Filipina Tegaskan Tidak Akan Mundur, Tetapi Tidak Akan Memulai Perang Setelah Diserang oleh Penjaga Pantai Tiongkok

The Associated Press

MANILA, Filipina—Pada  Minggu 23 Juni, Presiden Filipina menyampaikan negaranya tidak akan menyerah pada “kekuatan asing mana pun” setelah pasukan Tiongkok melukai personel Angkatan Laut Filipina dan merusak setidaknya dua kapal militer dengan parang, kapak, dan palu dalam sebuah bentrokan di Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan, namun ia menambahkan Filipina tidak akan pernah memicu terjadinya sebuah perang.

Presiden Ferdinand Marcos Jr. terbang bersama para jenderal top dan kepala pertahanan Filipina ke pulau wilayah barat Provinsi Palawan, yang menghadap Laut Tiongkok Selatan, untuk bertemu dan memberikan medali kepada personel angkatan laut yang diserang oleh penjaga pantai Tiongkok pada  17 Juni ketika mereka berusaha mengirimkan makanan dan pasokan lainnya ke sebuah pos terdepan di Second Thomas Shoal yang diperebutkan dengan sengit.

Video dan gambar pertarungan yang kacau yang dipublikasikan oleh militer itu menunjukkan personel penjaga pantai Tiongkok memukul sebuah kapal Angkatan Laut Filipina dengan sebatang balok kayu dan merampas sebuah tas sambil membunyikan sirene dan menggunakan lampu strobo yang menyilaukan.

Rezim Tiongkok mengatakan bahwa penjaga pantainya harus mengambil tindakan setelah pasukan Filipina menentang peringatan untuk tidak berkeliaran di wilayah yang disebut Partai Komunis Tiongkok sebagai wilayah lepas pantai miliknya, sebuah klaim yang telah lama ditolak oleh pemerintah penggugat saingannya dan arbiter internasional.

Konfrontasi dengan kekerasan tersebut memicu kecaman dan kekhawatiran dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Australia dan negara-negara Barat lainnya, dan negara-negara Asia, sementara Tiongkok dan Filipina saling menyalahkan karena memicu hal tersebut.

Penasihat utama Marcos mengatakan pada hari Jumat bahwa pemerintahannya tidak berencana untuk memohon perjanjian pertahanan yang saling menguntungkan antara Filipina dengan Amerika Serikat.

“Kami tidak bermaksud untuk memicu perang-perang,” kata Marcos kepada pasukan Filipina. “Dalam membela negara, kami tetap setia pada sifat Filipina yang kami miliki di mana kami ingin menyelesaikan semua masalah ini secara damai.”

Pada pertemuan  17 Juni di perairan dangkal tersebut, Marcos mengatakan “kami sadar dan sengaja memilih untuk tetap berada di jalur perdamaian.” Personel kelompok operasi khusus Angkatan Laut Filipina yang diserang hanya menggunakan tangan hampa untuk memukul mundur orang-orang Tiongkok itu, beberapa di antaranya menodongkan pisau ke arah mereka, kata Panglima Militer Filipina Jenderal Romeo Brawner Jr.

“Kami berdiri teguh. Watak kami yang tenang dan damai tidak boleh disalah artikan sebagai tanda setuju,” kata Marcos. “Sejarah itu sendiri dapat mengatakan bahwa kami tidak pernah, tidak pernah dalam sejarah Filipina menyerah pada kekuatan asing mana pun.”

Para pejabat Tiongkok di Manila dan Beijing belum memberikan komentar mengenai pernyataan Marcos.

Marcos memuji sekitar 80 petugas dan personel yang terlibat dalam misi pasokan hari Senin tersebut, termasuk seseorang yang kehilangan ibu jari kanannya pada saat konfrontasi di laut lepas, dengan mengatakan bahwa mereka “menjalankan pengendalian diri yang terhebat di tengah-tengah ketegangan provokasi.” Marcos mengeluarkan seruan: “Terus tunaikan tugas anda untuk membela bangsa dengan integritas dan rasa hormat seperti yang telah anda lakukan selama ini.”

Sengketa teritorial, yang melibatkan Tiongkok, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan, telah lama dilihat sebagai titik nyala yang dapat mengadu domba Amerika Serikat dengan PKT jika konfrontasi di laut lepas meningkat menjadi konflik bersenjata. Washington telah berulang kali memperingatkan bahwa mereka berkewajiban untuk membela Filipina, sekutu perjanjian tertua di Asia, jika pasukan Filipina diserang, termasuk di Laut Tiongkok Selatan.

Aparat Filipina juga telah beberapa kali bersitegang dengan kapal-kapal nelayan Tiongkok dalam konfrontasi sebelumnya di perairan kepulauan Natuna yang terletak di pinggiran Laut Tiongkok Selatan. (Vv)