PBB Kutuk Aliansi Korea Utara-Rusia Hingga Rusia Tuntut Dialog dengan AS

Setelah Rusia dan Korea Utara menandatangani perjanjian, PBB menegaskan kembali pada  Jumat (21 Juni) bahwa sanksi terhadap Korea Utara dan Rusia disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. 

Zhao Fenghua dan Tian Yuan – NTD

Pada Kamis (20 Juni), kebakaran terjadi setelah depot minyak di wilayah Tambov dan Adygeea Rusia setelah diserang oleh drone Ukraina.

Menurut laporan, depot bahan bakar ini memasok bahan bakar untuk militer Rusia dan tujuan serangan tersebut adalah mengurangi sumber daya perang Rusia.

Ketika perang Rusia-Ukraina memasuki dua tahun empat bulan, Kremlin mengatakan pada  Jumat bahwa Rusia siap untuk melakukan dialog komprehensif dengan Amerika Serikat dan harus melibatkan Ukraina.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov: “Kami terbuka untuk berdialog, tetapi untuk dialog yang luas dan komprehensif.”

Sebagai tanggapan, Amerika Serikat menjawab bahwa setiap negosiasi mengenai perang adalah masalah Ukraina.

Pada hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada sebuah pengarahan bahwa dia siap untuk membahas masalah keamanan dengan anggota NATO dan Uni Eropa.

Setelah Rusia dan Korea Utara menandatangani “Perjanjian Pertahanan Bersama” beberapa hari yang lalu, PBB menegaskan kembali sanksinya terhadap Korea Utara pada  Jumat, yang telah disetujui oleh Dewan Keamanan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres: “Negara mana pun yang memiliki hubungan (perjanjian) dengan Korea Utara, termasuk Rusia, harus sepenuhnya mematuhi sanksi ini.”

Pemerintah Korea Selatan memanggil Duta Besar Rusia Georgy Zinoviev pada Jumat dan meminta Rusia untuk segera mengakhiri kerja sama militer dengan Pyongyang.

Menanggapi invasi Rusia ke Ukraina, pemerintah Jepang mengumumkan pada Jumat bahwa mereka akan memasukkan 11 entitas dari 5 negara termasuk Tiongkok sebagai target pembekuan aset atau larangan ekspor, 7 di antaranya adalah perusahaan Tiongkok atau Hong Kong.

Setelah Amerika Serikat pekan lalu memperluas sanksi terhadap entitas yang membantu perusahaan industri militer Rusia, rantai perdagangan Tiongkok yang berkontribusi terhadap perang agresi Rusia mengalami kemunduran parah.

Menurut laporan, sejak kunjungan Putin ke Tiongkok pada bulan lalu, beberapa bank yang diberi wewenang khusus telah didirikan di daerah perbatasan antara kedua negara, sehingga perusahaan-perusahaan Rusia dapat membuka rekening non-residen (NRA) di bank-bank Tiongkok untuk sementara waktu menghindari sanksi AS. (Hui)