Korea Selatan Menerbangkan Balon yang Membawa Pengeras Suara ke Pyongyang untuk Memarahi Kim Jong-un

oleh Li Ming

Gejolak akibat Korea Utara sengaja menerbangkan sejumlah besar balon yang dalamnya berisi kotoran manusia, binatang dan sampah ke wilayah Korea Selatan masih belum mereda. Baru-baru ini, beberapa balon berisi kotoran dan sampah Korea Utara itu bahkan mendarat di banyak tempat di Kota Seoul. Dan, terdengar kabar adanya tembakan di dekat perbatasan antara Korea Selatan dengan Korea Utara. Media mengungkapkan bahwa kelompok misterius di Seoul menerbangkan “balon cerdas” yang membawa pengeras suara elektronik ke Ibukota Pyongyang untuk memutar rekaman yang memarahi Kim Jong-un, sekaligus menyebarkan selebaran kepada warga Korea Utara.

Menurut laporan Reuters, “balon cerdas” itu diproduksi menggunakan teknologi pencetakan 3D dan suku cadangnya dibeli secara online. Beberapa balon bahkan dilengkapi dengan alat pelacak Global Positioning System (GPS), dan harga setiap balon bisa mencapai USD.1.000,-.

Laporan tersebut mengungkapkan, bahwa kelompok misterius yang menamakan diri “Komite Reformasi dan Pembukaan Korea Utara” ini biasa menerbangkan balon yang membawa selebaran ke Korea Utara sekali atau dua kali di pada malam hari setiap bulannya ketika angin bertiup ke arah utara. Kini balon-balon yang dikirim oleh kelompok tersebut telah ditingkatkan menjadi “balon cerdas” yang dapat terbang ke kota-kota di daerah pedalaman seperti Pyongyang, ibu kota Korea Utara, dan kemudian menjatuhkan dari udara barang bawaannya seperti selebaran atau lainnya.

Laporan menyebutkan bahwa kelompok tersebut tidak hanya membagikan ribuan selebaran ke Korea Utara melalui “balon cerdas” mereka, tetapi juga memutar rekaman yang mengkritik, memarahi pemimpin tertinggi Korea Utara : “Kim Jong-un adalah pengkhianat yang bertentangan dengan rakyat dan menolak reunifikasi”.

Pada akhir Mei tahun ini, Korea Utara tiba-tiba meluncurkan sejumlah besar balon yang membawa kotoran, sampah, dan barang rongsokan lainnya ke Korea Selatan, menyebabkan memburuknya hubungan antara kedua negara. Cara penanggulangan utama yang dilakukan oleh pihak Korea Selatan, selain menyebarkan selebaran yang bersifat front persatuan, juga dengan mengerahkan sejumlah besar pengeras suara di daerah dekat perbatasan untuk meluncurkan siaran  perang propaganda.

Pada Selasa (11 Juni), Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengirimkan pesan kepada korps pers yang ditempatkan di Kementerian Pertahanan Nasional, menyebutkan bahwa pada 9 Juni sekitar pukul 12:30 siang, ada kejadian di mana sejumlah tentara Korea Utara telah melintasi garis pemisah militer yang dibatasi tidak boleh melebihi 50 meter. Setelah militer Korea Selatan menyiarkan siaran peringatan dan melepaskan tembakan peringatan, tentara Korea Utara itu baru mundur ke sisi utara garis demarkasi.

Menurut Kantor Berita Yonhap, pada 10 Juni, Badan Kepolisian dan Dinas Pemadam Kebakaran Korea Selatan berturut-turut melaporkan bahwa beberapa “balon berisi sampah” yang diterbangkan oleh Korea Utara jatuh ke Museum Nasional Korea Selatan, Pemerintahan Yongsan, dan Distrik Bisnis Itaewon di Yongsan District, Seoul, yang sudah mendekati Istana Presiden. “Polisi memastikan bahwa balon tersebut membawa kotoran, kertas bekas, dan sampah lainnya”.

Badan Kepolisian Seoul juga mengungkapkan bahwa sejak 9 Juni pukul 12 malam hingga 10 Juni pukul 05.00 pagi, pihak polisi telah menyerahkan sebanyak 89 balon sampah yang mendarat di Seoul kepada militer untuk dijadikan bukti dan dibuang.

Sebelumnya, Korea Utara menggunakan lebih dari 1.400 balon untuk menjatuhkan 7,5 ton sampah ke Korea Selatan pada dini hari tanggal 8 hingga 9 Juni. Sebagai tanggapan, Korea Selatan segera mengumumkan pada 9 Juni bahwa mulai sore hari itu, mereka akan memulai kembali siaran pengeras suara “Echo of Freedom” ke wilayah Korea Utara yang paling dekat dengan Korea Utara.

Menurut informasi masyarakat, siaran Korea Selatan ke Korea Utara menggunakan speaker berkekuatan tinggi yang mampu terdengar sampai jarak 10 hingga 30 kilometer. (sin)