh sumber diplomatik kepada jurnalis Reuters.

Sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada Reuters pada Rabu pagi, bahwa seorang anggota tim keamanan kedutaan Lebanon mengalami luka ringan. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan kemudian mengkonfirmasi kepada NBC News bahwa seorang penjaga keamanan Lebanon terluka dan sedang menerima perawatan.

Pada 5 Juni, Kedutaan AS mengatakan bahwa kegiatan untuk umum akan ditutup untuk sementara waktu,  tetapi kemudian diralat dengan mengatakan bahwa Kamis (6 Juni) kegiatan untuk melayani umum sudah bisa berlangsung seperti biasa.

Baku tembak berlangsung sekitar setengah jam pada Rabu pagi dan melibatkan setidaknya satu penyerang, demikian menurut laporan media lokal. Meski belum diketahui apa motif serangan tersebut. Namun, media Lebanon merilis foto-foto yang menunjukkan seorang penyerang mengenakan rompi hitam dengan tulisan “Negara Islam” dalam bahasa Arab dan huruf “ISIS” tercetak di atasnya.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun pejabat senior keamanan Lebanon lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa militer Lebanon sedang menyelidiki kemungkinan penembak tersebut berkaitan dengan kelompok ISIS. Selain itu, militer juga telah menahan dua orang syekh serta keluarga penyerang untuk dimintai keterangan.

Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan dia sedang menindaklanjuti masalah ini bersama menteri pertahanan dan pasukan keamanan.

Lebanon, yang berbatasan dengan Israel di utara, telah menderita kesengsaraan ekonomi dan kekacauan politik selama bertahun-tahun.

Pada tahun 1983, ledakan fatal terjadi di Kedutaan Besar AS di Beirut, menewaskan 63 orang. Para pejabat AS menyalahkan Hizbullah atas serangan itu. Kedutaan Besar AS kemudian dipindahkan ke pinggiran utara ibu kota, di zona yang cukup aman dengan penempatan beberapa pos pemeriksaan di jalan menuju akses masuk gedung.

Pada  September tahun lalu, terjadi penembakan di dekat kedutaan. Untungnya tidak terjadi korban.

Pada pertengahan  Oktober tahun lalu, di awal perang Israel – Hamas, belasan orang melakukan unjuk rasa di luar gedung Kedutaan Besar AS. Pasukan keamanan Lebanon menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan mereka.

Sejak perang Israel – Hamas, Lebanon telah menjadi medan pertempuran antara Hizbullah Lebanon yang didukung Iran dengan Israel.

Menurut data yang dikumpulkan Israel, bahwa sejak sekutu Hizbullah, Hamas menyerang Israel dari Gaza pada 7 Oktober tahun lalu yang menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 250 orang warga Israel, kelompok Hizbullah hampir setiap hari melancarkan serangan terhadap sasaran Israel di perbatasan.

Hizbullah menyatakan bahwa pihaknya baru akan menghentikan serangannya jika Israel tidak menyerang Jalur Gaza.

Puluhan ribu orang di kedua sisi perbatasan Israel – Lebanon terpaksa meninggalkan rumah mereka di tengah kekhawatiran akan meningkatnya perang.

Panglima militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan pada Selasa (4 Juni) bahwa tentara Israel sudah siap untuk “melancarkan serangan ke utara”.

“Kami sedang mendekati titik keputusan”, katanya dalam sebuah pernyataan yang direkam.

“Bagaimana pun kami akan memulihkan keamanan di utara”, kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu saat berkunjung ke kota Kiryat Shmona di Israel utara yang dekat perbatasan Lebanon.

“Selama mereka menyebabkan kehancuran di sini, tidak akan ada perdamaian di Lebanon”. Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel yang bergaris keras mengatakan dalam sebuah pernyataan video setelah memeriksa kota di utara tersebut. “Kita harus membakar seluruh benteng Hizbullah dan menghancurkannya. Perang !”

Selama ini Amerika Serikat terus melakukan upaya diplomatik untuk meredakan konflik kekerasan di wilayah perbatasan kedua negara. (sin)