Serangan Gereja, Sinagog dan Kantor Polisi di Dagestan, Rusia Menewaskan 16 Orang

 Sejumlah militan dengan senjata otomatis menyerang beberapa sinagog, gereja ortodoks dan kantor polisi di Republik Dagestan di wilayah Kaukasus Utara, Rusia, pada 23 Juni. Serangan menewaskan seorang pengkhotbah dan sedikitnya 15 polisi. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut

NTD

Kementerian Dalam Negeri Dagestan mengatakan para penyerang yang bersenjatakan senapan otomatis melepaskan tembakan ke beberapa gereja keagamaan di  Kota Derbent dan Makhachkala. Serangan ini tampaknya merupakan serangan tersinkronisasi, seperti yang dilaporkan Kantor Berita Central News Agency.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Sergei Melikov, pemimpin Republik Dagestan, mengatakan dalam sebuah video yang diposting di platform media sosial Telegram: “Ini adalah hari yang tragis bagi seluruh negara Dagestan.” Dia mengumumkan bahwa pada 24 – 26 Juni akan menjadi hari berkabung, semua kegiatan hiburan dibatalkan dan bendera diturunkan setengah tiang.

“Kami tahu siapa yang berada di balik serangan  dan apa yang ingin mereka capai,” kata Melikov tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Melikov mengatakan selain petugas polisi, ada juga warga sipil di antara korban tewas, termasuk seorang misionaris Ortodoks yang telah bekerja di Derbent selama lebih dari 40 tahun. Ia juga mengatakan enam pria bersenjata tewas setelah insiden tersebut.

Namun demikian, kantor berita Rusia mengutip Komite Antiterorisme Nasional yang mengatakan bahwa lima pria bersenjata tewas.

Media pemerintah Rusia juga mengutip pernyataan dari lembaga penegak hukum yang menyebutkan bahwa di antara para penyerang terdapat dua putra pemimpin wilayah Sergokala di Dagestan tengah, yang dikatakan telah ditahan oleh penyelidik. Namun, ada rumor di Internet bahwa pemimpin dan kedua putranya telah meninggal dunia

Pihak berwenang Rusia tidak memberikan rincian, hanya mengatakan bahwa serangan dilakukan oleh pengikut organisasi teroris internasional. Media Rusia juga mengutip ketua Federasi Komunitas Yahudi yang menyerukan masyarakat untuk tidak teradikalisasi dengan “provokasi”.

Sumber-sumber di Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa sinagog di Derben dibakar habis, dan sinagog lain di Mahachkala juga ditembaki, yang diyakini kosong dari jemaah.

Di masa lalu, unit-unit Rusia  menunjuk Muslim yang teradikalisasi selama serangan teroris di wilayah Dagestan. Pada Maret lalu, ISIS mengklaim telah melakukan serangan teror yang menewaskan 145 orang di sebuah gedung konser di luar Moskow, yang menjadikannya sebagai serangan teroris terburuk di Rusia dalam beberapa tahun terakhir.

Dagestan, salah satu republik otonom di wilayah Kaukasus Utara Rusia, adalah salah satu wilayah yang paling awal memeluk agama Islam, menurut New York Times. 

New York Times melaporkan bahwa wilayah Kaukasus di ujung selatan Rusia telah bergejolak akibat ketegangan rasial dan agama selama bertahun-tahun.

Serangan  terbaru di tanah Rusia terjadi setelah orang-orang bersenjata menyerang Makhachkala dan Deben, ibu kota Republik Dagestan.

Wall Street Journal melaporkan bahwa sebagian besar serangan teror di Rusia dalam beberapa tahun terakhir berasal dari warisan dua perang melawan pasukan separatis Chechnya, terutama di Dagestan, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, di mana telah terjadi beberapa kali serangan bom dan penembakan. Konflik anti-Semit di Kaukasus Utara Rusia juga telah meningkat sejak babak baru konflik Israel-Hamas meletus pada Oktober tahun lalu.

Setelah perang Gaza pecah pada Oktober tahun lalu, para pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera Palestina menerobos pintu kaca bandara Makhachkala untuk mencari penumpang Yahudi yang tiba dari Tel Aviv, Israel. (hui)