oleh Li Xin
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa sistem kerja hybrid lebih bermanfaat daripada bekerja penuh waktu di kantor, karena model kerja ini dapat membuat suasana hati karyawan lebih senang sehingga lebih kecil kemungkinan untuk mengundurkan diri, selain itu juga tidak berdampak terhadap produktivitas karyawan bersangkutan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nick Bloom, seorang profesor ekonomi di Universitas Stanford, bersama rekan-rekannya yang dipublikasikan minggu lalu di jurnal ilmiah Inggris “Nature”, menunjukkan bahwa kesimpulan di atas itu mereka peoleh melalui survei terhadap 1.612 orang karyawan situs web agen perjalanan global “Trip.com” yang berbasis di Kota Shanghai.
Ada pun latar belakang dilakukan survei ini adalah, setelah sebagian besar perusahaan AS menutup kantor fisik mereka karena pandemi COVID-19 empat tahun silam, di mana bekerja dari jarak jauh telah menjadi hal yang biasa bagi jutaan pekerja kantoran. Namun pengusaha mulai meminta karyawannya kembali bekerja di kantor fisik karena mereka khawatir dengan melakukan kerjaan dari jarak jauh atau sistem hybrid dapat menurunkan produktivitas.
Namun hasil survei menunjukkan bahwa model kerja hybrid di “Trip.com” telah meningkatkan kepuasan kerja dan mengurangi tingkat pengunduran diri karyawan sebesar 33%.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat turnover karyawan, terutama pada karyawan non-manajerial, karyawati, dan karyawan atau karyawati yang biasanya menghabiskan banyak waktu dalam perjalanan pergi dan pulang kantor ternyata menurun secara drastis.
Responden survei ini adalah karyawan di bagian penjualan tiket maskapai penerbangan dan bagian TI “Trip.com”, yang masing-masing bekerja di bidang teknik, pemasaran, dan keuangan.
Survei tersebut berlangsung antara 2021 dan 2022, dan studi tersebut menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tinjauan kinerja atau promosi bagi karyawan baik yang bekerja di kantor maupun dalam sistem kerja hybrid selama dua tahun penerapan.
“Ini adalah temuan penting yang menyangkal bahwa kerja jarak jauh dapat merugikan perkembangan dan promosi karyawan”, kata studi tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam model kerja hybrid, karyawan sama-sama produktif baik bagi mereka yang bekerja di kantor atau dari rumah.
Karyawan “Trip.com” yang berpartisipasi dalam penelitian ini disurvei dua kali untuk mengukur pandangan mereka tentang pengaruh bekerja dari rumah terhadap produktivitas.
Nick Bloom dan rekan-rekannya menemukan bahwa, secara rata-rata, memang terjadi “sedikit peningkatan” dalam hal pandangan mengenai masalah ini bagi mereka yang memiliki pengalaman kerja hybrid.
“Hal ini mungkin terjadi karena work from home (WFH) menghemat waktu perjalanan karyawan, mengurangi kelelahan fisik, dan memiliki jeda intermiten antara waktu berkelompok dan waktu tenang individu, yang berdampak terhadap meningkatnya kinerja kerja”, demikian bunyi laporan penelitian tersebut. (sin)
Artikel ini merujuk pada laporan “Capitol Hill”