Rumah Sakit Tiongkok Banjir Pasien, Namun Tidak Mampu Membayar Penuh Gaji Ahli dan Staf Medis

oleh Xiong Bin dan Zhou Tian

Sampai saat ini pasien penderita virus komunis Tiongkok (COVID-19) masih membanjiri rumah-rumah sakit di Tiongkok, namun demikian, rumah sakit masih tidak mampu membayar penuh gaji para ahli dan staf medisnya meski penghasilan rumah sakit melonjak. Hal ini disebabkan karena alasan seperti tunggakan penggantian biaya dari asuransi kesehatan kepada pihak rumah sakit, dan adanya pungutan keuntungan rumah sakit oleh pemerintah, sehingga gaji para dokter dan staf medis menjadi korban.

Dilaporkan NTDTV.com, Selasa (18/6/2024), seorang dokter menyampaikan keluhannya lewat media “Toutiao” : “Karena dana asuransi kesehatan belum dibayarkan kepada rumah sakit, sehingga beberapa rumah sakit akar rumput mulai gagal membayar gaji. Akibat meningkatnya biaya asuransi kesehatan jadi banyak warga sipil tidak mampu lagi membelinya dan memilih tidak meneruskan asuransi. Ditambah lagi dengan melesunya pasar perumahan, pemerintah daerah tidak mempunyai dana untuk melunasi tagihan asuransi kesehatan”. Ada perawat yang menuliskan komentarnya : “Jumlah penggantian dari perusahaan asuransi kesehatan menurun, jadi pihak rumah sakit terpaksa harus menambal kekurangan itu”.

Dokter internis di Provinsi Hunan bernama (samaran) Zhao Xin mengatakan bahwa, meskipun rumah sakit dibanjiri pasien tahun ini, namun dana penggantian dari perusahaan asuransi kesehatan belum juga dilunasi, sehingga gaji mereka semua dipotong.

Zhao Xin mengeluh : “Rumah sakit kita ini kecil, tetapi kasus infark miokard dan infark serebral cukup banyak, umumnya meninggal karena kanker di usia paruh baya, lanjut dan juga yang masih muda. Semuanya menunggak, jumlah bonus jadi mengecil, juga lebih sedikit orang yang dipromosikan”.

Dokter spesial anak di Mongolia Dalam bernama (samaran) Li Mei mengatakan kepada reporter “NTDTV” bahwa epidemi masih belum mereda, dan pasien anak-anak yang menderita demam dan pilek semakin membludak, namun rumah sakit bahkan tidak mampu membayar gaji, apalagi bonus.

Li Mei mengatakan : “Saya seorang dokter anak. Pasien saya selalu banyak, dan banyak anak perlu dirawat di rumah sakit. Tempat tidur di bangsal umum sudah sangat terbatas. Yang paling parah adalah tempat di bangsal ICU yang sudah tidak lagi menampung. Saya sudah 3 bulan tidak menerima gaji, tetapi belum ada kabar beritanya. Jika hal ini terus berkembang akan sulit juga buat saya untuk tetap bertahan. Rekan saya banyak juga yang sudah mengundurkan diri. Saya adalah dokter di rumah sakit bersalin swasta, merasakan penurunan penghasilan karena pasien bersalin semakin berkurang”.

Mr. Jiang, warga Anhui mengatakan bahwa putranya adalah seorang pegawai rumah sakit tersier, dengan gaji pokok RMB. 5.000,- lebih, di masa lalu plus bonus bisa membawa pulang RMB.10.000,- lebih setiap bulannya.

Mr. Jiang mengatakan : “Gaji pokok tidak berubah, namun bonus kinerja bisa dikurangi sampai 30% atau 70%, tidak pasti. Padahal banyak sekali pasien yang berobat ke rumah sakit tersier. Ada juga anak-anak yang sakitnya parah, dan mengantri untuk berobat dari pukul 6 pagi, tetapi baru mendapat giliran di sore harinya, sampai anaknya ambruk sebelum menemui dokter, tetapi ruang ICU penuh, bagaimana ? Tidak diragukan lagi penghasilan rumah sakit diambil oleh pemerintah”.

Baru-baru ini, banyak staf medis yang memposting informasi yang mereka peroleh antara lain : Beberapa rumah sakit telah memotong gaji staf medis sebesar 30%, dan ada pula yang memotong sampai 50%.

Mrs. Wang, seorang warga Provinsi Anhui mengatakan bahwa rumah sakit tersier terbesar di tempatnya sudah mulai memotong gaji ahli dan staf medisnya sejak paruh kedua tahun lalu. Dokter bedah yang berpenghasilan tinggi mengalami pemotongan gaji sebesar 30%, sehingga banyak dokter mengundurkan diri.

Mrs. Wang mengatakan : “Rumah sakit penuh sesak. Dokter dari rumah sakit tersier terkemuka di wilayah kami tinggal mengungkapkan, bahwa pemerintah mengambil semua keuntungan bulanan dan hanya mengembalikan 15% kepada rumah sakit. Karena itu rumah sakit tidak mampu membayar gaji atau bonus para ahli dan staf medisnya, dan menyebabkan tidak sedit perawat yang mngundurkan diri. Selain itu juga menetapkan bahwa dokter tidak boleh membuka resep obat-obatan yang tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan, tidak boleh memberikan obat mahal, yang melebihi 2,- atau 3,- yuan. Katanya ini berlaku secara nasional. Bukankah ini berarti dana asuransi kesehatan buat masyarakat Tiongkok sudah habis terpakai ?” (sin)