Kasus Batuk Rejan Melonjak 83 Kali Lipat di Tiongkok? Publik Khawatir Ada Alasan Tersembunyi Lainnya di Balik Fenomena Abnormal Ini 

Penyakit menular pernafasan di daratan Tiongkok datang silih berganti. Para pejabat baru-baru ini mengklaim bahwa kasus batuk rejan telah meningkat secara dramatis, dengan jumlah kasus pada April  meningkat 83 kali lipat dibandingkan periode yang sama pada  2023. Beberapa orang khawatir ada alasan tersembunyi lain di balik fenomena abnormal ini

Wang Ziqi/Luo Ya/Xiong Bin/Zhong Yuan

Baru-baru ini, banyak orang menderita batuk dan pejabat Partai Komunis Tiongkok menyatakan bahwa kasus batuk rejan telah meningkat tajam di seluruh negeri.

Menurut data resmi, jumlah kumulatif kasus batuk rejan dalam empat bulan pertama tahun 2024 melebihi 150.000 kasus. Khusus pada  April, jumlah kasus meningkat 83 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2023, mencapai lebih dari 90.000 kasus, melebihi jumlah kumulatif kasus pada tiga bulan sebelumnya dan terdapat 7 kasus kematian.

Mengingat Partai Komunis Tiongkok selalu menyembunyikan kebenaran, masyarakat tidak hanya mempertanyakan kemungkinan menyusutnya data, namun juga mempertanyakan apakah yang disebut batuk rejan itu nyata.

Zhang, warga Anyang, Provinsi Henan: “Anak saya menderita batuk. Penyakit ini tertular di sekolah. Batuk adalah fenomena umum. Banyak anak muda ditemukan mengidap penyakit bintil paru dan kanker paru-paru setelah batuk. Terlebih lagi, mereka yang menderita penyakit ini adalah wanita dan tidak merokok.”

Batuk rejan sering terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, namun para pejabat menyatakan bahwa batuk rejan kini muncul pada orang dewasa.

Dengan asumsi bahwa tingkat vaksinasi vaksin difteri-tetanus pertusis dipertahankan pada tingkat yang tinggi, lonjakan batuk rejan yang tidak normal juga menyebabkan orang bertanya-tanya apakah pihak berwenang menggunakan penyakit seperti batuk rejan untuk menutupi epidemi.

Beberapa netizen berkata terus terang, “Batuk rejan adalah virus corona baru” dan “Rasanya seperti gejala sisa dari virus corona baru. Saya tidak bisa tidur karena batuk di tengah malam setiap hari.”

Seorang Profesor di Kanada dalam bidang pengobatan Tiongkok, dan Direktur Klinik Pengobatan Tiongkok Kangmei, Jonathan Liu  mengatakan: “Banyak orang mengira ini hanya bakteri biasa dan tidak ada hubungannya dengan COVID-19, padahal sebenarnya sangat berkaitan. Saat ini, pemerintah Tiongkok mengulangi taktik lama mereka dalam menutupi fakta, membuat dokter klinis di garis depan, termasuk Komite Kesehatan, menggunakan istilah ‘pertusis’ untuk menutupi pandemi COVID-19. Karena pertusis adalah penyakit umum pada anak-anak yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan gejalanya terutama batuk, sekarang banyak kasus long COVID juga menampilkan gejala utama batuk, yang berlangsung selama tiga bulan, hampir seratus hari, bahkan lebih dari tiga bulan. Di  daratan Tiongkok, banyak orang mengalami gejala yang terutama menyerang saluran pernapasan atas, yang sebenarnya disebabkan oleh varian virus COVID-19.”

Dong Yuhong, seorang ahli virologi di Eropa, mengatakan bahwa virus COVID-19 terutama menyerang paru-paru. Ketika fungsi paru-paru terganggu, hal ini dapat menjadi faktor penyebab infeksi batuk rejan.

Dong Yuhong berkata: “Virus COVID-19 itu sendiri dapat menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut dan menyebabkan konsolidasi paru-paru. Ini adalah virus jangka panjang. Ada juga gejala sisa dari COVID-19, yaitu fibrosis paru. Ketika fungsi paru-paru terganggu dan kekebalan anti-virus dan anti-bakteri lokal berkurang, hal itu memang akan menyebabkan infeksi sekunder, termasuk bakteri batuk rejan, yang kemungkinan besar merupakan salah satu faktor penyebab infeksi batuk rejan.

Faktanya, epidemi di Tiongkok terus menyebar.  Orang-orang di banyak tempat melaporkan bahwa terdapat lebih banyak pasien yang menderita infark serebral, infark miokard dan kanker paru-paru dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Chai, seorang penduduk desa di Beijing berkata : “Dalam satu atau dua bulan terakhir, orang-orang di desa kami menderita serangan jantung dan infark otak, mulai dari usia tiga puluhan hingga 60an dan 70an. Kesehatan mereka sangat baik, tetapi mereka meninggal dunia secara mendadak.”

Liu, warga Jiamusi, Provinsi Heilongjiang berkata : “Penyakit jantung meningkat, dan kanker meningkat. Mereka yang mengidap penyakit ini  orang yang berusia empat puluhan atau lima puluhan. Mereka tidak memiliki penyakit bawaan. Mereka hanya mengidap penyakit mendadak yakni infark serebral atau infark miokard. Mereka yang tidak meninggal dunia akan menjadi lumpuh atau semi-lumpuh.”

Jonathan Liu mengatakan bahwa manusia belum memiliki pemahaman yang lengkap tentang virus COVID, terutama di daratan Tiongkok, di mana pihak berwenang  tidak transparan mengenai informasi yang diungkapkan kepada publik.  Bahkan menutup-nutupi virus tersebut. Oleh karena itu, penyebab sebenarnya dari banyak penyakit hanya dapat ditebak-tebak oleh dunia luar. Ia mengimbau masyarakat awam tidak hanya berhati-hati dalam mencegah penyakit, tetapi juga mempelajari informasi yang lebih nyata.

Liu berkata : “Jika seseorang memberi tahu Anda informasi yang sebenarnya, maka dengarkanlah. Ini adalah satu hal. Kedua, jika Anda dapat menghindari tembok tersebut, Anda juga harus belajar lebih banyak tentang situasi sebenarnya secara keseluruhan. Wabah ini berasal dari sudut pandang kesatuan alam dan manusia. Ini bukan tanpa alasan. Banyak orang yang mengetahui kebenaran mengetahui bahwa wabah ini sendiri menentang PKT, termasuk mereka yang mendukung PKT, termasuk mereka mengalami cuci otak PKT, memihak di pihak PKT dan  menentang nilai-nilai universal.  Bahkan berpartisipasi di dalamnya. Mereka yang menganiaya orang-orang baik sebenarnya menjadi sasaran virus ini, jadi sebagai masyarakat biasa, kita benar-benar perlu memahami kebenaran dan tidak membuat pilihan yang akan merusak hidup kita.”

Dikarenakan kasus batuk rejan yang parah dan berkepanjangan terus meningkat, pemerintah Tiongkok baru-baru ini mengeluarkan versi pertama dari skema pencegahan dan pengendalian khusus untuk rejan (‘Skema Pencegahan dan Pengendalian Pertusis, Edisi 2024’), yang mengusulkan untuk memasukkan batu rejan ke dalam lingkup pemantauan sentinel penyakit menular saluran pernapasan akut di Tiongkok. Masyarakat berpendapat bahwa ini adalah upaya untuk menyesatkan publik.” (Hui)

FOKUS DUNIA

NEWS