Zhou Xiaohui
Setelah upacara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Taiwan, Partai Komunis Tiongkok (PKT) melancarkan babak baru operasi pencegahan terhadap Taiwan dari 23 hingga 24 Mei. Komando Palagan Timur dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok telah melakukan latihan militer yang bersifat “Guntur lebih keras daripada hujan kecil yang diperkirakan (Lebih banyak kata-kata daripada tindakan)” di Selat Taiwan. Media milik Partai juga turut bekerja sama dan menyalahkan pemerintah baru Taiwan secara “agresif”.
Pada 25 Mei, akun publik WeChat dari Komando Palagan Timur RRT (Republik Rakyat Tiongkok) juga merilis video yang disebut “Strategi Enam Huruf” untuk yang disebut ‘menyerang Taiwan’, yang mensimulasikan enam langkah mencaplok Taiwan, yaitu “maju, mengepung, mengunci, menyerang, menghancurkan, dan memutuskan”. Video tersebut memperlihatkan RRT menggunakan rudal untuk menyerang Taiwan dan tidak segan-segan menghancurkan pulau tersebut serta memblokir koneksi Taiwan dengan dunia luar.
Bagi Little Pink (istilah yang digunakan untuk menggambarkan nasionalis muda di internet daratan Tiongkok) dan orang-orang Tiongkok yang telah lama dicuci otak oleh PKT, setelah menonton video PKT yang tampak percaya diri ini kemungkinan besar akan membuat darah mereka mendidih. Mereka merasa Taiwan sudah terkepung, maka cepat-cepatlah orang Taiwan berlutut dan memohon ampun. Namun, ini sebenarnya adalah taktik PKT untuk sekali lagi menipu kekuatan internal pasukan dan menipu rakyat Tiongkok. Faktanya, dalam video tersebut PKT secara sadar mengabaikan sistem rudal pertahanan udara militer Taiwan yang kuat, mengabaikan tekad kuat rakyat Taiwan untuk melindungi Taiwan, dan mengabaikan militer Amerika Serikat beserta sekutunya yang kuat dalam membela Taiwan.
Saat ini, Republik Tiongkok (Taiwan) memiliki sistem pertahanan udara dengan kepadatan tertinggi dan juga tercanggih di dunia, dan tidak ada titik buta di seluruh pulau tersebut. Militer Taiwan saat ini dilengkapi dengan 6 set sistem pertahanan udara jarak jauh Patriot III. Enam set sistem pertahanan udara ini diperkenalkan sekitar 2012, termasuk 253 rudal pencegat PAC-3. Selain itu, militer Taiwan juga memiliki tiga set sistem pertahanan udara jarak jauh Patriot II dengan jangkauan sekitar 150 kilometer dan rudal pertahanan udara seri Tiangong (Busur Langit) yang dikembangkan oleh mereka sendiri.
Pada akhir 2022, Kongres AS juga setuju untuk menjual 100 rudal pertahanan udara Patriot tercanggih senilai 882 juta USD (14,2 triliun rupiah) ke Taiwan beserta radar dan peralatan pendukung lainnya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara Taiwan dalam menghadapi tekanan militer dari otoritas Beijing. Sistem ini lebih canggih dibandingkan rudal Patriot III.
Jadi, mengingat sistem pertahanan Taiwan yang ketat, berapa tingkat keberhasilan Pasukan Roket RRT dalam meluncurkan rudal ke Pulau Taiwan? Ketika kapal perang RRT berniat mengepung dan memblokade Pulau Taiwan, akankah militer AS dan Angkatan Laut Taiwan hanya diam dan menonton saja? Hal ini jelas mustahil.
Oleh karena itu, tujuan sebenarnya PKT merilis video simulasi serangan terhadap Taiwan ini bukan hanya untuk mengintimidasi masyarakat biasa di Taiwan, tetapi juga untuk menyemangati diri dan mencuci otak rakyat Tiongkok. Siapa pun yang mempunyai sedikit akal akan memahami bahwa ini mencerminkan ‘keras di luar lembek di dalam’ dari tentara Komunis Tiongkok. Terlepas dari seberapa tinggi mereka bisa melompat atau seberapa keras mereka berteriak, jika pertempuran benar-benar terjadi, entah seberapa lemah dan tidak kompetennya mereka.
Selain merilis video yang mencerminkan keganasan dan kelemahan batin tentara Komunis Tiongkok, pada 25 Mei, Jaringan Militer Partai Komunis Tiongkok dan Harian Militer juga menerbitkan artikel di “Forum Tentara Perkasa” yang berjudul “Melatih Pasukan yang Bertarung dengan Risiko Nyawa”. Intinya adalah mengerahkan tentara-tentara RRT untuk baik dalam Latihan sehari-hari ataupun di medan perang, mereka harus mengabdikan diri dengan sepenuh jiwa-raga demi PKT, jangan takut mati, dan meminta para tentara untuk “selalu menjaga tekad berjuang sampai titik darah penghabisan” dan seterusnya.
Artikel tersebut juga berbohong dan menyatakan bahwa justru karena hal inilah tentara Komunis Tiongkok dalam sembilan puluh tahun terakhir telah “mengalahkan musuh-musuh kuat satu demi satu dan meraih kemenangan demi kemenangan”. Namun, siapa pun yang mengerti sejarah mengetahui bahwa apa yang disebut “kemenangan” oleh PKT hanyalah membanggakan diri sendiri; semua orang mengetahui bagaimana PKT mendekam di barat laut Tiongkok untuk mengembangkan dirinya selama Perang Anti-Jepang (7 Juli 1937 – 9 September 1945), dan tidak berani menghadapi tentara Jepang secara frontal; semua orang mengetahui bahwa selama perang saudara antara Kuomintang dan Partai Komunis Tiongkok (1927-1936 dan 1945-1949), bagaimana PKT menggunakan “kolom kelima” yang tersembunyi di Pemerintahan Nasional dan Tentara Nasionalis untuk mencuri intelijen militer, dan bagaimana PKT mengorbankan rakyat sipil untuk mengalahkan Tentara Nasional; semua orang mengetahui bagaimana tentara Komunis Tiongkok menderita kekalahan telak dalam Perang Korea dan Perang Vietnam……….
Dengan kata lain, dari sudut pandang sejarah Partai Komunis Tiongkok, apa yang disebut sebagai slogan “berlatih tanpa ragu dan berperang tak takut mati” bukanlah alasan utama berhasilnya perebutan kekuasaan oleh Partai Komunis Tiongkok pasca Perang Dunia II. Jadi, dalam perang modern yang berteknologi tinggi, faktor penentu kemenangan bukanlah tentara yang tidak takut mati atau mempertaruhkan nyawa, juga bukan “gelombang manusia” rakyatnya. Sebaliknya, hal ini bergantung pada senjata mutakhir, peralatan canggih, dan kekuatan nasional yang komprehensif.
Dalam hal persenjataan mutakhir, peralatan canggih, dan kekuatan nasional yang komprehensif, tentara Komunis Tiongkok tidak hanya memiliki kesenjangan dengan militer Taiwan, tetapi juga memiliki kesenjangan yang sangat besar dengan Amerika Serikat dan Jepang. Beberapa analis menunjukkan bahwa dalam perbandingan militer antara Amerika Serikat dan Tiongkok, baik dalam hal konsep, doktrin, atau sistem senjata, militer Tiongkok tertinggal dalam segala aspek: Misalnya, teknologi kapal induk tertinggal sekitar 15 tahun; operasi gabungan terpadu berteknologi tinggi setidaknya tertinggal 10 hingga 15 tahun dari Amerika Serikat; pesawat tempur canggih tertinggal setengah generasi, yaitu 10 hingga 15 tahun; mereka hanya mengungguli Amerika Serikat dalam jumlah rudal balistik dan kapal perang, namun kinerjanya tidak sebaik Amerika Serikat.
Pada Februari 2024 lalu, Amerika Serikat dan Jepang mengadakan latihan bersama. Ini adalah latihan komando dan kontrol yang dilakukan dengan menggunakan simulasi komputer. Tema latihan ini berpusat pada kemungkinan “krisis atau keadaan darurat” yang mungkin terjadi di Selat Taiwan dan cara meresponsnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan operasi gabungan komprehensif Amerika Serikat dan Jepang dalam meningkatkan prosedur komando dan kendali, dan lain sebagainya. Melalui latihan ini, Amerika Serikat dan Jepang sebenarnya memberi tahu Beijing bahwa satelit, jaringan komunikasi, dan kabel bawah laut PKT akan berada di bawah pengawasan militer AS, khususnya Angkatan Ruang Angkasa. Meskipun Amerika Serikat sedang memamerkan kekuatannya, mereka juga memperingatkan musuh potensial bahwa dengan dukungan Angkatan Ruang Angkasa, peluang Partai Komunis Tiongkok untuk memenangkan perang konvensional tidaklah tinggi. Pengerahan internal Pasukan Roket yang menjadi andalan Xi Jinping telah lama diungkap oleh Amerika Serikat. Belum lagi setelah pembersihan Xi, moral militer Pasukan Roket sudah lama tidak stabil.
Mengenai kekuatan nasional secara komprehensif, RRT dan AS bahkan tidak berada pada kelas yang seimbang. Sekarang Partai Komunis Tiongkok telah memasuki periode kemerosotan ekonomi, apakah mereka berani mengambil risiko perang yang memakan banyak biaya? Apakah PKT, yang mengabaikan hidup dan mati rakyatnya, benar-benar tidak takut adanya kekuatan yang mengambil kesempatan untuk melakukan kudeta di dalam negeri?
Selain itu, tentara Komunis Tiongkok saat ini hampir tidak memiliki pengalaman tempur, dan karena kebijakan satu anak jangka panjang yang diterapkan oleh Partai Komunis Tiongkok, tentara Komunis Tiongkok telah menjadi “tentara satu anak”. Lebih dari 70% prajuritnya hanyalah anak tunggal, sehingga menyebabkan rendahnya semangat tempur prajurit. PKT memberitahu mereka untuk “berjuang tak takut mati”. Berapa banyak keluarga dan tentara yang ikhlas melakukannya? Berapa banyak orang Tiongkok yang rela mengorbankan hidup mereka demi rezim yang selama ini tidak melindungi rakyatnya?
Penulis teringat pernah melihat sesuatu seperti ini sebelumnya: Pada tahun-tahun terakhir Dinasti Qing (1636-1912), tentara Inggris dan Qing berperang demi memperebutkan opium di muara pantai Provinsi Guangdong. Orang-orang dari Dinasti Qing di kedua sisi pantai berdiri dan menyaksikan kemeriahan tersebut. Setiap kali ada tentara Qing yang terkena artileri atau kapal perang mereka terbakar, maka orang-orang akan bersorak sorai dan bersuka-ria.
Seorang pria/gentleman Inggris menyaksikan pertempuran dari atas kapal dan sangat kebingungan. Ia bertanya kepada penerjemah, dan si penerjemah berkata: “Negara ini tidak mengutamakan rakyatnya, maka rakyatnya pun tidak menghargai negara ini.” Juga pada masa Perang Melawan Jepang, jumlah pasukan boneka (dari warga Tiongkok) pada masanya pernah lebih banyak dibandingkan jumlah pasukan reguler Jepang. Dalam beberapa tahun terakhir, pernyataan, “Jika militer AS menyerang daratan, saya akan menunjukkan jalan bagi militer AS,” juga telah muncul berkali-kali di internet.
Mengapa bisa demikian? Tentu saja, jika di bawah rezim yang menghabiskan banyak uang secara royal kepada eksternal (negara-negara lain), namun melakukan kontrol ketat terhadap internal, dan sangat korup, banyak warganya tidak mampu membeli rumah, tidak mampu membayar perawatan medis, tidak mampu bersekolah, sering diintimidasi, dan tidak punya hak asasi manusia, mengapa mereka harus mengorbankan nyawa demi PKT? Tidak diragukan lagi, ada banyak orang Tiongkok yang berpikiran seperti ini, termasuk prajurit di kalangan tentara Komunis Tiongkok.
Menurut pendapat penulis, alasan mengapa tentara Komunis Tiongkok meneriakkan slogan-slogan seperti itu adalah karena sebagian besar tentara Komunis Tiongkok tidak memiliki niat berjuang untuk PKT di dalam hati mereka, dan meneriakkan slogan-slogan seperti itu oleh tentara Komunis Tiongkok hanya akan membangkitkan anti pati dan juga membuat dunia menertawainya.
Pada analisa terakhir, perang modern adalah pertarungan antara satu sistem dengan sistem lainnya, dan konfrontasi antara satu peradaban dengan peradaban lainnya. Di bawah sistem otoriter Partai Komunis Tiongkok, mustahil untuk menumbuhkan tentara yang memiliki rasa hormat secara umum dan bersedia mengorbankan diri mereka sendiri. Karena bila Anda tidak cukup bermoral untuk meyakinkan masyarakat, bila Anda tidak menghargai nyawa prajurit, yang Anda dapatkan sebagai imbalannya mutlak bukanlah kesetiaan prajurit.
Lihatlah militer AS yang paling kuat di dunia. Mereka selamanya tidak pernah meneriakkan slogan-slogan seperti itu. Sebaliknya, mereka justru mengharuskan tentaranya untuk menghargai hidup mereka. Bahkan menyerah demi menyelamatkan nyawa mereka diperbolehkan. Selama bertahun-tahun, militer AS telah berpartisipasi dalam perang yang tak terhitung jumlahnya, namun jumlah korban militer AS sangat rendah. Salah satu alasannya adalah untuk menjamin keselamatan tentara, perlengkapan individu militer AS, termasuk pelindung tubuh, sangatlah lengkap. Di balik hal ini menunjukkan kekuatan ekonomi Amerika Serikat yang solid.
Yang perlu dipahami oleh para pemimpin utama Zhongnanhai adalah, tidak seperti pasukan NATO yang tidak melakukan intervensi langsung dalam perang Rusia-Ukraina, begitu perang Selat Taiwan pecah, militer AS pasti akan melakukan intervensi untuk membela Taiwan. Duel antara RRT dengan Amerika Serikat lebih tercermin dalam konfrontasi teknologi tinggi dibandingkan gaya perang parit Perang Dunia I dan II dalam kasus Rusia dan Ukraina. Apakah RRT mempunyai peluang untuk menang? (osc/whs)