Kapal Angkatan Laut Rusia Melakukan Latihan Serangan di Samudra Atlantik Sebelum Tiba di Kuba

Jack Phillips

Para pejabat militer Rusia mengatakan sekelompok kapal perang yang menuju Karibia melakukan latihan serangan jarak jauh di Samudra Atlantik seperti yang telah dipastikan bahwa kapal-kapal tersebut berlabuh di sebuah pelabuhan di Kuba.

Di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dengan Kremlin, pemerintah Rusia menyebut misi Armada Utara termasuk latihan rudal di Samudra Atlantik, kata Kementerian Pertahanan di media sosial dan dalam pernyataan outlet media yang dikelola negara, termasuk TASS dan RT. Kapal Rusia meluncurkan serangan yang disimulasi terhadap berbagai sasaran yang terletak sekitar 400 mil jauhnya, kata Kementerian Pertahanan.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia pada 12 Juni memposting rekaman kapal penjelajah kapal selam Kazan dan kapal perang Laksamana Gorshkov miliknya di pelabuhan Havana.

Foto-foto yang diambil oleh outlet media juga menunjukkan kapal Angkatan Laut Rusia memasuki pelabuhan Havana.

Menanggapi latihan Angkatan Laut Rusia, juru bicara Pentagon Sabrina Singh mengatakan pada 12 Juni pada konferensi pers bahwa Departemen Pertahanan tidak menganggap kapal-kapal itu sebagai ancaman. Komando Utara Amerika Serikat juga meremehkan kemunculan kapal Rusia di Karibia, dengan mengatakan pihaknya percaya hal itu adalah aktivitas rutin.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Kuba sempat menyebutkan empat kapal perang Rusia akan datang ke negara komunis itu.

Rusia adalah sekutu lama Venezuela dan Kuba, serta kapal-kapal perang dan pesawat Rusia secara berkala melakukan serangan-serangan ke Karibia. Namun misi ini kurang dari dua minggu setelah Presiden Joe Biden memberi wewenang kepada Ukraina untuk menggunakan senjata disediakan Amerika Serikat untuk menyerang di dalam wilayah Rusia untuk melindungi Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, mendorong Presiden Vladimir Putin untuk menyarankan militernya dapat merespons dengan tindakan serupa di tempat lain di dunia.

Sejak tahun 2008, kapal-kapal Rusia kadang berlabuh di Havana, di mana sekelompok kapal Rusia memasuki perairan Kuba yang digambarkan oleh media pemerintah sebagai kunjungan pertama dalam hampir dua dekade. Pada tahun 2015, sebuah kapal pengintai dan komunikasi tiba tanpa pemberitahuan di Havana sehari sebelum dimulainya diskusi antara para pejabat Amerika Serikat dengan Kuba mengenai pembukaan kembali hubungan diplomatik.

Juga pada 12 Juni, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menjamu Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodriguez di Moskow. Berbicara kepada para wartawan setelah pertemuan tersebut, Sergey Lavrov berterima kasih kepada pemerintah Kuba atas sikap pemerintah Kuba terhadap Ukraina.

“Dari awal Havana memberikan penilaian terhadap apa yang terjadi menguraikan alasan yang memang benar dan sejati atas apa yang sedang terjadi [di Ukraina], dan apa yang telah dipersiapkan oleh Barat selama bertahun-tahun,” kata Sergey Lavrov kepada wartawan-wartawan di Moskow.

Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby minggu lalu mengatakan kepada CBS News bahwa pengerahan Rusia ke Karibia kemungkinan besar tidak akan menimbulkan sebuah ancaman terhadap Amerika Serikat atau kepentingan Amerika Serikat di kawasan tersebut.

“Jelas, ini adalah sinyal ketidaksenangan mereka terhadap apa yang kami lakukan untuk Ukraina,” kata John Kirby.

Dalam pernyataan awal Juni, Kementerian Luar Negeri Kuba berupaya meremehkan kunjungan Angkatan Laut Rusia, dengan mengatakan kedatangan kapal tersebut “sangat mematuhi peraturan-peraturan internasional,” menurut terjemahan bahasa Spanyol ke bahasa Inggris.

“Tidak ada satu pun kapal membawa senjata nuklir, jadi persinggahan kapal-kapal itu di negara kita tidak mewakili ancaman terhadap wilayah tersebut.”

Sementara itu, pernyataan Kementerian Kuba menyebutkan bahwa selama berada di Kuba, pelaut-pelaut Rusia akan mengunjungi pejabat-pejabat pemerintah Kuba dan tempat-tempat “kepentingan sejarah dan kebudayaan,” serta melakukan “kegiatan-kegiatan” lain.

Kapal-kapal Rusia diperkirakan akan tetap berada di pelabuhan Havana hingga 17 Juni, menurut pernyataan Kuba.

Kedatangan ini juga terjadi ketika Vladimir Putin menyampaikan pada konferensi tingkat tinggi internasional editor-editor berita pada bulan Juni bahwa Moskow mungkin memasok senjata-senjatanya ke negara-negara lain yang tampaknya merupakan peringatan bagi Amerika Serikat dan NATO. Ia juga membuat usulan mengenai  tanggapan “simetris” terhadap tindakan Amerika Serikat yang memberikan senjata kepada Ukraina dalam konflik Ukraina dengan Rusia.

“Kita berpikir jika ada yang berpikir mungkin untuk memasok senjata semacam itu ke zona perang untuk menyerang wilayah kita dan menciptakan masalah bagi kami, lalu mengapa kita tidak mempunyai hak untuk memasok senjata kita dari kelas yang sama ke wilayah-wilayah lain di dunia di mana akan terjadi serangan terhadap fasilitas sensitif dari negara-negara itu yang melakukan hal ini terhadap Rusia?” Vladimir Putin bertanya.

“Jadi responnya bisa simetris. Kita akan memikirkan hal ini.”

Minggu ini, Kremlin mengumumkan putaran kedua latihan-latihan nuklir taktis dengan sekutunya Belarus, sebuah negara yang berbatasan dengan Rusia maupun Ukraina.

“Ada situasi yang cukup tegang di benua Eropa, yaitu setiap hari diprovokasi oleh keputusan dan tindakan baru yang bermusuhan dari ibukota negara Eropa dan Washington terhadap Rusia,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, menurut media yang dikendalikan negara. ”Provokasi terjadi setiap hari.

Oleh karena itu, tentu saja, latihan-latihan dan menjaga kesiapan tempur seperti itu adalah sangat penting bagi kami.” (Vv)