Pintu Palka Terbuka, Bencana Desain Tank Rusia

Military Focus

Dalam kurun lebih dari dua tahun invasi Rusia ke Ukraina, tank tempur utama senantiasa memainkan peran yang penting. Sejak awal, Rusia dengan berani mendorong tank tempur utama dan kendaraan tempur infanteri yang dilengkapi senjata berat ke garis depan. Namun karena kesalahan taktis yang gamblang, pasukan lapis baja Rusia dalam kenyataannya harus berjuang keras tanpa perlindungan yang efektif.

Hal ini mengakibatkan kerugian yang cepat dan dahsyat pada pasukan lapis baja Rusia. Laporan pertempuran dari Kementerian Pertahanan Ukraina pada 17 Mei lalu menunjukkan bahwa sejauh ini, lebih dari 7.500 tank dan lebih dari 14.500 kendaraan lapis baja telah dihancurkan, direbut, atau ditinggalkan oleh tentara Rusia. 

Meskipun pasukan tank Rusia menggunakan infanteri pendukung taktis dan sarana pertahanan dengan lebih hati-hati dalam upaya memperbaiki beberapa kesalahan taktis, namun kerugian pasukan lapis baja tidak lantas menjadi berkurang.

Pada 14 Mei, sebuah video dramatis yang dirilis oleh Brigade Serangan Udara Independen ke-79 Ukraina di media sosial menunjukkan bahwa beberapa “tank penyu” Rusia dihancurkan oleh tembakan artileri di ladang dekat Novovikhalivka. 

Ukraina menggunakan istilah “tank penyu” untuk menggambarkan tank Rusia yang dilengkapi cangkang pelindung logam dalam gelombang serangan terbaru. Namun, “tank penyu” ini tidak mampu bertahan jika menghadapi serangan yang tepat dari pasukan Ukraina, dan tampaknya tidak banyak membantu dalam meningkatkan kemampuan bertahan hidup.

Brigade ke-79 Ukraina menulis di X bahwa cangkang logam pelindung pada tank juga tidak membantu dalam menahan kekuatan daya serang mereka. “Berkat keterampilan dan koordinasi yang baik dari prajurit kami, empat tank, enam kendaraan tempur infanteri, dan kendaraan pemulihan lapis baja kami masih tetap berada di medan perang.”

Pasukan Ukraina terus menggunakan drone kamikaze first-person view (FPV) yang murah untuk menyerang unit lapis baja Rusia di garis depan. Pihak Kementerian Pertahanan Ukraina menyatakan bahwa tank Rusia adalah mangsa favorit drone Ukraina. Militer Ukraina mengatakan, pihaknya menggunakan drone serang, artileri, dan rudal anti-tank dalam serangan terhadap unit lapis baja Rusia di dekat Novovikhalivka. Novovykhalivka terletak di barat daya Kota Donetsk yang dikuasai Rusia. 

Tentara Rusia melancarkan serangan besar-besaran di wilayah tersebut, serta mencoba menerobos pertahanan pasukan Ukraina yang belum sepenuhnya pulih dari kekurangan amunisi dan personel. Saat ini, “tank penyu” Rusia melancarkan serangan terhadap posisi garis depan Ukraina di Donetsk, mencoba untuk terus merebut lebih banyak wilayah di area tersebut. Namun, tank-tank yang bersembunyi di bawah “cangkang penyu”-nya itu tampaknya tidak membawa banyak harapan bagi tentara Rusia.

Realitanya, pihak militer dan komandan unit garis depan Ukraina telah berbicara beberapa kali di kesempatan berbeda tentang temuan mereka tentang pasukan lapis baja Rusia. Penemuan ini telah mengungkap kelemahan pasukan lapis baja Rusia dan dieksploitasi sepenuhnya oleh pasukan Ukraina untuk menimbulkan kerusakan parah pada tentara Rusia. Di antaranya, militer Ukraina paling menyukai pengalaman mereka dengan menggunakan drone kecil yang murah untuk menghancurkan tank.

Biasanya drone berukuran kecil hanya dapat membawa hulu ledak kecil, jadi jika drone tersebut tidak mampu mengenai tank di tempat yang tepat, maka hampir mustahil untuk menyebabkan kerusakan pada tank selain menimbulkan goresan yang tidak berarti di bagian luarnya. Namun pasukan Ukraina masih memiliki cara untuk mencapai tujuan mereka.

Sebuah video yang dirilis oleh Shadow Force Ukraina pada 8 Mei lalu menunjukkan sebuah drone melayang di atas tank T-90M Rusia dan menjatuhkan granat M67 ke lubang palka tank yang terbuka. Ketika asap tipis berubah menjadi asap tebal, api mulai menyebar dan amunisi yang disimpan di menara tank (turret) meledak dengan keras karena panas. 

Tank T-90 tercanggih Rusia, yang bernilai lebih dari $4 juta (64 miliar rupiah), hancur menjadi tumpukan besi tua oleh granat seharga $50 (800 ribu rupiah) yang dijatuhkan oleh drone yang hanya berharga $2.000 (32 juta rupiah). M67 adalah granat fragmentasi Amerika yang tidak sampai berpengaruh pada bagian luar tank, tetapi di dalam tank, bahan peledak 6 onsnya cukup untuk meledakkan amunisi di menara dan menghancurkan tank sepenuhnya.

Sehari kemudian, pada 9 Mei, Shadow Force merilis video tank T-90M lainnya yang dihancurkan. Pasukan bayangan Ukraina mengacu pada jaringan agen dan informan yang beroperasi di belakang garis militer Rusia.

Banyak video serupa menunjukkan tank-tank Rusia dihancurkan melalui lubang terbuka oleh granat yang dijatuhkan oleh drone. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan, mengapa awak tank Rusia tidak menutup palka tank?

Jawabannya tidaklah rumit. Menjaga palka tetap terbuka mungkin merupakan praktik umum pasukan lapis baja Rusia, meskipun praktik ini mungkin melanggar peraturan terkait tentara Rusia.

Lubang palka dirancang sedemikian rupa sehingga sama protektifnya dengan bagian atas tank lainnya, yang berarti palka harus terbuat dari pelat baja minimal dua inci dan beratnya bisa lebih dari 45 kg. Beberapa jenis tank lain memiliki palka yang dilengkapi mekanisme pegas agar lebih mudah dibuka, dan tank Merkava Israel bahkan memiliki palka dengan bantuan tenaga mesin. Namun, desain palka dari tank Rusia ini relatif sederhana, dan jelas bahwa teknologi canggih semacam itu tidak digunakan. Oleh karena itu, dalam menutup dan membuka penutup palka tank Rusia membutuhkan waktu dan tenaga fisik. Selain itu, siapa pun yang melompat dari tank Rusia di medan perang kemungkinan besar berada dalam kondisi panik.

Salah satu kegagalan desain tank Rusia yang paling utama adalah kesalahan pilihan dalam proses penimbangan jumlah awak dan pemuatan amunisi otomatis. Untuk menghilangkan pemuat, awak dikurangi dari 4 menjadi 3, dan perangkat pengiriman amunisi pemuat otomatis ditempatkan di dalam menara untuk berbagi ruang yang sama dengan kru. Masalah yang disebabkan oleh hal ini adalah setiap serangan tembus kemungkinan besar akan meledakkan amunisi yang disimpan di kabin, menyebabkan ledakan dahsyat, yang juga dikenal sebagai “ledakan kemartiran”. Ledakan tersebut dapat melemparkan menara (turret) ke udara, sehingga memberikan sedikit peluang bagi orang-orang yang berada di dalam tank untuk bertahan hidup.

Hal ini membuat komandan tempur menjadi sangat gugup ketika sebuah tank menghadapi situasi darurat. Jika tank menabrak ranjau, atau terkena rudal maupun drone first-person view dan kehilangan daya, komandan akan memerintahkan kru untuk segera meninggalkan kendaraan. Karena mereka mungkin hanya punya waktu beberapa detik untuk melarikan diri, dan detik-detik ini akan menentukan apakah mereka berhasil keluar dengan selamat sebelum tank meledak, atau berada di pusat ledakan. Dalam hal ini, para kru tentu paham bahwa hal paling bijak yang harus dilakukan adalah meninggalkan tank secepat mungkin, apakah palka ditutup atau tidak sudah tidak penting lagi.

Masalah lainnya adalah hadirnya drone first-person view, drone penyerang yang memburu anggota kru yang melarikan diri dari tank. Seperti yang dikatakan oleh sebuah lelucon, Ketika seekor beruang sedang mengejar sekelompok orang, Anda tidak perlu berlari lebih cepat dari si beruang, cukup mendahului rekan satu kelompok yang paling lambat sudah aman. Siapa yang mau repot-repot menutup palka dalam kondisi demikian.

Membiarkan palka terbuka akan menjadi kerugian besar bagi Rusia. Lalu, apa konsekuensinya jika kru terpaksa menutup palka tank untuk menghindari hukuman berat? Ini masih merupakan jawaban yang sederhana dan akan kehilangan waktu pelarian yang berharga, dengan konsekuensi kematian yang jelas.

Dalam kebanyakan situasi adalah, beberapa awak tank akan mempertaruhkan nyawa mereka untuk melaksanakan perintah. Setiap tank memiliki awak 3 orang, masing-masing memiliki pintu keluar sendiri. Jika setiap orang memiliki peluang 50% untuk mematuhi perintah tersebut, maka peluang penutupan ketiga palka adalah sekitar 12,5%, yang jelas bukan peluang yang besar. Bahkan dengan tingkat kepatuhan 80% per anggota awak, sebagian besar tank yang ditinggalkan akan memiliki setidaknya satu palka yang terbuka. Misalnya, dua dari tiga palka T-90M ditutup. Tapi membuka satu palka saja sudah cukup untuk memberikan kesempatan bagi drone untuk menjatuhkan granat ke dalam tank.

Solusi sederhana yang diadopsi oleh Rusia adalah memasang jaring logam ringan seperti kasa di atas palka yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah, yang bahkan memungkinkan udara segar masuk sekaligus memblokir bom kecil. Namun, cara ini jelas terpisah dari situasi sebenarnya di medan perang. 

Selama palka lapis baja terbuka, granat M67 akan dengan mudah merobek “jendela kasa” itu. Dalam serangan selanjutnya, mereka masih bisa mengubah tank Rusia senilai 4 juta dolar AS itu menjadi besi tua. Hal ini dikonfirmasi dalam video yang dirilis oleh pasukan bayangan Ukraina pada 6 dan 9 Mei. Jaring logam hanya dapat memberikan kenyamanan psikologis sementara dan tidak dapat memberikan perlindungan keselamatan. Mereka mungkin tahan terhadap satu atau dua serangan granat yang dilemparkan dari atas. Namun, bila tidak ada gangguan atau tembakan defensif, selama palka lapis baja tank tidak ditutup, operator drone dapat menyerang berulang kali dan akhirnya mencapai tujuannya.

Baru-baru ini, “tank penyu” yang muncul di medan perang tampaknya merupakan versi upgrade yang sudah dilengkapi dengan “pintu kasa” pada palka. Selama proses produksi tank baru, para insinyur Rusia memasang atap yang terbuat dari bahan peledak reaktif armor (ERA) di atas tank untuk membentuk penghalang pelindung. Tapi apakah mereka bisa menahan serangan drone tergantung pada mood dari operator Ukraina. Jika Anda bertemu dengan operator yang gigih, ia akan terus kembali menyerang “tank penyu” yang sama, dan menjatuhkan berbagai jenis amunisi. Setelah sepuluh atau delapan kali percobaan, jalur bom menuju palka akan terbuka, dan di saat itu, satu atau dua granat termobarik mungkin bisa menyelesaikan masalah.

Mungkin ada alasan lain bagi awak tank Rusia untuk memaafkan kegagalan mereka menutup palka sesuai kebutuhan, yaitu menutup palka tidak membantu mereka meningkatkan kemampuan bertahan tank. 

Pada malam hari, saat itulah drone pengebom berat Ukraina, “Baba Yaga” muncul. Drone ini jauh lebih besar daripada drone quadcopter yang terbang di siang hari dan dapat mengirimkan bom yang lebih besar, termasuk bom mortir, roket, dan bahkan ranjau anti-tank, serta mampu menghancurkan tank terlepas dari apakah pintu palkanya ditutup atau tidak.

Yang lebih mengkhawatirkan tentara Rusia adalah pasukan bayangan Ukraina dan kekuatan serupa lainnya terus menghancurkan kendaraan lapis baja kelas atas milik tentara Rusia setiap hari, dan skala serta frekuensinya juga terus meningkat. (osc/whs)