Jumlah Populasi di 20 Provinsi Tiongkok Anjlok, Angka Kelahiran Turun Selama 7 Tahun Berturut-Turut 

oleh Wang Yanqiao

Populasi Tiongkok terus mengalami pertumbuhan negatif. Data terbaru dari otoritas Tiongkok menunjukkan bahwa 20 dari 31 provinsi dan daerah otonom telah terjadi penurunan populasi sebanyak lebih dari 3,7 juta jiwa, dan jumlah kelahiran juga menurun selama 7 tahun berturut-turut.

Saat ini, 31 provinsi di Tiongkok telah merilis data kependudukan 2023. Di antara 31 provinsi tersebut ada 20 provinsi menunjukkan pertumbuhan negatif dengan total penurunan sebanyak 3,705.100 juta jiwa. Diantaranya, populasi penduduk di “Empat Provinsi yang diawali dengan Shan dan He” (Shandong, Shanxi, Hebei, dan Henan) menurun sebesar 1,391.800 juta jiwa, melampaui 602.500 orang di tiga provinsi timur laut.

Karena kebiasaan Partai Komunis Tiongkok (PKT) memalsukan data, situasi sebenarnya bisa jadi lebih parah.

“Sebenarnya penurunan pertumbuhan penduduk tidak pernah berhenti sejak tahun 2019 mewabahnya virus komunis Tiongkok (COVID-19). Sejak dibebaskannya lockdown ketat hingga saat ini, epidemi belum juga mereda, bahkan jumlah kematiannya pun masih terus terjadi. Hanya saja otoritas PKT menggunakan pendekatan koersif dan tidak mengizinkan dokter melakukan tes asam nukleat, juga tidak mengizinkan dokter menuliskan penyebab kematian sebagai kematian akibat infeksi virus corona baru untuk mengklaim kesuksesan pemerintahan Xi Jinping dalam membasmi wabah. Itu sebabnya saat ini tidak ada cara untuk membuat data yang akurat,” ujar komentator politik Tang Jingyuan.

Dari sisi data jumlah kelahiran, 29 dari 31 provinsi di Tiongkok telah merilis data jumlah kelahiran 2023. Jadi menurut data tersebut, jumlah kelahiran pada tahun 2023 adalah 9,02 juta, turun dari 9,56 juta pada 2022, menandai penurunan yang sudah berlanjut selama 7 tahun berturut-turut.

Pada 2015, Partai Komunis Tiongkok mengumumkan kebijakan “dua anak”, namun jumlah kelahiran tetap tidak terangkat. Pada 2021, kebijakan “tiga anak” telah diberlakukan untuk menggenjot angka kelahiran.

Analisis menunjukkan bahwa penurunan jumlah kelahiran secara langsung telah mencerminkan sebuah realita bahwa kelangsungan hidup masyarakat Tiongkok semakin sulit dan kejam. 

“Faktanya, perekonomian Tiongkok mengalami penurunan yang sangat drastis bahkan seperti terjun bebas setelah 3 tahun epidemi. Pemuda sulit mendapatkan lapangan kerja. Selain itu, otoritas komunis Tiongkok memiliki banyak masalah di berbagai bidang. ekonomi dan politik, termasuk penindasan terhadap hak asasi manusia, penindasan terhadap kebebasan berpendapat, dll., hal mana telah menyebabkan kerusakan lingkungan hidup yang cepat di daratan Tiongkok. Banyak warga muda Tiongkok memilih ‘Tang ping’. Kemudian sebagai akibat dari ‘Tang ping’ banyak orang tidak mau berkeluarga, tidak mau memiliki anak, yang secara langsung menyebabkan penurunan tajam dalam populasi kelahiran,” kata Tang Jingyuan. (sin)

FOKUS DUNIA

NEWS