Huang Yimei/Yi Ru
Demi menstabilkan pasar perumahan di Tiongkok tanpa menurunkan harga, Beijing telah memperkenalkan sejumlah langkah, tetapi baru-baru ini pasar telah melihat harga rumah di banyak provinsi jatuh di bawah RMB 1.000 (Rp2,2 juta), sebuah fenomena yang juga terjadi di Zhangjiakou, yang hanya berjarak 40 menit naik kereta api berkecepatan tinggi dari Beijing.
Pada awal tahun 2021, harga rumah di Hegang, di bagian timur laut Provinsi Heilongjiang, terdaftar sebagai yang termurah di negaranya oleh Platform Pasar Real Estat Tiongkok perumahan “harga kubis” di Tiongkok. Hanya dalam beberapa tahun, fenomena perumahan murah sudah muncul dimana-mana.
Di Distrik Xuanhua, Kota Zhangjiakou, sebuah apartemen dua kamar tidur seluas 60 meter persegi di gedung keluarga pabrik kimia dijual hanya dengan harga RMB 40.000 yuan (sekitar Rp. 89 juta) dan apartemen dua kamar tidur seluas 60 meter persegi di Distrik Yaxun dijual dengan harga RMB 80.000 (sekitar Rp.179 juta).
Profesor Sekolah Bisnis Aiken di Universitas Carolina Selatan, Xie Tian, mengatakan: “Beberapa tempat memang tidak bisa bertahan lagi, sehingga akan muncul penurunan seperti ini. Jika ada yang bersedia mengambil alih hipotek rumah Anda, membantu Anda melunasi hipotek, bahkan kadang-kadang dia akan menawarkan harga di bawah biaya, atau bahkan memberi uang kepada Anda, semuanya bisa terjadi. Jadi, kita tidak tahu apakah bisa mengatakan bahwa ini adalah titik terendahnya, tetapi dalam kenyataannya, ketika pasar properti benar-benar mengalami masalah, harga rumah akan akan turun dari harga beli dan Anda akan mengalami kerugian.”
Harga rumah di Tiongkok terus menurun, situasi di mana penawaran lebih besar daripada permintaan terus berlanjut, seberapa banyak kebijakan pun kemungkinan besar tidak akan mampu merangsang sisi permintaan.
Ekonom Amerika Serikat DAVY J.Wong mengatakan: “Langkah-langkah penyelamatan pasar saat ini hanya memperbaiki beberapa kebijakan penekanan yang tidak tepat di masa lalu, dan bukan benar-benar menyelamatkan pasar. Kebijakan yang mendukung pasar real estat belum dirilis, seperti mengurangi pajak, menjamin bahwa keluarga berpenghasilan rendah dan menengah bisa menyewa atau membeli rumah, itu baru benar. Jadi pasar real estat saat ini akan terus menurun, ini sangat jelas, alasan penurunan harga rumah adalah karena tidak ada transaksi, alasan tidak ada transaksi adalah tidak aktif, alasan tidak aktif adalah pajak terlalu tinggi serta perlindungan yang tidak memadai.”
Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang pada 7 Juni mengadakan rapat eksekutif Dewan Negara, kembali mengusulkan langkah-langkah kebijakan stabilisasi pasar untuk “mempercepat pembentukan model pengembangan real estat yang baru” serta “pekerjaan terkait pencernaan, pemulihan, dan aktivasi properti dan tanah yang ada”.
DAVY J.Wong berkata: “Melihat bahwa mereka terus mempelajari dan mempersiapkan langkah-langkah destocking baru membuktikan bahwa mereka tahu bahwa langkah-langkah saat ini tidak cukup untuk menstabilkan pasar dan menyelamatkan pasar dan mereka perlu mempelajari metode-metode baru. Faktanya, ini sangat aneh, penelitian dan prakiraan real estate kami sudah hampir 20 tahun. Di masa lalu, kami mungkin diminta untuk membuat beberapa prediksi kebijakan atau bagaimana melakukan penyesuaian, tapi sekarang ini hanya pendekatan di balik layar.”
Pada 17 Mei, setelah He Lifeng, Wakil Perdana Menteri Dewan Negara Partai Komunis Tiongkok, mengadakan pertemuan tentang “Penyediaan Perumahan yang Dijamin”, serangkaian kebijakan nasional yang diklaim “tingkat epik” untuk merevitalisasi pasar perumahan diperkenalkan.
S&P Global mengatakan langkah-langkah terbaru untuk menghidupkan kembali pasar real estat dapat menimbulkan risiko bagi bank-bank yang beroperasi di kota-kota non-tingkat pertama.
DAVY J.Wong : “Pasar real estat pada dasarnya adalah bentuk utama aset sosial di semua negara modern. Oleh karena itu, jika pasar real estat anjlok, hal itu akan menyebabkan runtuhnya seluruh sistem keuangan, dan juga menyebabkan pendinginan dan penurunan secara signifikan serta menurunnya aktivitas perekonomian seluruh penduduk, dan juga mengakibatkan hilangnya kekayaan sosial secara keseluruhan akan menjadi bencana besar baik bagi individu maupun negara.”
Penjualan perumahan di Tiongkok turun sekitar 47% dalam empat bulan pertama tahun ini. Sedangkan stok perumahan yang tidak terjual berada pada level tertinggi dalam delapan tahun. Analisis menunjukkan bahwa sebagian besar kebijakan Partai Komunis Tiongkok berfokus pada merangsang “sisi permintaan” konsumsi, namun tidak mengatasi ketidakseimbangan di pasar perumahan.
Xie Tian mengatakan: “Jika pasar properti runtuh, berarti orang-orang yang masih memiliki pinjaman saat ini tidak akan mau melanjutkan pembayaran hipotek mereka dan akan berhenti membayar. Jika mereka berhenti membayar, tentu saja individu akan bangkrut, sehingga rumah tersebut kemungkinan besar akan diambil alih oleh bank sebagai jaminan. Jika hal seperti ini terjadi secara luas, bank-bank di Tiongkok akan bangkrut. Jadi, pelonggaran batas pembelian, pembayaran uang muka, penurunan suku bunga, penurunan suku bunga hipotek, atau mendorong orang untuk menggunakan dana pensiun orang tua untuk membantu membayar hipotek, semuanya sebenarnya dimaksudkan agar orang-orang tetap mampu membeli atau membeli lebih banyak rumah, untuk mempertahankan harga properti. Partai Komunis Tiongkok tidak pernah memiliki kebijakan apa pun untuk menurunkan harga properti atau membiarkan harga properti ditentukan oleh pasar.”
Kritikus independen Cai Shenkun menulis di platform media sosial, menyatakan bahwa Tiongkok berbeda dengan negara lain, lebih banyak pembiayaan tidak langsung, lebih banyak orang yang meminjam melalui perantara kredit bank. Jika ada krisis dalam pembayaran kembali pinjaman, bagaimana mungkin sistem keuangan bisa tetap tidak terpengaruh. Pada Mei, pemerintah Tiongkok meluncurkan serangkaian kebijakan untuk menyelamatkan pasar properti, tujuannya sangat jelas, yaitu untuk menyelamatkan pemerintah, menyelamatkan bank, namun sama sekali tidak mempertimbangkan kepentingan pembeli rumah. (Hui)