Korea Utara dan Rusia Menandatangani “Perjanjian Pertahanan Bersama”, Meningkatkan Kekhawatiran Internasional

oleh Zhao Fenghua dan Rong Yu

Ketika perang Rusia – Ukraina masih berlangsung, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Korea Utara dan menandatangani “perjanjian pertahanan bersama” pada Rabu (19 Juni). Hal ini menjadi perhatian dunia internasional.

Pihak berwenang Ukraina mengatakan, serangan pesawat tak berawak Rusia pada hari Rabu telah merusak infrastruktur energi yang berada di Ukraina tengah dan melukai 2 orang di wilayah Lviv barat.

Sehari sebelumnya, kebakaran terjadi di terminal minyak di Rusia selatan setelah mendapat serangan dari drone militer Ukraina.

Ketika perang antara Rusia dan Ukraina masih berlanjut, Presiden Rusia Vladimir Putin berangkat menuju Korea Utara pada hari Selasa.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan bahwa kedua negara menandatangani perjanjian kemitraan strategis yang komprehensif, termasuk kedua belah pihak sepakat akan saling membantu jika salah satu pihak mendapat serangan.

Park Jin-kyeong, warga negara Korea Selatan mengatakan bahwa dirinya khawatir dengan perjanjian pertahanan bersama antara Korea Utara dan Rusia tersebut.

“Saya khawatir dengan pecahnya perang karena Putin dan Korea Utara memiliki hubungan yang sangat dekat. Belakangan ini Korea Utara sering mengirimkan balon sampah dan tentara Korea Utara untuk melintasi perbatasan”, kata Park Jin-kyeong.

Sehari sebelum pertemuan antara pemimpin Korea Utara dengan Rusia, para pemimpin NATO dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri AS menyebutkan, bahwa Rusia dapat memberikan dukungan untuk program rudal dan nuklir kepada Korea Utara.

Sekretaris Jenderal NATO Stoltenberg mengatakan : “Ini juga menunjukkan bahwa keamanan kita tidak bersifat regional, melainkan global”.

Stoltenberg mengatakan, KTT NATO di Washington pada bulan Juli nanti akan membahas masalah peningkatan kemitraan dengan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan dan Jepang.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken secara khusus menyebutkan bahwa PKT sedang mentransfusi darah kepada Rusia untuk perang agresinya.

“Kami sangat prihatin terhadap Tiongkok, bukan karena Tiongkok menyediakan senjata, namun karena Tiongkok menyediakan apa yang dibutuhkan Rusia untuk mempertahankan basis industri pertahanannya untuk mengoperasikan dan memproduksi lebih banyak tank, lebih banyak amunisi, dan lebih banyak rudal untuk perang di Ukraina,” kata Blinken. (sin)