Menhan Israel Berkunjung ke AS untuk Membahas Tindakan Selanjutnya Terhadap Jalur Gaza dan Lebanon

oleh Yan Feng dan Rong Yu

Pada Minggu (23 Juni) Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant terbang ke Washington menemui para pejabat tinggi AS untuk membahas tindakan selanjutnya terhadap Jalur Gaza dan garis depan Lebanon.

Menteri Pertahanan Israel berkunjung ke Washington atas undangan dari Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin.

Sebelum terbang ke Washington Gallant mengatakan bahwa Israel siap mengambil tindakan apa pun yang mungkin diperlukan baik di Gaza, Lebanon, dan tempat lain.

“Amerika Serikat merupakan sekutu penting dan inti kami, dan hubungan kami sangat penting, bahkan lebih penting dari waktu sebelumnya”, ujar Gallant.

Selama kunjungan tersebut, Gallant akan menemui Menhan AS Austin, Menlu Antony Blinken, dan pejabat senior AS lainnya. Dia mengatakan bahwa selama diskusi, perhatian akan ditujukan kepada transisi ke fase berikutnya dari perang di Jalur Gaza.

“Transisi Jalur Gaza ke ‘Fase C’ sangat penting. Saya akan mendiskusikan transisi ini dengan para pejabat AS,” katanya.

Yoav Gallant mengatakan bahwa ini berarti diakhirinya operasi tempur aktif di Jalur Gaza. Dalam beberapa hari terakhir, para pejabat Israel semakin mengindikasikan bahwa Israel akan mengambil keputusan mengenai tindakan lebih lanjut di garis depan Lebanon.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada kabinetnya pada Minggu, bahwa ia berharap perbedaan pendapat mengenai pengiriman senjata antara Israel dengan Amerika Serikat dapat secepatnya diselesaikan.

Presiden AS Joe Biden menunda pengiriman amunisi berat tertentu ke Israel pada bulan Mei tahun ini karena kekhawatiran dengan dampaknya terhadap wilayah padat penduduk di Gaza. Namun Israel masih akan menerima senjata AS senilai miliaran dolar.

Beberapa waktu lalu, Netanyahu secara terbuka telah mengkritik Washington karena menahan senjata dan amunisi yang seharusnya dikirim ke Israel dalam beberapa bulan terakhir.

Perdana Menteri Israel Netanyahu mengatakan : “Tetapi demi keamanan Negara Israel, saya bersedia menerima serangan pribadi. Sebagai Perdana Menteri Israel, tugas saya adalah melakukan segala kemungkinan untuk memastikan bahwa pejuang heroik kita memiliki senjata terbaik”.

Pasukan Pertahanan Israel mengatakan pada awal Juni tahun ini, bahwa mereka telah menyetujui rencana untuk menyerang Lebanon. Hizbullah Lebanon yang didukung Iran telah berperang dengan Israel sejak perang Gaza pecah lebih dari 8 bulan lalu. Hizbullah mengatakan operasinya tidak akan berhenti sampai gencatan senjata di Gaza tercapai. (sin)