Mantan Direktur CDC Memperkirakan Virus Flu Burung Akan Menyebabkan Pandemi Berikutnya

Tom Ozimek

Dr. Robert Redfield, mantan Direktur the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, mengeluarkan perkiraan yang suram bahwa pandemi besar berikutnya akan terjadi, yang mana akan disebabkan oleh flu burung.

“Saya benar-benar berpikir kemungkinan besar kita akan mengalaminya, suatu saat nanti—–pertanyaannya bukanlah apakah akan terjadi, tetapi kapankah kita akan mengalami pandemi flu burung,” kata Dr. Robert Redfield kepada NewsNation dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada  Jumat.

Para pejabat Amerika Serikat baru-baru ini memastikan bahwa virus flu burung yang sangat patogen telah terdeteksi pada sekelompok kawanan sapi di Wyoming, negara bagian ke-12 yang melaporkan adanya sebuah infeksi.

Mantan Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ini mengatakan jika flu burung menular ke manusia maka berdampak kematian yang “signifikan.”

“Mungkin angka kematian antara 25 persen hingga 50 persen, jadi memang begitu rumit,” kata Dr. Robert Redfield.

Sejak sekitar 2019, terjadi peningkatan progresif dalam jumlah spesies mamalia yang menjadi sumber penyebaran virus flu burung, di mana alpaka menjadi spesies terbaru yang jatuh sakit setelah melakukan kontak dengan patogen tersebut, menurut Layanan Inspeksi Kesehatan Hewan dan Tumbuhan Departemen Pertanian Amerika Serikat.

Dr. Robert Redfield mengatakan karena flu burung telah menyebar ke lebih dari puluhan mamalia di Amerika Serikat, virus ini telah beradaptasi dan mempelajari cara untuk mengubah penggunaan reseptor-reseptornya, dengan risiko menular ke manusia berkembang dari hari ke hari.

“Jadi virus ini sedang mengalami banyak perubahan. Dan karena virus ini mengambil beberapa reseptor-reseptornya yang baru, maka virus ini dapat semakin dekat dengan manusia,” ujarnya.

“Setelah virus ini memperoleh kemampuan untuk menempel pada reseptor manusia, dan kemudian menular dari manusia ke manusia lain, saat itulah anda mengalami pandemi. Menurut saya ini hanyalah masalah waktu saja,” katanya. 

Sementara Dr. Robert Redfield mengatakan tidak mungkin memperkirakan secara akurat kapan flu burung itu mungkin mulai menular dari manusia ke manusia lain, Dr. Robert Redfield mengatakan perkembangan terkini dari sapi perah yang tertular virus ini mengkhawatirkan karena sapi sering berada di dekat babi, dan babi cenderung menjadi batu loncatan terakhir untuk virus ini sebelum berpindah ke manusia.

Dr. Robert Redfield menambahkan bahwa evolusi alami dari virus ini menjadi virus yang sangat menular pada manusia tidak terlalu menjadi perhatian Dr. Robert Redfield dibandingkan kemungkinan virus ini akan meningkatkan virulensinya dalam kondisi-kondisi laboratorium–—melalui penelitian gain-of-function.

“Resep” untuk membuat flu burung sangat menular ke manusia sudah ditetapkan, kata Dr. Robert Redfield, mengingat penelitian gain-of-function terhadap virus flu burung dilakukan pada tahun 2012, bertentangan dengan anjurannya.

Sejak akhir  Maret, virus flu burung yang sangat patogen dilaporkan telah menyebar di lebih dari 80 peternakan sapi perah di Amerika Serikat. Sejauh ini, tiga manusia yang telah terinfeksi dilaporkan di Amerika Serikat–—dua orang di Michigan dan satu orang di Texas, mereka semua adalah pekerja peternakan sapi perah.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengatakan dalam laporan terkini mengenai flu burung pada  12 Juni bahwa pihaknya sedang memantau situasi secara ketat dan risiko terhadap kesehatan masyarakat saat ini adalah masih rendah.

“Flu burung H5N1 tersebar luas pada burung liar di seluruh dunia dan menyebabkan penyakit wabah pada unggas dan sapi perah di Amerika Serikat, di mana satu kasus pada manusia baru-baru ini dialami seorang pekerja peternakan sapi perah di Amerika Serikat,” kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

“Meskipun risiko kesehatan masyarakat saat ini adalah rendah, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit memperhatikan situasi tersebut dengan hati-hati dan bekerja sama dengan negara-negara bagian untuk memantau orang-orang yang terpapar binatang.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menggunakan sistem-sistem pengawasan flu miliknya untuk memantau aktivitas H5N1 pada orang-orang tersebut,” tambah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Penelitian Gain-of-Function untuk Flu Burung?

Dr. Robert Redfield di masa lalu telah memperingatkan akan bahaya penelitian gain-of-function, yang melibatkan perubahan sifat-sifat suatu patogen, misalnya virulensi patogen tersebut, untuk mempelajari potensi dampaknya terhadap kesehatan manusia.

Para pendukung penelitian semacam itu berpendapat bahwa penelitian semacam itu dapat membantu para ilmuwan mempelajari lebih baik bagaimana virus ini berperilaku dan menyebar, sehingga perlu melakukan tindakan pencegahan lebih lanjut secara efektif. Para penentang penelitian semacam itu mengatakan potensi risiko lebih besar daripada manfaatnya di mana penelitian semacam itu dapat membuat virus-virus menjadi lebih mematikan bagi manusia.

Dalam sidang Subkomite Pemilihan DPR mengenai Pandemi Virus Corona pada tanggal 8 Maret 2023, Dr. Robert Redfield menyerukan moratorium jenis penelitian ini, sambil mengutarakan pandangan bahwa pandemi COVID-19 disebabkan oleh suatu kebocoran yang tidak disengaja dari sebuah laboratorium yang berbasis di Tiongkok tempat virus itu menjadi sasaran eksperimen-eksperimen.

“Meskipun banyak yang percaya bahwa penelitian gain-of function sangat penting untuk memajukan virus-virus dengan mengembangkan vaksin-vaksin, dalam hal ini, saya yakin yang terjadi justru sebaliknya, akibatnya, menyebarkan sebuah virus baru ke dunia tanpa ada cara untuk menghentikannya dan mengakibatkan kematian jutaan orang,” kata Dr. Robert Redfield saat itu, mengacu pada COVID-19. 

“Karena itu, menurut saya, kita harus menyerukan moratorium terhadap semua penelitian gain-of function sampai kita dapat mencapai perdebatan yang lebih luas dan mencapai konsensus sebagai komunitas mengenai nilai penelitian gain-of-function.”

Dr. Robert Redfield juga mengatakan bahwa pembayar-pembayar pajak akhirnya secara tidak sadar mendanai penelitian gain-of-function yang berisiko di Institut Virologi Wuhan, laboratorium yang berbasis di Tiongkok di pusat teori asal usul kebocoran laboratorium dari virus yang menyebabkan COVID-19.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat sedang mempersiapkan sebuah skenario di mana flu burung mulai menyebar ke manusia.   (Vv)