EtIndonesia. Setiap perbuatan manusia di dunia ini dicatat dengan cermat oleh para dewa. Ketika tiba saatnya, semua akan diadili. Bahkan seorang biarawan yang tidak menjalankan ibadah dengan sungguh-sungguh, akan tetap dihukum di neraka.
Pada masa pemerintahan Kaisar Tang Xuanzong, di Kuil Sheng Ye, ada seorang biarawan bernama Qi Chi. Dia mengerti ilmu pengobatan dan suka bergaul dengan kalangan elit, tetapi perilaku dan tindakannya sangat tidak terpuji dan sering melanggar aturan biara.
Sekitar pertengahan bulan 5 pada tahun Tianbao, Qi Chi tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal dunia, namun dua hari kemudian dia hidup kembali.
Setelah pengalaman itu, dia merenovasi aula Buddha di kuil meditasinya di bagian timur kota menjadi tempat yang megah, dengan tujuh patung Buddha besar di dalamnya, lalu dia pindah ke sana.
Terlebih lagi, sejak saat itu dia tampak seperti orang yang berbeda, menghentikan semua aktivitas sosial sebelumnya dan secara konsisten mengikuti aturan biara dengan ketat.
Seseorang bertanya mengapa dia berubah sedemikian rupa, dan dia pun menceritakan alasan sebenarnya.
Qi Chi divonis bersalah atas pembunuhan, namun menyadari bahwa dia tidak rajin berlatih
Saat Qi Chi baru saja meninggal, dia melihat dirinya dibawa ke aula besar di hadapan Raja Neraka. Di sana terdapat sepotong daging busuk di lantai.
Kemudian, Raja Neraka bertanya padanya: “Kamu adalah seorang biarawan, mengapa kamu membunuh seseorang?”
Qi Chi merasa bingung mendengar pertanyaan itu dan tidak paham dengan maksudnya, jadi dia tidak berkata apa-apa.
Raja Neraka mengulang pertanyaannya dengan lebih jelas: “Mengapa kamu membunuh pelayan wanita di kuil?”
Saat itu, Qi Chi baru mengerti apa yang terjadi. Dia ingat bahwa dulu ada seorang biarawan muda bernama He Ma Shi yang berhubungan gelap dengan pelayan wanita di kuil. Pelayan itu kemudian berubah pikiran, membuat He Ma Shi marah dan memfitnahnya dan melaporkan kepada kepala biara.
Pelayan wanita itu memang bukan gadis yang bersih, dan kepala biara tidak menyukainya. Jadi, di hadapan banyak biarawan saat makan bersama, kepala biara memukulnya dengan batang bambu.
Saat itu, Qi Chi mencoba menasihati kepala biara: “Seorang biarawan harus mengikuti aturan dalam tindakan, perkataan, dan pikirannya. Jangan melanggar. Apalagi melakukan kekerasan di depan biarawan lain.”
Kepala biara merasa terganggu dengan nasihat Qi Chi dan tidak mendengarkannya. Ditambah lagi, He Ma Shi terus memuji dan mendorong kepala biara untuk memukul lebih keras.
Akhirnya, pelayan wanita itu meninggal karena pukulan tersebut.
Qi Chi mengingat kejadian itu dan semakin tidak mengerti, lalu bertanya kepada Raja Neraka: “Yang membunuhnya adalah kepala biara, yang memfitnahnya adalah He Ma Shi, mengapa Anda menuduh saya?”
Saat itu, potongan daging di hadapan Raja Neraka tiba-tiba berbicara: “Qi Chi yang membunuh saya.”
Raja Neraka marah: “Pelayan! Mengapa kamu tidak berbicara lebih jelas?”
Potongan daging itu kemudian berubah menjadi seorang wanita. Qi Chi mengenalinya sebagai pelayan wanita yang dulu dipukul sampai mati.
Pelayan wanita dan Qi Chi berdebat sejenak, kemudian dia berkata: “Saat saya hampir mati, saya mendengar seseorang mendorong kepala biara untuk membunuh saya. Saya curiga itu adalah Qi Chi, jadi saya menuduhnya.”
Raja Neraka kemudian memerintahkan: “Tangkap kepala biara segera!”
Seseorang menjawab: “Kepala biara telah mengumpulkan banyak kebajikan, jadi tidak bisa ditangkap.”
Raja Neraka kemudian berkata: “Tangkap He Ma Shi.”
Orang itu menjawab: “He Ma Shi belum habis masa hidupnya.”
Raja Neraka berpikir sejenak dan kemudian memutuskan: “Maka tangkap pelayan wanita itu dan lepaskan Qi Chi.”
Setelah itu, Raja Neraka mempersilakan Qi Chi keluar, dan saat itulah dia menyadari ada seorang biarawan dan seekor kuda di samping Raja Neraka yang mengamati sidang.
Ketika Qi Chi keluar, biarawan itu mengikutinya. Qi Chi memberi hormat dan bertanya.
Biarawan itu berkata: “Saya adalah Bodhisattva Kṣitigarbha. Karena kamu sangat sedikit berbuat kebajikan, dan masa hidupmu telah habis, saya membawa kamu ke sini. Setelah kamu kembali, kamu harus mematuhi aturan biara, tinggalkan urusan duniawi, dan buat tujuh patung Buddha. Jika tidak punya uang, kamu bisa melukis tujuh gambar Buddha.”
Setelah hidup kembali, Qi Chi langsung mengikuti perintah Bodhisattva Kṣitigarbha. Dia kemudian hanya fokus pada meditasi di kuil dan meninggalkan urusan duniawi.
Kisah Qi Chi menunjukkan bahwa meskipun dia tidak membunuh, tetapi karena kurang serius dalam praktik keagamaan, dia harus mengalami hukuman di alam baka.
Pesan dari cerita ini adalah: “Jangan berbuat jahat. Di atas kepala ada Dewa. Baik dan buruk akhirnya akan mendapatkan balasannya. Hanya masalah waktu saja.” (yn)
Sumber: tansinh.net